33

452 43 7
                                    


Hari berikutnya pun tetap sama, Xiaozhan tidak mau bicara dengan Yibo. Bicarapun paling tidak hanya menjawab singkat.

Meskipun dia sudah mencoba untuk membuka diri dan berbicara dengan Xiaozhan, sikap Xiaozhan tetap acuh dan jauh. Xiaozhan hanya menjawab pertanyaan Yibo dengan singkat, tanpa ada keinginan untuk melanjutkan percakapan. Kadang-kadang, Xiaozhan bahkan hanya mengangguk atau menggeleng, membuat Yibo merasa seperti berbicara dengan orang tak bisa bicara.

Semalam dia sudah kepikiran untuk membuatkan Zhan sarapan berharap bisa meredakan Xiaozhan, tapi sayangnya dia bangun terlambat. Ketika dia keluar dari kamar, dia mendapati Xiaozhan sudah duduk di ruang tamu, sibuk dengan ponselnya.

"Zhan, aku buatkan sarapan, yaa?" tawar Yibo dengan nada hati-hati, 

Xiaozhan hanya mengangkat bahu dan tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. "Aku sudah makan roti tadi," jawabnya singkat.

Yibo langsung kecewa, tapi dia tidak menunjukkan itu di wajahnya. "Kenapa makan roti, kata ibu tidak begitu bagus."

"..."
Ahh dia di abaikan lagi. Yibo pergi ke dapur dan tetap membuat sarapan, berharap Xiaozhan mungkin akan mau makan bersamanya nanti. Saat sarapan sudah siap, Yibo membawa sepiring nasi goreng yang terlihat acak-acakan isinya, meletakkannya di meja.

"Aku buat nasi goreng. Kamu mau?"

Xiaozhan sekilas melirik ke arah piring di meja, lalu kembali ke ponselnya. "Tidak mau," katanya pelan,

Yibo menghela napas dalam-dalam. Rasa frustrasinya mulai tumbuh, dia kemudian makan nasi nya sendiri dengan lahap.

"Zhan... aku tahu kau marah padaku. Tapi bisakah kita bicara? Aku bosan melihatmu marah padaku dan bersikap begini."

Xiaozhan akhirnya mengalihkan pandangannya nya, menatap Yibo sejenak. "Yibo, aku tidak marah..."

"Tapi kamu mendiamiku."

"Aku hanya tidak ingin banyak bicara, itu saja."

"Hanya denganku, tapi dengan ibu tidak."

Xiaozhan menghendikkan bahunya, "Aku juga tidak tau,"

Yibo menelan kunyahannya lalu menyimpan piringnya. Dia menangkup tubuh Xiaozhan tiba-tiba.

"Eh lepas!"

"Maafkan aku, Jangan marah lagi, aku akan menuruti semua keinginan mu."

"Yibo, kau selalu bilang begitu. Tapi kenyataannya tidak pernah berubah. Telingaku sampai pengang mendengar nya."

"Aku tidak lagi ikut balapan liar lagi, kamu sudah tau itu dari ibu kan? Hm, aku akan berhenti."

"Ck, terserah aku tidak peduli. Sudah lepas, ahh sesak Yibo." Protes Xiaozhan karena Yibo terus memeluknya.

"Maafkan aku dulu Zhann."

"Hmm."

"Hmm? Hm apa?"

"Aku tidak marah, aku hanya bosan sekali melihatmu yang selalu pulang dengan banyak luka."

Yibo akhirnya melepaskan pelukannya, menatap Xiaozhan dengan penuh perhatian.

"Aku tidak apa-apa, ini cuma luka kecil. Sudah terbiasa. Kadang kalau aku menang, ada saja yang tidak suka. Dan membuat keributan semacamnya. Jadi beginilah yang terjadi."

"Luka kecil tapi jika terus-terusan begini bisa hancur wajahmu.."

"Eh jangan sembarangan. Beginipun aku masih kelihatan tampan dan keren." Ucapnya percaya diri

"Narsis sekali."

"Tapi kau suka."

"Aku tidak pernah bilang,"

My Young HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang