Lisa berjalan dengan mengenakan pakaian santai siap siap untuk keluar tapi suara seseorang membuat langkahnya terhenti.
"Tidak ingin menciumku sebelum kau pergi, Lili-ya?" Mata Lisa membelalak mendengar suara itu.
Nada dan cara bicara itu.... Serta sebutan 'Lili' hanya satu orang yang memanggilnya dengan nama itu. Dengan segera Lisa berbalik dan melihat si pipi mandu tengah berdiri bersama gummy smile yang sangat manis.
"H-Hey, kau di sini?" Lisa melangkah maju dan mendekatinya.
"Aku memang berada di sini."
"Aku merindukanmu." Lisa memeluknya erat kemudian menangis.
"Kau keluar ingin minum dan lain lain?"
"M-Maafkan aku, aku merokok, aku minum alkohol, aku bersenang senang dengan hal yang buruk yang sangat tidak kau sukai, maafkan aku... Aku tidak akan mengulanginya." Lisa mulai menangis.
"Jangan tinggalkan aku, ku mohon jangan pergi dari hidupku. Aku tidak memiliki jalan keluar dalam masalahku jika tidak ada kau, aku sangat membutuhkanmu." Lisa menangis sambil menutup matanya.
"Lisa? Lisa ada apa? Hey... Babe apa yang terjadi padaamu?" Lisa terhenti karena tersadarkan oleh suara yang memanggil namanya. Dia membuka matanya dan menyadari kalau bukan Jennie yang sedang ia peluk melainkan gadis lain.
"Gwenchana?" Gadis itu menatap Lisa dengan khawatir, dia hendak membelai pipi Lisa tapi Lisa menipisnya.
"Aku tidak melarang apapun darimu. Aku menerima seluruh kebiasaanmu. Rokok, alkohol, tidak masalah bagiku, Lili-ya..." Gadis itu bicara dengan penuh kelembutan.
"Aku tidak akan pergi meninggalkan mu, aku tidak akan pergi ke mana pun. Tidak usah khawatir tentang itu, Lili." Gadis itu berujar dengan tatapan yang tulus.
"Aku akan keluar sebentar, tidak ingin ikut?" Tanya Lisa pada kekasihnya.
"Aku boleh ikut? Ke mana?" Gadis itu sangat senang.
"Pantai." Jawab Lisa singkat.
"Ini sudah malam, masih ingin pergi?"
"Hm, sekarang aku lebih suka mendengar suara ombak dari pada melihatnya." Lisa menghela napas.
Gadis itu menatap Lisa beberapa saat.
"Kau sudah baik baik saja? Jika tidak merasa enak badan sebaiknya tetap di rumah. Aku takut terjadi sesuatu denganmu, Babe." Tangan gadis itu bergerak membelai pipi Lisa.
Lisa tersenyum tipis.
"Aku baik baik saja. Jja, kita akan keluar bersama malam ini. Bersiaplah." Lisa mencium tangan gadis itu, membuat gadis itu tersipu karena perlakuan sederhana dari Lisa.
"Kau bersedia menungguku untuk mengganti pakaian? Ini terlalu pendek." Ucap gadis itu. Lisa mengangguk pelan.
"Terserah, aku akan duduk di sini sambil menunggumu." Lisa berjalan mendekati sofa dan duduk di sana. Gadis itu tersenyum kemudian mencium tengkuk Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Dark Skies of Seoul | JENLISA
FanfictionHal yang paling puncak dalam mencintai ketika rasa sedih berubah menjadi rasa ikhlas. Kehilangan seseorang yang menjadi bagian dari hidup adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi manusia. __________ JENLISA