Hari berikutnya pun tetap sama, Xiaozhan tidak mau bicara dengan Yibo. Bicarapun paling tidak hanya menjawab singkat.
Meskipun dia sudah mencoba untuk membuka diri dan berbicara dengan Xiaozhan, sikap istrinya tetap acuh dan jauh. Xiaozhan hanya menjawab pertanyaannya dengan singkat, tanpa ada keinginan untuk melanjutkan percakapan. Kadang-kadang, Xiaozhan bahkan hanya mengangguk atau menggeleng, membuat Yibo merasa seperti berbicara dengan orang tak bisa bicara.
Semalam dia sudah kepikiran untuk membuatkan Zhan sarapan berharap bisa meredakan kekesalan Xiaozhan, tapi sayangnya dia bangun terlambat. Ketika dia keluar dari kamar, dia mendapati Xiaozhan sudah duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya.
"Zhan, aku buatkan sarapan, yaa."
Xiaozhan hanya mengangkat bahu dan tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. "Aku sudah makan roti tadi," jawabnya
Yibo langsung kecewa, tapi dia tidak menunjukkan itu di wajahnya. "Kenapa makan roti, kata ibu tidak begitu bagus."
Ahh dia di abaikan lagi. Yibo pergi ke dapur dan tetap membuat sarapan, berharap Xiaozhan mungkin akan mau makan bersamanya nanti. Saat sarapan sudah siap, Yibo membawa sepiring nasi goreng satu piring penuh, ia meletakkannya di meja.
"Aku buat nasi goreng. Kamu mau?"
Xiaozhan sekilas melirik ke arah piring di meja, lalu kembali ke ponselnya. "Tidak mau," tolaknya
Yibo menghela napasnya lagi. Rasa prustrasinya mulai tumbuh, dia kemudian makan nasi nya sendiri dengan lahap.
"Zhan... bisakah kita bicara? Aku bosan melihatmu marah padaku dan bersikap begini."
Xiaozhan akhirnya mengalihkan pandangannya nya, menatap suaminya. "Yibo, aku tidak marah,"
"Tapi kamu mendiamiku."
"Aku hanya tidak ingin banyak bicara, itu saja."
"Hanya denganku, tapi dengan ibu tidak."
Xiaozhan menghendikkan bahunya, "Aku juga tidak tahu,"
Yibo menelan kunyahannya lalu menyimpan piringnya lagi. Dia menangkup tubuh Xiaozhan tiba-tiba.
"lepas!"
"Maafkan aku, Jangan marah lagi, aku akan menuruti semua keinginan mu."
"Yibo, kau selalu bilang begitu. Tapi kenyataannya tidak pernah berubah. Telingaku sampai pengang mendengar nya."
"Aku tidak lagi ikut balapan liar lagi, kamu sudah tahu itu dari ibu kan? Hm, aku akan berhenti."
"Ck, terserah aku tidak peduli. Sudah lepas, ahh sesak Yibo." Protes Xiaozhan karena Yibo terus memeluknya.
"Maafkan aku dulu Zhan."
"Hmm."
"Hmm? Hm apa?"
"Aku tidak marah, aku itu bosan sekali melihatmu yang selalu pulang dengan banyak luka."
Yibo akhirnya melepaskan pelukannya, menatap Xiaozhan dengan penuh perhatian.
"Aku tidak apa-apa, ini cuma luka kecil. Sudah terbiasa. Kadang kalau aku menang, ada saja yang tidak suka. Dan membuat keributan semacamnya. Jadi beginilah yang terjadi."
"Luka kecil tapi jika terus-terusan begini bisa hancur wajahmu."
"Jangan sembarangan. Beginipun aku masih kelihatan tampan dan keren." Ungkapnya begitu percaya diri
"Narsis sekali."
"Tapi kau suka."
"kapan aku pernah bilang suka?"
