Kembali

407 36 1
                                    

Gedung tempat acara masih terlihat sangat ramai saat Haechan berjalan menghampiri sang teman baik yang sudah duduk di salah satu meja kosong.

"Yah kok udah lemes?"tanya Haechan dengan wajah meledek.
"Diem deh Lo, rasain aja besok kalo Lo nikah. Capek banget anjir"keluh Renjun dengan wajah yang sudah mulai tak ramah.
"Tamu Lo masih banyak, nyet. Jangan pasang muka jelek Lo itu pake ekspresi jelek juga dong"
"Tapi capek astaga"
"Salah sendiri acaranya nggak jadi private"
"Iya ini salah gue sih. Tapi mengingat keluarga Lo adalah sekumpulan manusia ekstrovert parah, kayaknya nikahan Lo suatu saat nanti juga nggak bakal private deh"ujar Renjun dengan wajah sumringah.

Haechan mencibir. Menikah, menikah, menikah. Kesal juga, memang bisa menikah dengan siapa dia ini? Sudah sangat lama ia tidak menjalin hubungan lagi.

"Nikah mulu bahasan Lo. Bisa nikah sama siapa sih gue? Kucing?"omel Haechan.

Kini berganti Renjun yang terkekeh, ia menguasai keadaan hanya dengan satu kata saja.

"Kan gue bilang suatu saat nanti"
"Nggak usah di bayangin. Kemungkinan paling besar ya gue nikah sama kucing nya Mae"gerutu Haechan, bibirnya mengerucut lucu sekali.
"Enggak deh kayaknya"sangkal Renjun.
"Apaan lagi?"
"Takdir mau main-main dikit sama Lo"bisik Renjun.
"Hah? Maksudnya? Jangan bawa-bawa tak-"
"Liat deh sama siapa suami gue lagi jalan"

Kepala bulat milik Haechan itu menoleh ke arah belakang dimana manik mata Renjun fokus menatap.

Deg

Deg

Deg

"Mantan terindah Lo"bisik Renjun tepat di telinga Haechan sebelum dua lelaki tinggi semakin mendekat.

Tubuh Haechan sudah kembali tegap menghadap ke arah Renjun dengan wajah yang terlihat amat sangat gugup.

"Halo, sayang. Ini Jeno, rekan bisnis aku yang pernah aku ceritain. Inget nggak?"tanya Lucas sembari menghampiri Renjun.

Senyum Renjun merekah lebar saat lelaki yang di bawa suaminya benar-benar orang yang sama dengan yang ia kenal semasa sekolah dulu.

"Hai, Jen. Apa kabar?"sapa Renjun ramah sembari menyodorkan tangannya.
"Baik, Renjun. Selamat atas pernikahan nya ya"balas Jeno dengan senyum ramahnya.
"Kalian kenal?"tanya Lucas.
"Iya, Jeno ini temen aku waktu sekolah. Nggak akrab banget sih soalnya yang paling akrab ya Haechan"jawab Renjun sembari membalik tubuh Haechan menghadap Jeno sepenuhnya.

Jeno terkejut saat melihat jika sosok yang sejak tadi ia lihat benar-benar orang yang ia pikirkan. Haechan terlihat menatapnya dengan tatapan teduh serta senyum yang sedikit kaku. Masih sama seperti saat dulu keduanya baru saja menjalin kasih. Menggemaskan.

"Hai, bear"sapa Jeno dengan suara yang terdengar semakin berat di telinga Haechan.
"Ha- halo, Jeno. Apa kabar?"

Renjun terkekeh lalu menarik suaminya untuk meninggalkan dua mantan kekasih itu supaya mereka lebih leluasa berbincang.
.
.
.
Renjun kembali tertawa saat melihat wajah sembab Haechan saat mengantar nya ke bandara. Sejak dua hari lalu, teman baiknya itu memang menjadi semakin cengeng ketika tau jika ia akan pulang ke China untuk sementara. Dan sekarang setelah mereka sampai di bandara pun Haechan kembali meneteskan air matanya.

"Udah dong, jelek. Gue kan balik lagi nanti"ucap Renjun mencoba menenangkan Haechan.
"Tapi lama. Iiihh kenapa sih nikahnya sama kak Lucas yang rumahnya jauh? Gue nggak punya temen, kak"rengek Haechan pada suami Renjun yang kini jadi serba salah.
"Ya gimana ya, udah jodohnya. Besok gue beliin oleh-oleh yang banyak deh"bujuk Lucas.
"Pertemanan gue nggak semurah oleh-oleh Lo, kak"
"Ya barangnya Lo milih sendiri, unlimited. Gimana?"
"Oke kalo gitu"jawab Haechan sembari menghapus sisa air matanya dengan gerakan yang lucu sekali.
"Tau nya pertemanan kita beneran murah, nyesel gue ikut sedih"omel Renjun, lalu dua sahabat itu tertawa.

Echanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang