Unexpected

371 38 0
                                    

"Sayang, maaf ya. Renjun sendirian"
"Iya. Udah sana"
"Nanti aku ke rumah ya. Aku pulang dulu'

Mark berlari menuju mobilnya yang kini melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Kok Lo biarin sih?"tanya Jaemin dengan wajah kesal.
"Gue bisa apa sih? Ngerengek biar dia nggak pergi? Yang ada di ceramahin. Renjun sendirian disini. Orang tua nya jauh. Renjun sahabat baik"sungut Haechan.
"Sahabat taik kucing"tambah Jaemin.
"Emang"sahut Haechan.
"Mana ada yang percaya kalo mereka sahabat, bawa mobilnya kayak orang kesetanan. Mau lahiran kah?"sindir Jaemin tak terima.

Tawa Haechan meledak kala omelan Jaemin semakin lama terdengar semakin tidak masuk akal. Menggemaskan sekali. Baik sekali memang teman nya ini.

"Emosi banget, kak"kata Haechan.
"Ya Lo nya di gituin diem aja. Itu mereka selingkuh, Chan. Selingkuh. Ngerti nggak sih?"marah Jaemin.
"Biarin aja deh. Capek sedih terus"
"Bisa-bisanya"
"Ntar kalo gue putus dari Mark, Lo mau nikah sama gue nggak?"tanya Haechan dengan tatapan penuh harap.

Jaemin yang sejak tadi duduk bersandar seketika menegakkan tubuhnya. Ia tatap sosok manis di hadapannya dengan tatapan tak percaya.

"Lo itu cinta mati sampe goblok ke Mark. Mana bisa nikah sama orang lain"hardik Jaemin.
"Siapa tau? Kalo Lo punya janji yang bikin gue mau kan bisa kita"jawab Haechan dengan tawa nya.
"Kenapa harus nunggu putus dulu? Nikah sekarang aja nggak sih kita?"balas Jaemin.
"Coba lulus dulu baru nikahin anak orang. Mau Lo kasih makan apa gue?"
"Cinta"
"Pret"

Jaemin tertawa. Ia kembali menyandarkan tubuhnya pada sofa.

"Chan"panggil Haechan setelah keduanya meredakan tawa.
"Hm?"
"Mau adat apa kita?"
.
.
.
"Nggak boleh"
"Hah? Kenapa? Biasanya kan nggapapa. Renjun lagi demam, Chan"tanya Mark keheranan.
"Kamu liat nya aku lagi sehat?"

Mark diam, kekasih nya juga sedang sakit tapi pikiran nya sejak tadi terbang pada sosok sahabat baiknya yang juga tengah demam.

"Tapi Renjun sendiri"ujar Mark.
"Nggak punya siapa-siapa? Cuma punya kamu? Gitu? Template banget"
"Chan, kamu ngerti dong"
"Selama ini kapan aku nggak ngertiin kamu? Pernah aku marah kalo kamu lebih milih nemenin Renjun? Aku cuma mau di temenin karna aku sakit"seru Haechan mengeluarkan semua unek-unek nya.

Hening. Mark kembali duduk di sofa kamar Haechan lalu tangan nya mengotak-atik ponsel nya.

"Pergi deh Lo, anjing. Males gue!"seru Haechan setelah melihat wajah murung kekasihnya.
"Enggak kok, aku disini"
"Nggak usah. Temen Lo sekarat kan? Tungguin sana"kata Haechan ketus.
"Kok ngomong nya gitu sih? Mana yang sakit?"
"Daripada disini liatin hp mulu mending pergi deh. Gue masih punya orang tua, masih ada Jaemin, masih ada Jeno. Renjun kan cuma punya Lo disini. Pergi sana"usir Haechan.

Tak enak hati. Mark sedih kala mendengar Haechan menggunakan kata-kata kasar. Ia sadar jika ia salah, harusnya ia bisa memperlakukan Haechan dengan baik.

"Aku nggak pergi"putus Mark.
"Muak gue"kata Haechan sebelum membungkus dirinya dengan selimut tebal.

Mark mendekat, ia usap kepala Haechan dari balik selimut kuning itu.

"Maaf ya, sayang. Aku banyak bikin kamu sedih ya? Aku minta maaf. Harusnya aku bisa bagi waktu biar kamu nggak kesepian. Aku minta maaf ya? Besok kalo udah sembuh kita jalan-jalan. Mau?"rayu Mark mencoba menghibur kekasih nya.

Tak ada jawaban. Tapi Mark yakin jika si manis tengah menangis karna isakan kecil yang dapat ia dengar.

"Maaf ya, sayang ku. Mark minta maaf"

Setelahnya Haechan sudah tak ingat apapun karna ia ketiduran dalam tangis nya. Sore saat ia terbangun, ia dapat melihat Jaemin duduk di sofa tempat Mark tadi tengah terlelap. Si manis mencari ponsel nya lalu menghela nafas berat saat mendapati pesan Mark yang mengatakan ia ada kepentingan sebentar. Haechan tidak bodoh, lelaki itu pasti menemui Renjun lagi. Seperti biasa.

Echanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang