Mama untuk Jisung

752 50 2
                                    

"Mae, boleh ikut kerja nggak? Hari ini adek libur"pinta Haechan saat baru saja bangun tidur dan menemukan ibu nya tengah memasak.
"Mae pulang sore loh, dek"ujar Ten.
"Nggapapa. Nanti kalo bosen kan adek bisa keliling"
"Yakin?"
"Iya. Daripada di rumah sendiri"Haechan menatap sang ibu dengan mata berbinar memohon.
"Papa di rumah sampe siang kok, bear"kata Johnny yang masuk ke ruang makan, terlihat baru saja selesai mandi.
"Kamu ada jadwal operasi jam 10, sayang. Lupa?"tanya Ten pada sang suami.
"Huh? Iya? Bentar coba aku cek dulu"

Johnny mulai sibuk dengan ponsel nya.

"Kalo papa berangkat jam 10 nanti adek bareng papa aja"kata Haechan.
"Oh iya, papa ada operasi jam 10"kata Johnny.
"Nanti anaknya di ajak sekalian ya? Kasian kalo sendirian di rumah"pinta Ten yang segera di angguki suami nya.
"Mae berangkat sekarang, adek jangan lupa mandi terus siap-siap ya? Papa nggak boleh telat"ingat Ten sebelum mengecup kepala anak nya.
"Iya, Mae. Ati-ati di jalan ya"
"Iya, sayang"

Johnny berdiri mengantar Ten sampai ke depan rumah sedangkan Haechan memilih menyelesaikan sarapan nya lalu bergegas masuk kamar lagi untuk mandi.
.
.
.
"Sebentar, sayang. Jangan gerak dulu ya? Nanti dokter nya bingung, nak"

Haechan baru saja memasuki ruangan sang ibu kala ia melihat seorang lelaki tinggi dengan balita yang berontak di dalam gendongan. Sepertinya takut di periksa.

"Adek, bisa bantuin Mae nggak?"pinta Ten yang sudah sangat hafal jika si anak sangat menyukai anak kecil.
"Pak, saya bantu ya?"ijin Haechan sebelum mengambil alih si balita.
"Halo, sayang. Eh coba liat, di meja sana ada dinosaurus ya? Mau itu?"celoteh Haechan mencoba mengalihkan perhatian balita dalam gendongannya.

Tangis si bocah perlahan berhenti, mata bening nya fokus pada dinosaurus yang memang ada di etalase tak jauh dari mereka.

"Suster, minta tolong dinosaurus nya satu. Adek bayi ini mau main ya?"pinta Haechan.

Ten sudah selesai dengan suntik nya, ia tersenyum kala balita yang di gendong Haechan tidak menangis, hanya merengek kecil saat merasa lengan nya sakit.

"Terima kasih, dok. Maaf merepotkan"
"Santai aja. Kamu hebat bisa ngasuh Jisung sendirian"puji Ten sembari mengusap pundak lelaki itu.
"Jisung, ayo pulang. Sudah selesai"

Haechan menoleh lalu hendak menyerahkan si bayi namun balita itu justru mencengkram kemeja Haechan dengan kencang.

"Kita pulang, nenek sudah menunggu di rumah. Yuk yuk"
"No!"seru si balita dengan suara cempreng nya.
"Mae"rengek Haechan meminta pertolongan sang ibu.

Tawa Ten pecah kala melihat anak nya menatap nya dengan tatapan memelas.

"Kamu anter sampe depan aja, dek. Dinosaurus nya di kasihin aja ya?"ujar Ten.
"Iya nggapapa"jawab Haechan.
"Nggak usah, dok. Nan-"
"Jaemin, nggapapa. Itu mainan Haechan jadi nggak masalah, anak nya udah besar kok nggak main dinosaurus lagi"

Akhirnya Haechan benar-benar mengantar lelaki tinggi yang baru ia tau namanya Jaemin itu hingga tempat parkir dengan si bayi yang masih berada dalam pelukannya. Balita tadi sudah tenang dengan dot nya.

"Pak, ini gimana?"tanya Haechan sembari menunjuk Jisung kecil dengan dagu nya.
"Kamu mau tunggu sebentar nggak? Biar dia tidur dulu"pinta Jaemin.
"Nggapapa, yang penting Jisung enggak nangis. Kasian"

Keduanya memutuskan untuk duduk di bangku taman sebentar sambil menunggu Jisung terlelap. Awalnya hening namun Jaemin bersuara lebih dulu.

"Kamu anak nya dokter Ten ya? Baru liat"
"Iya, pak. Biasanya sibuk kuliah, tapi lagi libur semester jadi ikut Mae sama papa kerja"jawab Haechan.
"Oh iya dokter John juga di rumah sakit ini kan?"

Echanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang