Si tsundere

499 43 2
                                    

Pagi ini Haechan kembali berdiri di depan pagar rumahnya, menunggu lelaki yang seharusnya akan muncul 5 menit lagi dan benar! Lelaki tampan berkulit putih itu keluar dari rumah yang jaraknya hanya tiga rumah dari milik Haechan. Buru-buru si manis menenteng tas sekolah nya lalu berdiri manis di depan pagar.

"Jeno!"seru Haechan.

Motor hitam itu berhenti tak jauh dari Haechan, terdengar dengusan malas dari si tampan namun Haechan tidak mengindahkan nya.

"Mau bareng boleh nggak?"tanya Haechan.
"Lo kan bisa sama om John"
"Kita kan satu sekolah. Boleh ya?"bujuk Haechan dengan pandangan memohon.
"Nyusahin ah"omel Jeno.
"Please"
"Ish yaudah, buruan"Jeno setuju pada akhirnya.
"Yess!"

Tanpa menunggu lama Haechan segera membonceng setelah berhasil memakai helm yang Jeno sodorkan. Selama perjalanan Jeno sama sekali tak mengajak Haechan berbicara, bahkan pertanyaan Haechan juga tak di jawab. Dingin sekali. Berbeda dengan kakak nya yang ramah bukan main itu.

"Makasih ya, Jeno"ucap Haechan sembari menyerahkan helm Jeno.
"Hm"
"Masih pagi jangan ngomel"goda Haechan geli.
"Ya karna siapa?"balas Jeno tak terima.
"Galak banget kenapa sih?"
"Berisik. Udah sana masuk kelas"usir Jeno dengan wajah kesal nya.
.
.
.
Renjun mengusap dahi Haechan setelah anak itu tak sengaja menabrak pintu perpustakaan tadi. Wajah nya sudah merah karna menahan tangis, matanya berkaca-kaca, bibir nya melengkung ke bawah. Sebenarnya Renjun gemas tapi jika ia mencubit pipi si gembul itu maka anaknya sudah pasti akan menangis.

"Masih sakit?"tanya Renjun.
"Nut, nut, nut. Gitu"adu Haechan.
"Mau di kompres es batu nggak?"tawar Renjun.
"Mau"
"Yaudah ke UKS aja yuk"

Akhirnya dua anak itu berjalan meninggalkan perpustakaan yang baru beberapa menit mereka kunjungi untuk beralih ke UKS yang ada di ujung lorong.

"Chan? Jun? Mau kemana?"tanya Yangyang.
"UKS, kepala bulet ini abis kejedot pintu perpus"jawab Renjun, dagu nya menunjuk ke arah Haechan yang berada dalam rengkuhan nya.
"Kok bisa?"
"Nggak ngerti juga sama nih anak"
"Ih nggak liat!"seru Haechan protes.

Renjun panik, suara Haechan sudah bergetar menandakan jika anaknya akan menangis. Maka dari itu Renjun segera membawa Haechan pergi setelah memberi kode pada Yangyang jika ia sedang dalam kondisi yang gawat.

"Ada-ada aja sih astaga"gumam Yangyang setelah berhasil duduk di bangku nya.
"Kenapa Lo?"tanya Jeno.
"Si Haechan lucu banget. Kepala nya kejedot pintu perpus terus muka nya merah, gemes banget"cerita Yangyang.
"Kejedot?"
"Iya. Bakal memar sih kalo kata gue, soalnya merah banget, benjol lagi"
"Nangis nggak?"tanya Jeno.
"Tadi belum tapi udah tinggal dikit lagi kayaknya. Si Renjun panik"kata Yangyang di sela kekehan nya.

Jeno diam, namun setelahnya ia berjalan keluar kelas tanpa menjawab pertanyaan Yangyang.

"Udah dong nangis nya, mbul"rayu Renjun saat suara Haechan mulai serak karna tangis nya. Anak itu baru menangis setelah masuk ke dalam UKS dan selesai di obati perawat jaga.
"Kepala nya nut, nut. Sakit, Injun"kata Haechan lirih.
"Iya tau. Tapi kalo nangis nanti makin nut, nut. Terus pusing, terus demam"
"Mau pulang aja"rengek Haechan.
"Bentar lagi kan pulang, minta di jemput sama Mae aja"
"Hp nya di kelas"

Hening sebentar. Beruntung Renjun membawa serta ponsel nya di dalam saku, ia segera mendial nomor ibu dari Haechan supaya si anak bulat itu bisa merengek pada ibu nya.

"Halo, Mae. Ini Echan mau ngomong"sapa Renjun.
"Halo sayang?"
"Mae, kepala ku sakit nut, nut huhuhu"adu Haechan lalu kembali terisak.
"Astaga, anak ku. Kok bisa sih, sayang? Kamu kenapa, nak?"
"Kejedot pintu perpus barusan, sakit. Hiks hiks"
"Tuhan, terus ini kapan pulang?"
"Sebentar lagi pulang nya"
"Ya udah habis ini Mae jemput ya? Nanti biar Mae ajak daddy"
"Iya, di tiup-tiup ya"
"Iya, sayang ku. Sabar ya?"
"Iya, dadah Mae"

Echanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang