Di ruangan kantor yang ada di rumah keluarga Kim terdapat dua orang yang sedang duduk dengan tatapan yang dingin. Pria yang akhir akhir ini menjadi over protektif membawa anak keduanya itu untuk berbicara secara privat.
"Katakan saja Dad." Jennie ingin Ayah nya to the point karena dia bosan dengan topik yang ulang ulang kali di bahasnya selama hampir dua bulan terakhir.
"Pekan depan akan menjadi hari yaang sangat penting. Kau akan diumumkan sebagai CEO baru perusahaan karena Jisoo akan menyelesaikan studi nya dan akan wisuda lima hari lagi. Kita sudah melakukan kesepakatan tentang itu kan? Kau akan menduduki tempat sebagai pemimpin perusahaan setelah kakakmu selesai dengan studi nya."
Kedua alis Jennie terangkat.
"Lalu? Aku siap menjadi pemimpin perusahaan, lagi pula tidak perlu mengajakku untuk berbicara secara privat seperti ini. Tidak ada gunanya karena semua keputusan ada padamu kan?"
"Jaga bicaramu Jennie! Ini untuk hidupmu sendiri-"
"Hidupku sendiri? Aku tidak pernah menjalani yang kau sebut sebagai 'hidupku sendiri' itu. Dad selalu mengatur ini itu, tidak boleh ini tidak boleh itu, harus ini harus itu. Kau pikir uang bisa menukar segalanya yang kau renggut dariku? Bakatku, kesenanganku tidak bisa di beli." Mata Jennie mulai berkaca kaca.
Bukan maksud untuk menentang orang tuanya tapi apa yang dilakukan Ayah nya sudah berlebihan. Obsesi mendapatkan citra terbaik di mata orang banyak membuat tuan besar Kim itu memaksa anaknya menjadi yang terbaik, Jisoo buktinya. Jisoo menjadi orang yang keras dan ambisius karena desakan Ayah nya agar menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Kakak perempuan Jennie itu terlalu takut untuk mendapat bentakan dari Ayah nya sehingga dia hanya bisa menuruti apa kemauan pria paruh baya Kim Yoobin.
Jennie mendapat tatapan yang tajak dari Ayah nya.
"Lakukan apa yang aku minta jika tidak ingin keluar dari keluarga Kim!"
Jennie mendorong kursinya kebelakang lalu ikut berdiri. Ini pertama kalinya dia mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulut Ayah nya.
"Kau tahu? Aku selalu mengimpikan memiliki pasangan yang semanis kau. Perhatian, dan lembut. Tapi sekarang tidak. Kau menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya, kau orang yang membuat impianku runtuh dengan sikapmu, Dad. Aku merasa sangat kecewa padamu." Jennie menggeleng tidak percaya lalu keluar dari ruang kerja ayahnya.
"Aaaarrrgghhhh!"
Seluruh yang ada di atas meja di singkirkan oleh tangan kekar Kim Yoobin.
"Fotografer sialan itu..... Kau menghasut putriku! Dasar orang rendahan!"
.
Apartemen Lisa
Bau masakan yang sangat enak memenuhi dapur milik si gadis Thailand. Dia memasak sambil mendengarkan lagu dari idolanya yang baru saja debut solo.
Meolli gaji marayo
Geudaero meomulleojwo
My baby nae mame maeilBomnal gateun geudaen yeppeoyo oh oh oh joayo
Eotteokamyeon naege olkkayo oh oh oh ireoneunNae moseubi ssukseureopgo
Ganjireowodo eojjeol su eopjyo
Geudael saranghaeyo, babyLisa tersenyum sambil membayangkan wajah Jennie karena sesuai dengan lagu yang ka nyanyikan. Hari ini dia free dan tidak ada kegiatan lain selain bersantai diri di.rumah. Mungkin berjalan.jalan jika Jennie tidak sibuk. Lisa tidak memiliki fasilitas selain tempat tinggal karena jika dia ingin mengunjungi sesuatu dia hanya akan naik bis. Jika menyusul Jennie dia akan berjalan kaki, tapi semenjak dia memiliki pekerjaan Lisa hampir tidak pernah lagi menyusul Jennie ke rumahnya. Malah sebaliknya, Jennie lah yang selalu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Dark Skies of Seoul | JENLISA
FanfictionHal yang paling puncak dalam mencintai ketika rasa sedih berubah menjadi rasa ikhlas. Kehilangan seseorang yang menjadi bagian dari hidup adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi manusia. __________ JENLISA