Tiga Belas

241 17 0
                                    


















Selamat membacaaaa
⚠typo bertebaran⚠












Liam yang melihat itu lantas membuka suaranya, "kenapa Anda mengaduk-aduk pastanya lady? Apakah itu tidak enak?."

"Tidak bukan begitu aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

'memikirkan bagaimana kehidupan ku kedepannya karena si tokoh utama sudah bertemu denganku.' batin resya.

"Jika lady mau makan saya akan mengajak Anda pergi  ke pasar malam lusa besok, bagaimana?." Tawar liam.

Tunggu, apakah dia mencoba menyogok resya? Dia ingin tapi takut gimana dong.

"Apakah tak apa? Maksutku apakah tidak ada yang marah jika kau pergi berdua dengan wanita lain tuan Liam?."

"Hahaha tidak lady resya tidak akan ada yang akan marah jika kita pergi berdua, Lagipula saya juga belum memiliki pasangan siapa yang akan marah jika saya pergi dengan wanita lain."

"O-oh baiklah jika seperti itu, tapi benar akan mengajak ku kepasar malam kan?."

Resya itu wanita memang seharusnya ia meragukan ajakan dari orang yang berbeda gender, karena ia pernah merasakan yang namanya di gosting.

"Iya, maka dari itu lady harus makan terlebih dahulu jika mau saya temani pergi ke pasar malam."

"Baiklah." Resya kemudian menyuapkan pasta itu kemulutnya dengan tak seleranya.

1 suap

2 suap

3 suap

'lah anjir kok enak wehh.' batin resya lalu menyuapkan pasta itu kemulutnya lagi.

"Bagaimana? Enak?." Tanya Liam yang melihat resya makan dengan lahapnya.

Resya menganggukkan kepalanya dengan mulut yang masih terisi makanan hal itu membuat Liam terkekeh gemas.

'jika bisa aku mengatakannya, aku menyukai mu Aresya Jecconya Aldrich namun apakah mungkin aku bisa menyatakannya?.' batin Liam tersenyum sambil menatap resya.

Resya yang merasa Liam sedang menatapnya sontak menghentikan acara makanannya dan menatap liam.

"Ada apa? Kenapa kau menatap ku seperti itu? Apakah ada yang salah? Maaf jika cara makan ku berantakan hehehe aku belum makan sedari pagi dan langsung pergi kepasar." Ujar resya, Liam terkekeh gemas dengan ucapan resya yang menurutnya cerewet itu.

"Hahaha tidak, Anda sangat lucu jika makan seperti itu saya seperti tengah melihat bayi yang Sedang makan."

'maksut dia muka gw kayak Baby blues? Eh Baby face aaaaa lucu banget sih jadi pengen ngarungin deh aduh manis banget lagi senyumnya bikin meleleh.' batin resya.

Resya tersenyum manis kepada Liam, "apakah wajahku semuda itu tuan?."

"Iya, tolong jangan panggil saya dengan panggilan tuan kita sekarang teman panggil saya dengan nama, dan aku kamu?."

'sedih inces cuman dianggap teman doang, terus apa tadi? aku kamu? Aww lucunaaaa bisa ae si Liam.' batin resya

"Baiklah Liam."

Emily? dia sedang cosplay menjadi nyamuk untuk saat ini

"Emily coba nilai pasta ini 0 dari 10 berapa nilai yang kau beri?." Tanya resya sambil menatap Emily.

"10 dari 10, ini sangat enak Tuan putri." Komen Emily.

"Kau benar Emily ini sangat enak aku akan menyuruh koki untuk memasakan pasta untukku setiap hari hehehe, dan bagaimana denganmu liam?."

"9 dari 10, ini enak tetapi masih lebih enak buatan ibuku."

"Oh ya?."

"Iya, jika kau mau berkunjung lah ke kediamanku disana ada danau buatan dan taman bunga kita bisa duduk disana sembari meminum teh dan bersantai."

"Itu ide yang bagus Liam, kapan-kapan aku akan berkunjung ke kediaman mu." Ucap resya antusias

Perbincangan mereka terus mengalir tanpa adanya hambatan seperti air, sampai dimana mereka selesai makan dan berpencar untuk melakukan aktifitas masing-masing seperti Liam yang pergi ke pertambangan dan resya juga Emily yang pulang ke kediaman Aldrich.

*****

Saat ini resya sedang berleha-leha di dalam kamar ia tidur di kasur Dengan posisi telentang menghadap langit-langit kamar, bosan itulah yang resya rasakan jika di dunia nyata saat siang menjelang sore hari ia masih berada di sekolah memperhatikan guru yang sedang memberi materi.

Namun disini? Demi Neptunus ia sangat bosan tidak ada handphone, laptop, ataupun televisi rasanya ia akan mati karena kebosanan jika tidak ada benda elektronik itu semua.

"Huh gabut, ni jaman juga kuno banget anjir handphone laptop televisi masa kagak ada ga seru ah." Monolog resya kesal.

Tok tok tok

Dengan segera resya mengubah posisinya menjadi duduk dan merapikan rambutnya yang acak-acakan, "masuk." Titah resya.

"Tuan putri anda dipanggil oleh tuan axton untuk segera keruangannya."

"Baiklah Emily, aku akan segera kesana."

"Baik tuan putri, apakah tidak apa-apa jika saya tidak menemani Anda? Karena saya baru saja mendapatkan perintah oleh kepala pelayan untuk membeli bahan-bahan makanan yang hampir habis."

"Tidak apa-apa Emily pergilah, aku bisa ke ruangan ayahku sendiri."

"Baik tuan putri jika begitu saya pamit." Emily membungkuk hormat lalu pergi dari kamar resya.

Resya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar menuju ke ruangan axton, sesampainya disana sebelum ia memasuki ruang kerja ayahnya ia mengetuk pintu tersebut.

Aneh bukan? Biasanya ia akan mendobrak pintu tapi karena hari ini ia ingin menjadi gadis yang anggun dan tengah merasa senang ia akan berbaik hati dengan pintu-pintu yang berada di setiap ruangan mansion Aldrich.

Tok tok tok!

"Masuk." Ucap Axton dari dalam ruang kerjanya, setelah mendapat jawaban dari ayahnya ia segera masuk kedalam ruangan axton.

1 yang menjadi fokus pandangannya, laki-laki yang duduk di kursi depan meja ayahnya, tunggu bukankah itu Grand Duke Axelle?!








****

Gimana part kali ini?

Kira-kira ada apa ya Grand Duke axelle ke kediaman Aldrich??

Kuy pantengin terus, jangan lupa beri like nya yah

*****

Grand Duke itu Milikku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang