40: Tugas Negara

8.4K 574 60
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan Mommy jangan jadi silent readers dong!!! Vote dan komen juga.

Banyak yang baca tapi gak meninggalkan jejak vote ataupun komen sama sekali!!!!

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ TAKDIR TERBAIK ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*



Beberapa bulan sudah berlalu, kini kandungan Najla sudah memasuki bulan keempat. Dan selama empat bulan terakhir ia mengalami morning sickness, tidak hanya dirinya bahkan sang suami, Mayor Adam lebih sering mengalami muntah-muntah. Konon katanya kalau sang suami yang mengalami ngidam dan muntah, itu sangat mencintai istrinya.

Mayor Adam ada panggilan negara, kemarin tepatnya hari kamis ia melepas dua pleton untuk misi kemanusiaan. Desa sindang sari, desa pelosok yang mengalami musibah gempa bumi. Dan hari ini ia akan ke desa itu untuk membantu sebenarnya ia tak tega meninggalkan Najla, apa lagi istrinya itu tengah hamil. Tapi ini konsekuensinya, ia harus meninggalkan Najla untuk beberapa hari.

Mayor Adam menyusul tidak hanya sendiri, ada dua anggota yang lain.

"Sayang, jaga diri baik-baik ya?" Ucap lembut Mayor Adam sambil tersenyum melihat Najla tengah menangis, perempuan itu tidak ingin ditinggal tapi walau begitu ia tidak mungkin melarang sang suami untuk pergi.

"Mas jaga diri ya, kalau ada apa-apa kabarin aku," ucap Najla diiringi isak tangis.

Tangan Mayor Adam terangkat untuk mengelus kepala Najla penuh sayang. "Dek tunggu Mas, Mas akan kembali."

Karena sudah akan berangkat, Mayor Adam mendekatkan kepalanya lalu melayangkan banyak kecupan di wajah Najla. "Untuk bekal Mas selama di sana," ucapnya membuat Najla tersenyum.

Lalu Najla juga melayangkan kecupan di wajah sang suami, "buat bekal aku juga," balasnya. Setelahnya Najla memeluk erat Mayor Adam. Lelaki itu melepaskan pelukan lembut, lalu berjongkok. "Adek bayi, Abi berangkat buat tugas negara dulu ya sayang. Jangan nakal-nakal, Uminya di jaga ya sayang. Jangan rewel kasian Uminya," ucapnya tulus sambil mengecup perut Najla yang mulai menonjol.

Mayor Adam berdiri dan menghapus air mata Najla, "Mas berangkat dulu ya sayang?" Najla mau tak mau mengangguk. "Iya Mas." Lalu Najla mengecup tangan sang suami dibalas kecupan di keningnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Mayor Adam berjalan menuju mobil yang akan membawanya ke desa sindang sari. Lalu lelaki itu berbalik menatap sang istri yang tengah menangis. Ia tersenyum lebar, lalu memasuki mobil itu.

"Ayo jalan," perintah Mayor Adam.

Najla, melihat mobil yang membawa suaminya berjalan menjauh tak bisa lagi menutupi rasa sedihnya. Ia berjalan menuju rumah dinas dengan air mata yang terus menetes.

Entah mengapa ia sulit sekali melepaskan Mayor Adam yang akan pergi, ada perasaan tak enak. Tapi ia menepis semua pikiran buruknya.

__

Lima jam berlalu, Mayor Adam dan dua tentara sudah sampai di desa sindang sari. Mobil yang dinaiki tida bisa masuk lebih jauh, dengan terpaksa ia dan yang lain memarkirkan mobilnya dan lanjut berjalan kaki.

Jalanan begitu terjal akibat gempa bumi yang melanda. Banyak jalanan retak dan pohon tumbang. Dengan hati-hati Mayor Adam melangkah.

"Dulu saat saya kesini, desa sindang sari begitu asri. Tapi sekarang karena musibah ini, desa ini hancur," ucap Mayor Adam.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang