Telepati

386 28 2
                                    

Pagi itu senyum Jisung benar-benar lebar. Ibu nya bahkan beberapa menanyai apa Jisung baik-baik saja yang di balas dengan anggukan dan senyum yang masih lebar.

"Kamu abis dapet apa sih? Kok senyum nya lebar banget?"tanya nyonya Park keheranan.
"Bun, tau kan kalo kita bisa komunikasi sama soulmate kita lewat telepati?"
"Iya. Kamu pernah cerita kalo kalian udah bisa komunikasi kan? Terus kenapa seneng nya sekarang?"
"Semalem aku mimpi dia. Aku liat punggung dia. Rambut nya, tinggi badan nya, bahkan suara ketawa nya pun bisa aku denger, Bun"cerita Jisung dengan antusias.
"Hah? Yang bener kamu? Iri banget. Dulu bunda nggak bisa gitu"
"Aku juga kaget"
"Anak nya gimana? Kamu suka?"tanya nyonya Park penasaran.
"Dari kita bisa komunikasi aku udah suka sih. Cuma semalem pas denger ketawa nya, aku deg-degan. Suaranya lembut banget, Bun. Dia juga nggak begitu tinggi"
"Gemes dong?"
"Banget"
"Duh, nggak sabar ketemu calon mantu. Kamu nggak berusaha ajak dia ketemu? Tanya dimana dia tinggal gitu?"
"Udah pernah tapi dia bilang rahasia. Anaknya jail banget tau, Bun"

Saat keduanya sedang asik membicarakan soulmate si Park kecil, sang kepala keluarga terlihat menuruni tangga sembari mencoba menguping apa yang sedang anak dan istri nya bicarakan.

"Lagi ngomongin apa sih?"tanya tuan Park.
"Yah, masa Jisung bisa liat soulmate nya di mimpi tau"cerita nyonya Park pada sang suami, bersemangat sekali.
"Manis nggak? Oke? Cakep?"
"Dari belakang aja sih, yah. Tapi udah keliatan cakep. Suaranya gemes banget, yah"jawab Jisung.
"Suara? Kamu bisa denger suaranya?"
"Bisa. Kenapa, yah?"
"Setau ayah kalo udah sampe tahap bisa denger suara itu artinya kalian udah pernah ketemu"terang tuan Park.
"Masa sih? Aku kayaknya belum pernah liat dia deh"
"Mungkin kalian pernah tanpa sengaja ketemu di jalan, Ji. Soalnya dulu ayah juga gitu sebelum ketemu bunda mu. Nggak tau nya emang pernah ada di satu ruangan yang sama ada event dari kantor ayah"cerita tuan Park.

Jisung terdiam, mencoba berpikir dimana kemungkinan ia dan soulmate nya bertemu. Terlalu banyak kemungkinan. Di jalan? Di mall? Di kampus?

"Tapi kamu ini beruntung tau. Bisa komunikasi sama soulmate mu waktu masih SMA, terus bisa liat sama denger suaranya pas kamu kuliah. Bunda dulu ketemu ayah pas udah sama-sama kerja"kata nyonya Park.
"Udah, sarapan dulu aja ayo. Nanti kamu kan bisa tanya-tanya soulmate kamu lagi"putus tuan Park.
.
.
.
"Cookies and cream!"
"Nggak. Aku mau coklat hari ini"
"Kita kan udah janji bakal saling milihin menu hari ini. Ihh sebel"

Jisung terkekeh. Jemari nya menunjuk menu cookies and cream pada kasir di depan nya lalu segera membayar.

"Ji?"
"Hm?"
"Kenapa nggak pesen?"
"Udah"
"Aku nggak denger"
"Aku memang nggak ngomong"
"Kamu pasti sengaja biar aku nggak tau kan?!"
"Nanti kamu tau deh, aku buka indera perasa juga abis ini"
"Nggak mau!"

Jisung tak lagi membalas kata-kata dari soulmate nya karna pesanan nya sudah jadi. Ia memilih duduk di meja paling ujung, ingin menikmati ice cream sekaligus berbicara melalui telepati bersama soulmate nya.

"Enak nggak?"
"Eh ini cookies and cream!! Wawwww kamu pendengar yang baik"
"Kayaknya aku begini ke kamu aja sih"
"Iya? Sama bunda kamu?"
"Kalo itu kan emang harus, bear"
"Mau sampe kapan kamu manggil aku bear sih?"
"Sampe kita ketemu terus aku tau siapa nama kamu"

Jisung jadi ingat saat soulmate nya tanpa sengaja membuka telepati nya hingga ia bisa mendengar percakapan nya dengan orang lain. Itu pertama kalinya Jisung mendengar suara lembut sang soulmate. Dan hingga kini ia tidak bisa melupakan itu, terlebih setelah ia mendengar nya lagi di dalam mimpi beberapa waktu lalu.

"Habis ini aku mau ada kelas"
"Kalo aku mau pulang abis makan ice cream ini"
"Enak banget. Aku iri, aku bilang"
"Gemes banget sih"
"Eh, eh, eh. Nanti malem mau buka telepati?"
"Tumben banget. Bukannya kamu malu?"
"Udah enggak. Kata mama, aku harus membiasakan diri. Jadi mau nggak?"
"Mau. Aku batalin nonton bareng sama anak-anak deh"
"Oh kamu mau main? Kalo git-"
"No. Aku mau ngobrol sama kamu aja. Kamu jangan apa-apa ngalah dong, kamu berhak marah tau"
"Nggak mau. Nanti kalo aku marah, kamu mutus tali soulmate ini gimana?"
"Bear, nggak akan. Nggak usah takut"

Echanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang