Kenji Hidaka berdiri memandangi gelap malam dari jendela lantai dua rumahnya. Hari ini dirinya merasa sial sekali. Harus bertemu dengan anak kecil yang membuat masalah. Sejak kapan ia merasa tertarik dengan anak kecil seperti gadis itu sehingga merasa perlu untuk menyentuh tubuhnya?.Mengesalkan sekali saat ulasan kejadian beberapa jam tadi terbayang di benaknya. Kabar itu tentu tak akan berarti apa-apa. Bukankah tidak ada bukti sama sekali bahwa ia melakukan itu?
Ia menghembuskan nafasnya berat. Yang terpenting sekarang adalah membungkam anak itu. Meskipun tidak bisa di hindari bahwa kejadian seperti itu tentu akan tersebar dengan cepat. Mengapa harus terjadi di tempat seramai itu?. Dia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ken dengan langkah berat meraih ponselnya yang berada di atas ranjang.
“Moshi-moshi!”Serunya lemah. Ia sangat mengantuk, tapi entah kenapa tidak bisa tidur sama sekali.” Nuna, Bagaimana sudah selesai?”
“Sepertinya kita akan sulit menghadapi anak itu. Dia punya saksi.” Alice Kim menjawab dari sebrang sana.
“Tapi bisa saja mereka adalah orang yang di kenalnya kan? Mereka bisa saja bekerja sama untuk merusak nama baikku”
“Awalnya aku juga berfikir begitu. Tapi kurasa bukan. Bagaimana bisa Yoshiki Hidaka mengenalnya?”
“apa? Yoshiki? Kakakku?”
“Dia bersaksi untuk anak itu. Dan yang satunya lagi adalah pegawai supermarket”
“Ada apa dengan Yoshiki? Lalu apa yang harus ku lakukan sekarang?” Keluhnnya. Bagaimana bisa kakaknya ikut campur dengan urusanya. Yang lebih mengherankan lagi, bagaimana mungkin Yoshiki bisa berada di supermarket sedangkan dirinya sangat tau bahwa Yoshiki bukanlah orang yang suka jalan-jalan.
“Datanglah kemari, temui kakakmu dan bertanya sendiri. Aku harus mengurus masalah ini dengan direktur.”
Dan telpon segera di tutup. Ken meraih kembali jas birunya dengan perasaan kesal dan beranjak pergi menuju supermarket. Sudah tengah malam dan dirinya sangat ingin beristirahat. Apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi anak ini? Yang pasti saat ini ia harus bertransformasi kembali, Kenji Hidaka menjelma menjadi Tsuyoshi dalam sekejap.
****
“Yoshiki, apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak membela aku?” Ken Hidaka bertanya kesal pada Kakaknya.
Yoshiki segera membekap mulut Kenji dengan telapak tangan lalu menariknya keluar dari ruangan Direktur. Sekilas mata Ken melihat gadis itu berbaring di atas sofa. Hatinya semakin kesal.
Bagaimana bisa anak itu tidur disaat seperti ini. Seperti itukah orang yang di lecehkan? Orang lain bisa menangis semalaman bila hal seperti itu benar-benar terjadi.
“Kau lihat disana” Tsuyoshi Hidaka menunjuk kearah ruangan Direktur. ”Dia bisa tidur senyenyak itu disaat seperti ini? Dan kau membelanya?”
“Aku memang melihatmu menyentuhnya!” Yoshiki memperlihatkanya sebuah foto di ponsel. Foto saat dirinya nyaris jatuh di antara desakan penggemar, foto saat gadis itu ada dalam pelukanya.”Kau lihat? Tangan kirimu menyentuh pinggulnya” Kenji terkejut. Kapan itu terjadi? Dirinya bahkan sama sekali tidak menyadari.”Darimana kau dapat foto ini?”
“Aku yang memotret”
“Setidaknya kau bisa diam dan menyembunyikanya. Kau sama sekali tak mau melindungiku?” Suara Kenji mulai mengeras lagi.
“Aku seorang pengacara. Apa aku harus membela yang salah? Aku melihat kejadianya dan harus mengatakan kebenaranya. Sudalah, kau mengalah saja. Ikuti tuntutanya untuk membayar kesalahanmu. Atau nama baikmu akan lebih buruk setelah muncul dengan komentar tajam di surat kabar”
