1. Orang Lama?

515 82 8
                                    

Hari Senin adalah hari yang paling dibenci para siswa. Mereka harus mengawali hari dengan upacara bendera terlebih dahulu. Diantara murid-murid yang melakukan upacara bendera, terlihat Gio berdiri dengan gelisah karena teriknya matahari yang mulai menyengat karena hari semakin siang. Namun, dia harus berusaha menahannya karena sedari tadi dia merasa sedang diawasi oleh anggota OSIS yang bertugas di belakang barisan.

Daniel teman Gio yang kembali satu sekolah dan satu kelas dengannya juga merasakan hal yang sama, dia berdiri di belakang Gio. "Gi, enak banget ya anak OSIS. Kita panas-panas, mereka malah enak-enakan berteduh" ujarnya pada Gio, tapi sayang Gio tak menanggapinya. "Udah Gi, dia udah punya pacar. Lagian lo sih takut amat confess sama dia pas SMP" Ucap Daniel saat dia sadar kalau Gio sedari tadi melihat ke arah seorang anggota OSIS yang menjadi pembaca tata tertib upacara hari ini.

Gio menolehkan wajah dengan malasnya ke arah Daniel "Diam!" ucapnya pelan disertai tatapan tajam.

Daniel yang ditatap seperti itu bukannya takut, tapi malah makin gencar saja meledek Gio. "Hey kalian berdua!" seketika saja Daniel dan Gio dibuat langsung diam membeku, guru yang memanggil mereka pun berjalan mendekat ke arah mereka "Baris kalian di ujung sana!" perintahnya. Mereka berdua hanya bisa menurut karena yang berbicara barusan adalah Guru yang sangat ditakuti di sekolah ini.

Gio yang merasa dirinya tak bersalah sebenarnya ingin protes, tapi apalah daya kalau dia beradu argumen dengan guru itu yang ada Bundanya menceramihani nya dari pulang sekolah nanti sampai jam makan malam. Dia lebih memilih dihukum di sekolah ketimbang di rumah. Mereka berjalan sambil menundukan kepala, karena mereka baru satu minggu disini, tapi sudah harus di perlakukan seperti ini. Gio yang memang anak dari salah satu guru disini pun hanya bisa pasrah dengan nasibnya, terlebih lagi seseorang yang sedari dia pandangi pun melihat ke arah dia sekarang.

Selesai upacara, Daniel dan Gio menghadap ke guru yang menghukum mereka. Dan untungnya mereka tak mendapatkan hukuman tambahan setelahnya, walau Gio sudah pasti bakal kena omel Bundanya saat dirumah nanti. Mereka sekarang berjalan beriringan ke kelas, Daniel sedari tadi sibuk menggoda para siswi yang berpapasan dengan mereka.

Gio yang sudah muak dengan tingkah temannya memilih mempercepat jalannya, saat dia persimpangan antara anak kelas dua dan satu. Gio dibuat terdiam saat melihat seseorang yang sedari tadi selalu saja jadi pusat dunianya "Shan." Panggil Gio pada orang itu, dan membuat Shani yang dipanggil menoleh ke arahnya."Mau kemana? kok bawa bukunya banyak banget?" tanyanya.

Shani tersenyum kearah Gio "Ini, mau ke kelas. Soalnya gurunya gak masuk jadi, cuman dikasih tugas doang" Jawab Shani tanpa melunturkan senyumnya.

"Sini aku bantu" Tanpa persetujuan dari Shani, Gio mengambil buku di tangan Shani dan membawanya, Shani sebenarnya tak mau merepotkan Gio pun hanya bisa pasrah karena selalu saja dapat penolakan dari Gio saat dia berusaha mengambil buku darinya.

"Nyebelin banget sih" Ujarnya sambil mencubit perut Gio dan membuatnya hampir menjatuhkan buku di tangannya. Shani yang melihat itu seketika panik, bukan panik karena Gio kesakitan, tapi dia takut buku yang dipegang Gio jatuh dan rusak nantinya.

"Ck, gak usah nyubit juga Shan!" Cibir Gio, dia sebenarnya panas dingin saat berjalan berdua dengan orang disampingnya ini, entah kenapa setiap mereka berdua sedang berbincang atau sekedar berjalan berdua saja, Gio selalu saja dibuat panas dingin. Dia selalu tak bisa kalau berdekatan dengan Shani, padahal dengan perempuan lain dia biasa saja.

"Gii, kok bisa kamu tadi disuruh pisah barisan dari kelasmu?" Tanya Shani, dia merasa terlalu sunyi karena Gio tak ada inisiatif untuk membuka pembicaraan.

"Ahhh, gara-gara Daniel. Padahal aku udah peringatin dia buat diam, malah ngelunjak dan ya terjadilah hal tadi" ujarnya, Gio saat tiba di depan kelas Shani pun menyerahkan buku di tangannya, dia tak ingin masuk kedalam kelas Shani. Dia tau kalau Shani dan pacarnya satu kelas, jadi dia lebih memilih untuk tidak mencari masalah. Dia bukannya takut pada pacar Shani tapi dia tak mau Bundanya malu dan jelas dia tak mau juga kalau kena omel olehnya.

"Makasih yaa" Shani sedikit berteriak karena Gio sudah cukup jauh dari kelasnya.

*

Gio yang baru sampai pun langsung mendudukan diri di bangkunya, dan langsung saja merebahkan kepalanya dan menutupinya dengan buku yang entah punya siapa itu. Dia merasa kepalanya penuh dengan sosok Shani saat ini, jadi dia mencoba memejamkan matanya untuk tidur sejenak.

Daniel yang melihat itu pun langsung saja menghampiri Gio "Gi, dari mana aja sih lu?" tanyanya, tapi sama sekali tak ada respon dari Gio. "Gi bangun, buk Shania udah datang tuh!" mendengar itu Gio langsung saja mengangkat kepalanya, dan saat dia melihat sekelilingnya, dia sama sekali tak melihat ada guru yang masuk.

Gio yang merasa ditipu oleh Daniel pun berancang-ancang akan memukulnya, tapi belum sempat dia melayangkan pukulan pada Daniel, tangannya sudah ditahan oleh Marsha. "Gak usah pakai kekerasan Gi, kasihan otak dia udah gesrek gitu malah kamu pukul, nanti yang ada malah tambah rusak tuh" ucap Marsha, dia sedikit kasihan pada Daniel sudah terlalu sering kepalanya kena getok oleh Gio, malah dari SMP sudah terlalu sering dia mendapatkan kekerasan seperti ini, ya memang tak keras tapi kalau sering sepertinya bakal ngaruh juga sama otaknya.

Daniel yang merasa dirinya dibela oleh Marsha pun tertawa menang, tapi tawa itu tak berlangsung lama. Dia malah mendapatkan pukulan di lengannya dan pelakunya tak lain adalah Marsha "Gak usah meledek, aku bantu kamu juga karena kasihan sama otak mu" ucap Marsha setelah itu pergi meninggalkan mereka, karena dia dipanggil Indah yang ingin mengajak ke perpustakaan, karena bu Shania tidak masuk pagi ini.

"Caa, ikut dong" Daniel berdiri dan menarik Gio yang sudah kembali ke posisi awalnya, Gio hanya bisa pasrah saat dirinya ditarik paksa oleh Daniel, dia juga berpikir lebih baik tidur di perpustakaan ketimbang di kelas karena disana lebih tenang dari dikelas.

**

Saat istirahat mereka pergi ke kantin sekolah, kawanan Gio dan Daniel sekarang tiba-tiba bertambah menjadi 5 cowok 5 cewek. Mereka duduk di dua meja yang berbeda, dimana Gio, Daniel duduk bersama cowok lainnya dan yang cewek di meja yang satunya lagi.

Daniel yang melihat masih ada bangku kosong di samping Indah pun berdiri dan Zean yang melihat itu pun tau maksud Daniel. Tapi sayang pergerakan mereka berdua terbaca oleh Gio dan Ollav, mereka berdua menahan Daniel dan Zean untuk tak beranjak dari sana.

"Udah di sini aja kali, gw tau kalian mau godain para betina kan" ucap Ollav, membuat Daniel dan Zean kembali mendaratkan pantat nya di tempat semula.

"Gak asik banget dah lu berdua" cecer Zean dan di setujui oleh Daniel."Padahal gw mau godain Neng Maca cuk, soalnya dia lucu banget kalau lagi salting" lanjutnya.

Aldo yang sedari tadi diam saja itu bersuara "Udah duduk disini ae, kalau masih betingakah bogem Gio siap melayang noh" Tanpa mereka sadari Gio sedari tadi sudah siap memukul mereka, dia sudah muak dengan tingkah Daniel, sekarang Zean malah ikut-ikutan bertingkat.

Tak lama dari itu makanan mereka datang dan mereka menyantap makanan masing-masing.

Zean yang sedang asik menyantap makanannya dibuat heran dengan Gio yang sedari tadi tak hanya mengaduk-ngaduk makanan yang sedikit lagi habis itu "Gii, itu makanan lu kok diaduk doang dah" tanyanya, sebenarnya dia bertanya seperti karena dia masih lapar dan ingin meminta makanan punya Gio, tapi saat dia melihat kemana arah Gio menatap, dia langsung sadar apa penyebab Gio tak melanjutkan makannya."Yaelah Gii, udahlah iklasin aja" ucapnya sambil menepuk pundak Gio memberi semangat pada temannya itu.

Aldo yang memang sedari melihat kearah yang sama tadi seperti Gio pun berucap "Gii, kalau misal lu mau ngerebut Kak Shani dari si Cio kampret itu. Kita siap bantu kok ngehajar tu bocah"

Gio mendengar itu pun langsung menatap Aldo "Ahh, gak usah toh juga gw gak berani ngomong sama dia. Pernah sih gw ngomong tapi ditolak" Jelasnya, tak ada raut sedih diwajahnya. Tapi temannya tau kalau Gio sekarang sedang berusaha terlihat baik-baik saja dia depan teman-temannya itu.

***

The Original Story pertama gw. sebenarnya masih belum mau di publish tapi buat cek ombak aku putusin buat publish sekarang.

Semoga suka ya.

Oh iya, jang berharap bakal cepet update. gw nulis kalau lagi gabut doang soalnya. dan buat cerita sebelumnya, gw masih bingung mau lanjut atau gak. Lihat nanti kedepannya gimana.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang