Empat

198 15 0
                                    


Holaaaaaa
Selamat membaca





















"Edgar, kudengar adikmu sudah siuman"  ucap salah satu ksatria yang memiliki rambut berwarna perak bernama, Aaron Marquel Barack.

"Iya, ada apa?." Jawab Edgar  yang sedang sibuk memilih pedang yang akan ia gunakan untuk latihan.

"Tidak ada aku hanya tanya, apakah dia masih mencoba mengejar putra mahkota lagi?." Tanya Aaron.

"Tidak tau kau tanya saja sendiri." sinis Edgar jangan sampai adiknya berbuat hal bodoh lagi, pikirnya.

*****

Di kamar, resya berguling-guling di atas kasur layaknya orang kebosanan pada umumnya.

"Emily aku bosan bosan bosan, apakah tidak ada yang bisa dilakukan di kerajaan ini? Aku sangat bosan." Rengek resya.

"Menyulam?."

"Tidak."

"Em melukis?."

"Aku tidak bisa."

"Huh saya menyerah tuan putri, saya tidak tau saya hanya pelayan baru."

"Aha aku punya ide!." Otak resya menemukan hal menarik yang harus ia lakukan.

"Emily sini, aku akan membisikkan sesuatu padamu." Ucap resya, Emily segera mendekat ke arah resya .

Selesai membisikkan sesuatu raut wajah Emily terlihat seperti orang khawatir, "apakah tidak apa-apa tuan putri? Bagaimana jika tuan Duke menghukum kita?." Tanya Emily khawatir.

"Tidak akan, percaya padaku." ucap resya sambil tersenyum evil namun di mata Emily malah terlihat lucu.

Resya dan Emily berjalan menuju dapur yang berada di mansion ini yang di tuntun oleh Emily di depan.

"Sudah sampai tuan putri." ucap Emily.

Brak!

Semua orang yang berada di dalam terjengkit kaget karena gebrakan pintu yang sangat keras itu, mengetahui siapa pelakunya mereka semua segera menunduk hormat dan memberi salam.

"Selamat datang tuan putri Aresya semoga dewa memberkatimu." salam perwakilan dari koki yang berada diruangan itu.

"Apa yang tuan putri butuhkan sehingga tuan putri kemari?." Tanya koki itu yang bernama, Bruce.

"Aku ingin memasak." ucap resya.

"Jangan tuan putri, biar hamba saja yang memasak tuan putri sebutkan saja menu makanan yang Anda inginkan." ucap koki Bruce.

"Emm tapi menu makanan ini langka dan hanya aku yang mengetahui resep nya." ucap resya.

"Kalau boleh tau apa itu tuan putri?." Tanya koki Bruce itu lagi.

"Emm martabak manis." Ucap resya dengan Mata yang berbinar.

"M-martabak manis? Makanan apa itu tuan putri? Saya baru mengetahuinya." Ucap koki itu bingung.

"Sudah kubilang hanya aku yang mengetahui nya, siapkan bahan yang aku perlukan tapi kau juga harus ikut membantu ku anggap saja aku tengah mengajarimu resep langka itu" ucap resya.

"Baiklah tuan putri." Ucap koki Bruce mengangguk lalu segera menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan resya untuk membuat martabak manis.

1 jam berkutat dengan dapur, akhirnya martabak manis red Velvet dengan toping coklat telah selesai resya menjadi ngiler sendiri saat mencium aroma martabak itu, Sepertinya ia akan membuka kedai makanan saja.

"Sepertinya ini sangat enak Tuan putri." ucap koki Bruce yang sudah tidak sabar ingin menyantap martabak manis itu.

"Iyaaaaa dong, siapa dulu yang buat? Resya gitu loh." Narsis resya.

"Koki Bruce, saat makan malam nanti hidangkan ini sebagai makanan penutup ya. Aku akan membawa ini untukku makan sisanya bagikan kepada pelayan dan prajurit" ucap resya yang sudah membawa satu martabak manis di tangannya lalu.

"Baik tuan putri." Jawab koki Bruce, setelah mendapat jawaban dari koki Bruce resya berjalan keluar dari dapur menuju kamarnya untuk menikmati martabak manis buatannya bersama emily.

*****

Malam pun tiba, saat ini resya dan Emily sedang berjalan menuju ruang makan tentunya dengan Emily yang memimpin di depan.

Brak!

Dua orang manusia yang berada disana menatap malas resya yang mendobrak pintu ruang makan dengan tidak anggunnya.

"Hehe maaf." Cengir resya merasa tak bersalah, resya berjalan menuju jejeran kursi itu dan duduk di samping kakaknya.

"Baiklah, mari kita mulai makan malamnya selamat makan." Ucap Axton memulai acara makan malam.

Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu di atas piring, benar-benar tidak ada perbincangan di meja makan karena memang tidak dianjurkan bagi pada bangsawan makan sambil berbicara.

Setelah semua selesai makan, datanglah koki Bruce beserta satu pelayan yang membawa 2 martabak manis dan dihidangkan di atas meja makan.

"Makanan apa ini Bruce?." Tanya Axton karena baru melihat makanan seperti itu.

"Ini martabak manis tuan Duke, saya dan tuan putri membuat makanan ini tentunya dengan resep langka tuan putri." ucap Bruce .

"Benarkah itu?." Tanya Axton memastikan, ia tidak pernah tau jika anaknya bisa memasak masuk di dapur sekalipun saja tidak pernah.

"Iya ayah, tapi aku juga dibantu koki Bruce." ucap resya tersenyum.

"Adikku ini memang yang paling hebat, aku tidak sabar mencicipi makanan penutup ini." Ucap Edgar yang mendamba makanan itu masuk kedalam mulutnya.

"Kalau begitu silahkan dicoba." Ucap resya mempersilahkan.

Axton dan Edgar mengambil 1 potong martabak manis itu dan memasukkannya kedalam mulut mereka.

1 gigitan
2 gigitan
3 gigitan

"Ini sangatlah enak!
" Puji Edgar lalu mengambil 1 potong lagi dan memasukkan nya kedalam mulutnya.

"Benar, ini sangat enak ayah tidak pernah tau jika kau bisa memasak." Ucap Axton tiba-tiba membuat resya yang tengah menikmati martabak manis itu tersedak.

Uhuk! Uhuk!

"Minum dulu." Titah Edgar yang menyodorkan gelas resya yang sudah terisi air putih kepada resya.

Glek glek glek!

"Terima kasih." ucap resya terseyum.

'sudah lama aku tidak pernah melihat senyuman itu' batin Edgar.

"Ayah tidak tau saja, anakmu ini diam-diam jago memasak." Jawab resya pede sambil menepuk dadanya 2 kali ya memang benar sih saat di dunia nyatanya ia pernah memasak sendiri selama 3 Minggu karena waktu itu art nya tengah pulang kampung dan kedua orang tuanya tengah berada di Amsterdam mengurus bisnis dan jarang pulang, bisa dibilang jika keluarga dara ini adalah CRAZY RICH.

dara selalu kesepian jika berada dirumah maka dari itu dara selalu menghibur diri dengan mengikuti ajang balap montor dengan hadiah yang cukup fantastis ya walaupun ia sudah kaya namun itu hanya sebatas kegabut annya saja orang tuanya selalu mentransfer uang dengan nol 6 digit per bulannya awalnya ayahnya ingin memberi dengan 9 digit namun ditolak dara, karena menurutnya 9 digit itu terlalu banyak.

Menurutnya itu terlalu menghambur-hamburkan uang lebih baik uang itu diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

"Baiklah-baiklah anak ayah memang hebat!." Puji Axton lalu tertawa diikuti Edgar yang juga ikut tertawa, hangat itulah yang dirasakan resya saat ini.







******

Waduhhh kepo ga? Kepo ga?

Kuy kepoin

Jangan lupa pencet 'bintang' nya ya.

****

Grand Duke itu Milikku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang