TYPO 🙏
HAPPY READING...!!!"Mm... Maaf kak, aku mau tanya." Ucap Gita.
"Boleh, kamu mau tanya apa?"
"Kakak ko bisa sayang sama Chika? Dan kakak ko mau di panggil mama, mungkin kalo orang lain bakalan ngerasa gak enak kalo tiba-tiba ada yang manggil kaya gitu apalagi kakak kan belum nikah."
Gita sangat penasaran dengan sosok wanita yang ada dihadapannya itu. Meskipun dia sedikit ragu untuk menanyakan hal tersebut, tapi daripada dia terus bertanya-tanya lebih baik dia katakan saja langsung pada Shani."Kakak gak tau kenapa, Gita. Kakak kaya jatuh cinta pada pandangan pertama, saat kakak menemukan Chika." Jawab Shani, dia terus memperhatikan Chika yang sedang fokus merakit Lego.
"Ternyata kakak setulus itu sama Chika. Aku kasian sama dia kak, dulu sebelum kakak hadir dalam hidupnya Chika sama sekali gak mau bicara sama siapapun. Dia bisanya cuman tantrum, teriak-teriak manggil almh Kak Anin, mamanya. Chika itu gak bisa lepas dari Kak Anin, pas Kak Anin pergi Chika jadi sakit. Tapi aku seneng sekarang kayaknya Chika udah mulai normal lagi kaya dulu. Itu semua berkat kakak, makasih ya kak." Ucap Gita pada Shani.
"Itu semua sudah diatur sama Tuhan. Kakak bisa dipertemukan dengan Chika, mungkin itu salah satu cara supaya Chika bisa sembuh lagi. Kakak gak bermaksud menggantikan peran mamanya, kakak cuman mau nolongin Chika aja."
"Kalo mau jadi mamanya beneran juga gak papa ko kak, aku ijinin hehehe..." Ucap Gita sambil menggoda Shani.
"Ma maksud kamu?" Tanya Shani, kini wajahnya mulai panik.
"Nggak kak, aku becanda ko. Maaf ya... Hehehe..."
(Huufftt... Ada-ada aja sih adeknya si Cio ini.) Batin Shani.
CEKLEK
Veranda muncul dari arah pintu.
"Makan siangnya sudah siap, kita makan sama-sama yu Shan," ajak Ve pad Shani.
"Mm... Gak usah deh Tan, kebetulan Shani masih kenyang." Tolak Shani secara halus. Sebenarnya dia merasa tidak enak jika harus makan bersama mereka. Bahkan ini kali pertama dia berkunjung.
"Udah ayo, Tante maksa nih. Cucu Oma, makan yu dek."
"Sama mama?" Tanya Chika sambil melirik Shani dan menatapnya penuh harap.
"Tuh Kak, Chika maunya sama kakak. Udah ayo kita makan sama-sama, jangan gak enakan gitu ah. Anggap aja rumah sendiri." Ucap Gita, yang lebih dulu keluar dari kamar Chika.
"Mama ayo..." Chika kini mulai menarik tangan Shani yang masih duduk.
"I iya sayang, ayo." Dengan pasrah Shani menurut pada Chika. Sementara Veranda hanya tersenyum saja, dia tau Shani akan lemah dengan Chika.
"Gendong ma..."
"Oke deh, siaap... Mau gendong depan apa gendong di punggung?" Ucap Shani memberikan pilihan pada Chika. Gadis kecil itu terdiam sejenak dan berpikir.
"Depan aja ma, Chika mau peluk mama." Jawabnya.
"Oke, yu!" Shani pun mengangkat tubuh Chika. Masih sama seperti terakhir dia menggendong Chika, gadis kecil itu berat badannya sama sekali belum ada peningkatan.
Di ruang makan