Satu

277 24 5
                                    

Holaaa
Selamat membaca gess
















"Adik!."
"Putriku!."
"Tuan putri!."

Semua orang yang berada di sana panik melihat Resya yang sudah terbaring di atas lantai, Di alam bawah sadar dara bertemu dengan jiwa resya sang pemilik tubuh.

"Lu resya?." Tanya dara kepada jiwa resya yang memakai gaun berwarna putih.

"Benar sekali, aku tidak punya banyak waktu disini. Tolong jangan potong pembicaraan selagi aku berbicara." ucap resya yang di jawab anggukan.

"Oke, sok atuh."

"Dara, kamu adalah pemilik tubuh ini sekarang aku harap kamu bisa menjaga keluarga ku dan lakukan sesukamu yang kau mau. Hindari violeta aku akan memberimu ingatanku nanti." ucap resya asli lalu tak lama muncul lah asap putih yang membawa resya menghilang dalam sekejap.

" berarti sekarang gw bukan Adara Everly Louis tapi 'Aresya Jecolyna Aldrich, tapi gw tubuh gw gimana? WOYY TUBUH GW GIMANAAA?." monolog dara.

Tak lama setelah itu asap putih mulai mengelilingi dara dan dalam hitungan detik asap itu menghilang membawa dara keluar dari alam bawah sadarnya.

****

(Kita sekarang panggil dara itu resya)

Resya mulai membuka matanya, baru saja membuka mata dirinya sudah terkejut saja karena ada banyak orang yang mengelilinginya namun dengan cepat ia menutupi keterkejutannya itu

'buset kek artis aja gw.' batinnya.

"Adik, ada yang sakit?." Tanya seorang pemuda yang ditebak resya itu adalah edgar kakak resya (asli).

"Tidak ada." jawab resya.

"Eum bisakah kalian mundur, aku merasa sesak." ucap resya tak nyaman.

"Beri ruang untuk putriku." ucap Axton, yang dituruti oleh orang-orang yang berada mengelilingi kasur resya.

"Maaf nona, saya izin memeriksa." ucap seorang tabib yang dijawab anggukan oleh resya.

Melihat tabib telah selesai memeriksa resya Axton mulai membuka suaranya, "bagaimana kondisi putriku saat ini?." Tanya Axton.

"Kondisinya sudah membaik, aku akan memberikannya ramuan untuk memperkuat daya tahan tubuhnya." ucap tabib itu lalu mengeluarkan sebuah botol yang berisikan ramuan lalu di berikan kepada Axton "ini yang mulia." ucap tabib itu.

"Hm baiklah." ucap Axton lalu menerima botol itu.

"Jika tidak ada yang perlu ditanyakan saya permisi." ucap tabib itu membungkuk hormat lalu pergi dari ruangan resya.

"Ayah ada di ruang kerja jika ada yang kau butuhkan bilang saja ke ayah." ucap Axton lalu menepuk-nepuk kepala resya lembut.

"Iya Om eh ayah"

'bapak serasa sugar Daddy ini mah.' batin resya.

"Ayah pergi dulu." ucap Axton lalu mencium pipi kanan resya.

Cup

'KYAAA NIKAHI AKU OMM.' jerit resya dalam hati.

Setelah Axton pergi kini giliran Edgar yang akan berpamitan padanya, "kakak juga akan pergi ke tempat latihan, kakak pergi dulu" ucap Edgar lalu mencium kening resya setelah itu ia berlalu meninggalkan resya dan pelayan itu dari kamar resya.

'TOLONG BISA METONG DI TEMPAT GW, 2 cogan nyium gw?! Gacor kang.' batin resya sambil tersenyum.

Pelayan itu menatap resya dengan tatapan bingung, "tuan putri tidak apa-apa?." Tanya pelayan itu yang bernama Emily.

Seketika Resya tersadar akan lamunannya dan beralih menatap pelayan itu, "ah iya aku tidak apa-apa, emm siapa namamu?." Tanya resya, di novel yang ia baca ia sama sekali tidak punya pelayan pribadi karena tidak ada yang kuat dengan perlakuan resya asli.

"Izin memperkenalkan tuan putri, nama saya Emily Marseille saya ditugaskan oleh Duke Axton untuk menjadi dayang tuan putri." ucap pelayan itu.

'Lahh kok kok, kok jadi gini wehhh apa karena gw alurnya jadi berubah? Waduh wirr kacau wak.' batinnya.

"Baiklah, Emily apa aku boleh bertanya?."

"Tentu saja tuan putri." jawab Emily.

"Tanggal berapa sekarang?." Tanya resya.

"Sekarang tanggal 24 Februari tuan putri." jawab Emily yang dijawab anggukan oleh resya.

'berarti gw lagi berada di 1 tahun sebelum pengeksekusian si resya, gw ga bakal nyia-nyiain kesempatan ini pokoknya gw jangan sampai mati ditangan si nathanjing itu.' batin resya.

"Emily, aku ingin jalan-jalan di taman." ucap resya.

"Mohon maaf tuan putri, tuan putri harus izin terlebih dahulu ke tuan Duke Axton sebelum pergi." ucap Emily.

"Baiklah, antarkan aku ke ruang kerja ayahku." ucap pasrah resya, dari pada diam di kamar mending jalan-jalan.

Saat ini resya tengah mengikuti Emily dari belakang seperti anak ayam yang mengikuti induknya, awalnya Emily tak mau jika ia di depan ia bisa saja di cap tidak sopan oleh pekerja lain namun karena paksaan dari resya Emily hanya mengangguk patuh saja.

Emily menghentikan langkahnya begitupun Emily, hal itu membuat resya mengernyit heran, "ada apa Emily?."

"Kita sudah sampai tuan putri." ucap Emily lalu meminggirkan badannya ke samping resya.

Terlihat di depan pintu ada 2 orang prajurit yang menjaga ruang kerja ayahnya, resya berjalan ke arah ruang kerja ayahnya itu yang berjarak 10 langkah kaki saat hendak membuka pintu ruang kerja ayahnya ternyata sudah ada orang yang terlebih dahulu membukanya dari dalam.

"E-eh." kikuk resya, bahkan tangannya masih melayang di udara setelah sadar ia segera menurunkan tangannya.

'ni cowok kenapa malah berhenti di ambang pintu sih? Gw kan mau masuk anjay.' batin resya.

"Permisi?." Ucap resya karena sudah Gedeg dengan pemuda di depannya ini.

"Dasar tidak punya etika." ucap pemuda itu lalu melengos pergi dari sana.

Resya melihat pemuda itu dengan tatapan dongkol, masih pagi lohh. Resya lalu masuk kedalam ruang kerja ayahnya disana ia melihat ayahnya sedang sibuk dengan berkas-berkas yang berada di atas mejanya.

"Ayah." panggil resya.

"Ada apa?." Tanya Axton.

"Pria tadi itu siapa?." Tanya resya lalu berjalan untuk duduk di kursi kosong yang berada di depan meja Axton.

"Itu grand Duke leonard, ada apa memang?." Tanya Axton lalu menaikkan salah satu alisnya.

"Tidak ada, Om eh ayah boleh kah Putri kecilmu ini pergi ke taman?." Tanya resya.

'ni mulut bisa diem ga sih? Bisa ga gausah asal nyeplos gitu gw lakban baru tau rasa!.' batin resya.

"Tidak, kau belum pulih." ucap axton.

******

Bapak serasa sugar Daddy ga tuh wkwkwkw😭😄

Jangan lupa vote ya man teman makasihh

*****




Grand Duke itu Milikku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang