Berjalan beberapa bulan dan kini tepat hari ulang tahun Jennie. Tentu keluarga Kim akan mengadakan pesta besar untuk si bungsu mereka yang sedang berulang tahun.
Tuan besar Kim menyewa ballroom hotel mewah di daerah Gangnam yang menghabiskan jutaan won hanya untuk satu malam. Tapi berbeda dengan anggota keluarganya, Jennie sama sekali tidak excited dia malah terlihat lesu diusianya yang sudah menginjak 25 itu.
Kejutan demi kejutan muncul dari keluarga dan sahabatnya tapi tetap saja itu tidak membuatnya bersemangat merayakan hari di mana dia dilahirkan ke dunia.
Jennie sedih karena belum mendapat ucapan spesial dari Lisa. Sudah dua hari sejak mereka tidak bertemu, itu membuat Jennie lebih tidak bersemangat. Rasa rindu bergejolak meski malam tadi baru saja berbicara di telfon. Jennie selalu merasa tidak cukup jika tentang meluangkan waktu bersama Lisa. Meski sudah dalam jarak sangat dekat, jika Jennie tidak puas maka dia tidak akan puas. Dan malam tadi sebelum pukul 00.00 AM Lisa memutuskan untuk tidur karena alasan dia sangat lelah akibat pamerannya. Jennie harus menjadi kekasih yang mengerti, dia tahu bagaimana perjuangan Lisa selama ini. Akhirnya dia menyetujuinya dan hingga siang ini Lisa tak kunjung memberi kabar.
Dengan helaan napas yang terdengar resah, Jennie berjalan menuruni tangga dengan menunjukkan ekspresi wajah yang lesu tanpa senyum sama sekali. Tidak sengaja berpapasan dengan sang Ibu, wanita yang sangat mirip dengannya itu akhirnya bertanya.
"Kesayangan Mommy. Kenapa tidak tersenyum, hm?" Nyonya besar Kim memang selalu menjadi Ibu yang terbaik untuk anak anaknya.
Jennie melihat Ibu nya dengan bibir yang makin mengerucut.
"Lisa belum memberi ucapan ulang tahun untukku." Mendengar anaknya yang mengadu, dia terkekeh kecil lalu turun bersama.
"Mungkin dia sibuk. Kau bilang dia sudah bekerja sama dengan anak dari Kim Woonjin, siapa namanya?"
"Kim Jongin."
"Ahh pria itu. Mommy selalu melihatnya di sosial media tapi selalu lupa." Kekeh Ibu Jennie kemudian meraih tangan Jennie.
"Dia tidak mungkin lupa, kalian sudah lima tahun menjalin hubungan dan ini adalah tahun keenam kalian. Tunggu saja, eoh?" Wanita paruh baya itu memenangkan Jennie.
"Tapi haruskah dia membuatku menunggu? Dia tahu aku hanya menunggu ucapan selamat darinya meski hanya berupa pesan text." Wajah Jennie masih cemberut.
"Mommy akan membantumu untuk mengomelinya karena tidak tepat waktu." Tapi tak kunjung senyum, Jennie masih betah dengan wajah cemberutnya. Jennie benar benar berharap Lisa adalah orang yang pertama mengucapkannya tapi ekspektasi nya terlalu tinggi. Lisa orang yang sulit peka, dia sulit memahami keadaan keadaan tertentu.
"Mom..." Panggil Jisoo.
"Neeee Soo-ya?"
"Ke sini sebentar, aku perlu bantuanmu dalam tugas kuliahku." Teriak Jisoo. Nyonya besar Kim itu melihat putri keduanya sebelum pergi.
"Tidak usah bersedih, hm? Lisa pasti akan menghubungimu." Ucapnya sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Jennie duduk di sofa.
.
Seorang dengan tubuh tinggi sudah bangun tapi dia masih berusaha untuk tidur karena rasa lelahnya tak kunjung hilang. Dia menjadi lupa kalau hari ini adalah ulang tahun kekasihnya, semua karena rasa lelahnya. Menjadi fotografer yang sedang merintis karir memang cukup menguras tenaga.
"Oh ayolah, tubuhku belum juga fit tapi kenapa aku tidak bisa tidur lagi." Lisa menggerutu dari dalam selimut. Tapi sesuatu membuatnya dengan cepat bangun, rasa lelahnya seketika lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Dark Skies of Seoul | JENLISA
FanfictionHal yang paling puncak dalam mencintai ketika rasa sedih berubah menjadi rasa ikhlas. Kehilangan seseorang yang menjadi bagian dari hidup adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi manusia. __________ JENLISA