39: Mayor Adam Ngambek

8.9K 596 32
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan Mommy jangan jadi silent readers dong!!! Vote dan komen juga.

Banyak yang baca tapi gak meninggalkan jejak vote ataupun komen sama sekali!!!!

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ TAKDIR TERBAIK ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Mayor Adam dan Najla keluar dari ruangan dokter kandungan dengan hati dongkol, tidak lebih tepatnya hanya Mayor Adam. Lelaki dengan raut wajah muram tetap menggandeng tangan mungil sang istri.

Berjalan di Koridor rumah sakit, Najla menghela nafas kala jalan sang suami lumayan cepat.

"Mas jangan cepat-cepat," pinta Najla yang tak dihiraukan oleh Mayor Adam.

"Diam Dek." Najla menurut, ia diam tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata.

Sebenarnya ia juga kesal dengan suaminya itu, kalau memang tidak mau ia diperiksa kandungannya oleh dokter Zafran ya bilang baik-baik bukan malah berbicara lumayan kasar pada sang dokter kandungan. Dasar.

Sesampainya di parkiran, belum ada yang mengucapkan kata satu pun. Masih sama-sama gengsi. walau begitu Mayor Adam tetap membukakan pintu mobil agar istri kecilnya bisa masuk. Setelah membukakan untuk istrinya Mayor Adam mengitari mobil, ia membuka pintu di pengemudi.

Sebelum Mayor Adam menjalankan mobilnya, ia sempat melirik Najla yang menatap lurus ke depan.

Kok gak di bujuk sih? Batin Mayor Adam kesal. Ia itu ingin di bujuk tapi Najla malah bersikap tak acuh.

Di perjalanan Najla menyadari kalau suaminya itu sempat melirik-lirik ke arahnya, tapi tak ia hiraukan.

"Mas marah sama Adek," ucap Mayor Adam berharap Najla peka dengan perasaan dirinya.

"Mas kesel," ucapnya yang lagi-lagi tak di hiraukan oleh Najla. Melirik pun tidak. Ingin rasanya Mayor Adam menangis saja sekarang ini.

"Adek gak ngarti perasaan Mas." Najla menoleh, apa katanya tadi? Ia tak mengerti perasaan lelaki itu?

"Mas cemburu, Mas gak suka sama dokter tadi. Kesannya dia memaksa supaya Adek mau diperiksa kandungannya sama dia. Mas gak suka, walaupun dia sudah mengucapkan sumpah dokter tetap saja Mas tidak rela istri Mas dipegang lelaki lain."

"Apalagi lelaki itu bukan mahram, walau dia dokter sekalipun."

Najla diam, tapi diamnya dia tetap mengiyakan ucapan suaminya. Ia terharu, ia merasa senang kala sang suami dengan lugas mengatakan cemburu dan tidak suka dipegang lelaki lain yang bukan mahram.

"Mas gak suka," lirihnya, ia melirik Najla yang masih saja diam tak memberi tanggapan apapun.

"Adek kok diam aja sih? Mas lagi kesel lho ini," sewot Mayor Adam.

"Kan Mas tadi yang nyuruh aku diam," jawab Najla pada akhirnya. Ia tidak salahkan? Tadi lelaki ituyang memintanya diam. Giliran ia diamkan protes.

"Ck." Mayor Adam berdecak.

"Mas ngambek, Mas mau pulang aja ke rumah Umi." Mayor Adam mode ngambek on. Ia hanya berpura-pura akan kabur ke rumah Uminya, supaya di bujuk oleh Najla.

"Yaudah, nanti aku yang beresin bajunya buat kamu bawa ke sana ya Mas." Mayor Adam sontak saja menghentikan mobilnya, tak peduli para pengendara yang berprotes akibat ulahnya. Hah? Najla mau membereskan baju untuk dirinya selama tinggak di rumah Umi?

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang