Haloooo
Selamat membaca
•
•
•
•
•
•
•
"RESYA!."
"Hehehe hai kakak." Cengir resya tanpa wajah bersalah sambil melambaikan tangannya.
"Turun, nanti kau bisa jatuh." Ucap Edgar khawatir jika sesuatu terjadi kepada adik kecilnya.
"Baiklah baiklah." Jawab resya lalu ia melihat lagi ke bawah.
"Aku loncat ya kak." Ucap resya membuat Edgar melotot lucu.
"B-baiklah cepat loncat kakak akan menangkapmu." ucap Edgar yakin akan ucapannya lalu mengadahkan tangannya ke depan siap-siap menangkap resya yang akan loncat.
Resya menutup matanya, lalu mulai menjatuhkan badannya ke bawah.
Hap!
Edgar menangkap resya, resya membuka matanya pertama kali yang ia lihat adalah wajah tampan kakaknya.
"Ganteng banget anjir." Gumam resya namun masih bisa di dengar oleh Edgar.
"Apa itu ganteng?." Tanya 'Edgar yang masih betah menggendong resya.
Resya tersadar akan ucapannya kini ia malu sendiri seperti maling yang kepergok mencuri "Ah lupakan saja, turunkan aku."
"Tidak, anak nakal sepertimu harus di beri pelajaran." Ucap Edgar lalu membawa resya pergi dari taman kedalam istana tepatnya di kamar resya, Emily? Ia disuruh Edgar agar tidak menganggu waktu kebersamaannya bersama adiknya.
Tiba dikamar, Edgar segera menurunkan resya dari gendongannya seperti permintaan resya tadi.
Ia menatap Lamat resya, "siapa yang menyuruh mu memanjat pohon anak manis?." Tanya 'Edgar sambil bersedekap dada.
"Hehehe tidak ada kakak." cengir resya.
"Apa alasanmu memanjat pohon?." Tanya 'Edgar basa basi padahal ia sebenarnya sudah tau dari Emily namun ia hanya ingin mendengar lainnya sendiri dari sang pelaku.
"Mengambil mangga." ucap resya polos.
"Kenapa tidak menyuruh prajurit saja?." Tanya Edgar.
"Aku tidak mau, lagi pula aku bisa memanjat pohon." jawab resya enteng, heyy dia tidak tau saja jika resya pernah maling mangga di tetangga sampai-sampai ia dimarahi karena mengambil tanpa seizin tetangganya.
"Tetap saja tidak boleh, bagaimana jika kamu terluka?." Ucap Edgar khawatir ia tak mau kejadian kemarin terulang lagi.
"Baiklah baiklah, aku tidak akan mengulanginya lagi aku berjanji." ucap resya final tidak mau memperpanjang perdebatan lagi
'pi boong hayukk' batinnya.
"Apa hukumannya?." Tanya resya tak sadar.
'wanjirr cari mati nih mulut, pliss deh bisa ga sih ga ngomong aneh-aneh' batin resya kesal
"Aku tidak akan bisa menghukum adik kecilku ini." ucap Edgar lalu mengacak-acak rambut resya.
Melihat Edgar yang mengacak-acak rambutnya ia mengembungkan pipinya kesal, "kak jangan di acak-acak rambut aku." kesalnya.
Edgar mencubit gemas pipi resya yang menggembung, "lucu sekali adik kakak ini."
"Sakit kak, awas ya." ucap resya sambil ancang-ancang mengejar edgar.
"Kejar kakak kalau bisa." Tantang Edgar lalu berlari terlebih dahulu dari kamar resya.
"HEY KAU CURANG." teriak resya sambil menyusul Edgar.
Seperti tom and Jerry mereka berlarian kesana-kesini mengganggu para pekerja yang tengah melakukan tugasnya.
"BERHENTI LU WOYY BERHENTI AWAS YA." teriak resya dengan tidak anggunnya kepada Edgar.
"KEJAR AJA KALAU BISA." ucap Edgar yang masih berlari, melihat didepan sudah ruang kerja ayahnya ia segera berlari masuk ke sana. Resya yang melihat sang kakak berlari ke ruang kerja ayahnya segera menyusul.
Saat memasuki ruang kerja ayahnya ia melihat Edgar sudah berada di belakang ayahnya.
Resya mengepalkan tangannya dan melihat kepalan tangannya, "awas ya, kemari kakakku yang tampan." Ucapnya sambil menyeringai seram.
"Ayah lihat adik, dia duluan." adu Edgar yang sudah seperti anak kecil .
Resya berjalan ke belakang ayahnya, sedangkan ayahnya? Ia hanya bisa melihat drama kedua anaknya ini tanpa mau ikut campur bisa-bisa ia kena bogeman mentah dari anak perempuannya.
"Kena kau sekarang." Ucap resya lalu menggelitiki perut Edgar.
"Hahahahahahaha ampun hahahaha."
"Sebelum kau minta maaf aku tidak akan berhenti, mampus lu." ucap resya sambil menggelitiki Edgar.
"Iya iya aku minta maaf hahahahhhhahahahahwh sudah berhenti hahahahahahaha."
Resya kemudian memberhentikan gelitikannya, "baiklah aku memaafkan mu dengan satu syarat."
"Apa?." Tanya 'Edgar yang masih kesal dengan resya yang menggelitiki perutnya hilang sudah image nya sebagai pangeran kalem.
"Ajari aku menggunakan pedang, bagaimana pangeran Edgar?."
"Tidak bisa." bukan Edgar yang menjawab melainkan Axton yang sudah berdiri dari kursinya dan menghadap kedua anaknya itu.
"Kenapa ayah?." Tanya resya.
"Aku tidak mau kau terluka resya." ucap Axton
"Tapi ayah, aku bisa menjaga diri." ucap resya mencoba meyakinkan ayahnya itu, ia tau jika dia khawatir dengan resya no maksudnya tubuh resya, dia tidak boleh berharap banyak bukan?.
"Tidak boleh sekali tidak tetap tidak." ucap Axton tidak bisa di ganggu gugat.
"Baiklah ayah aku mengerti, kakak aku tidak akan memberikanmu hukuman aku sudah memaafkan mu. Daa semua aku pergi." Ucap resya lesu lalu keluar dari ruang kerja Axton menuju kamarnya.
"Kenapa ayah tidak mengijinkannya saja? Bukannya bagus jika dia berlatih pedang? Dia bisa membela diri nantinya jika dalam keadaan bahaya." ucap Edgar.
"Aku hanya khawatir jika dirinya terluka." ucap Axton.
"Ayah bisa percayakan resya padaku." ucap Edgar meyakinkan ayahnya.
"Hm, akan ku pikirkan lagi pergilah" ucap Axton lalu kembali duduk di kursi kerjanya dan kembali berkutat dengan berkas-berkas yang berserakan itu.
Edgar membungkuk hormat lalu pergi dari sana menuju tempat yang biasanya para ksatria melatih kekuatan pedang mereka.
Para ksatria yang melihat Edgar datang segera membungkuk kan badan hormat lalu melanjutkan aktivitas nya kembali.
"Edgar, kudengar adikmu sudah siuman."
*****
Jangan lupa vote ges...Kepo sama kelanjutannya?? Kuy kepoin
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Duke itu Milikku
Ficción históricaHaii haiii 👋 Sebelum baca jangan lupa Follow dulu Dan jangan malas untuk vote di setiap cerita ya gesss Makasihhh ---------------------------------------------------------- Cerita ini bercerita tentang seorang gadis yang bernama Adara Everly Louis...