Bab 19

1.6K 89 2
                                    

"Skak!" Suara Natsuki lantang mengucapkan kata-kata yang  paling di sukainya saat bermain catur. "Bagaimana Sachi chan? Kau  kalah lagi!"

Sachi menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya.  

"Bagaimana bisa aku tidak pernah menang selama dua tahun"

"karena kau tidak punya motivasi yang tepat untuk menang!"Sachi menurunkan tanganya dan memperlihatkan wajahnya.  

"Kau? Kau juga tidak memiliki motivasi yang tepat kan?"

"Siapa bilang? Bukan kah kau sendiri yang mengatakan kalau  kita Rival? Motivasi terbesarku adalah mengalahkanmu dalam satu  bidang saja. Bukankah aku selalu menjadi nomor dua? Bisa mengalahkanmu dalam bermain catur bisa membuatku merasakan  kembali masa-masa jaya sebelum bertemu denganmu."

Sachi memainkan bibirnya maju mundur sambil menyusun  kembali bidak caturnya. Melihat Natsuki diam saja, Sachipun  mengambil bidak catur milik Natsuki dan menyusunya rapi. "Ayo kita  main lagi. Kali ini aku harus menang"

"kalau kau tidak menang bagaimana?"

"Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan!"

Natsuki tersenyum licik. "termasuk buka baju di depan  kelasku?"

"Benarkah kau berfikir seperti itu? Kau bilang kau  menganggapku sebagai saudara. Lalu saudara seperti apa kau ini?"

"Aku Cuma ingin melihat keseriusanmu!" Gumam Natsuki  dengan suara kecewa yang di buat-buat.

Natsuki sebagai pemenangnya bergerak duluan. Kemudian di  susul oleh Sachi dan terus bergantian hingga susunan di papan hitam  putih itu semakin rumit. Keduanya mulai serius dan mulai  menggunakan fikiran. Hingga Sachi kembali bermain dengan asalasalan.  

Natsuki mendengus. Bagaimana mungkin Sachi bisa menang kalau dia selalu menganggap remeh bidaknya. Sachi seringkali  mengorbankan prajurit besar demi mendapatkan pion yang kecil.

"Sachi-chan. Bagaimana bila kau kalah, kau akan membantu  mendapatkan nilai tinggi pada ujian semester nanti?"

"Boleh" Jawab Sachi ringan, terdengar keluar begitu saja dari  mulutnya tanpa fikir panjang. Dia kembali memperhatikan papan catur  dengan teliti.

Natsuki memandang Sachi yang serius dengan senyum  Liciknya. Tentu saja Sachi Fujisawa tidak akan menolak. Dia selalu  membantu teman-teman yang membutuhkan bantuanya dalam pelajaran. Natsuki berfikir dirinya harus menang bukankah sachi benci  dengan orang yang tidak menepati janji? Sachi harus kalah dan dia akan  menepati janji. Sangat banyak kesempatan bagi Natsuki untuk menang.  

Bidak catur Sachi sudah menyebar kemana-mana dan meninggalkan  rajanya dengan penjagaan benteng yang hanya bisa berjalan lurus.  

Natsuki menggerakkan perdana mentrinya tepat di depan raja yang  langkahnya sudah terkepung oleh gajah di kiri dan kanan. Hanya  berjarak satu petakan menghasilkan Skakmat yang membuat raja tidak  bisa bergerak kemana-mana dan pasti mati.

"Skak!" Natsuki mengucapkan kata yang sama untuk ketiga  kalinya.

Dengan cemas Sachi menatap rajanya dan kemudian  mendengus kecewa. Dia kalah lagi. "Aaaaa!" teriaknya sambil  mengguncang-guncangkan badanya.

Natsuki tertawa. Ia segera mengemasi catur tersebut hingga  siap di larikan kapan saja. Jika Natsuki tidak melakukan itu, Sachi pasti  akan mengajak bermain lagi hingga malam tiba. "Bagaimana? Tepati  janjimu?"

"Oke. Aku harus mengajarimu bahasa Inggris dimana? Kapan?"

"Aku? Bukan aku! Tapi temanku"

Kening Sachi berkerut."Temanmu?"

"Kenji Hidaka! Dia sangat membutuhkan batuan. Bahasa  inggrisnya buruk sekali dia seringkali mengunakan double to be,  meletakkan to setelah modals yang tidak membutuhkan dan masih  sangat banyak lagi kesalahanya."

"Tidak!" Teriak Sachi tegas. Dia menggigit bibirnya geram lalu  mendekap papan catur miliknya. "lebih baik aku membuka baju di  depan kelasmu daripada harus mengajari dia!"

"Membuka baju di depan kelasku juga tetap akan dilihat  olehnya. Dia sekelas dengan ku dan akan menjadi teman sekelasmu juga  di semester depan"

Wajah Sachi memerah, dia bisa saja menangis. Tapi Sachi lebih  memilih memukuli kepala Natsuki dengan papan catur hingga Natsuki  merasa kesakitan. Pukulan yang sangat keras dan penuh emosi itu  sudah berhasil membuat Natsuki mengaduh berkali-kali. Papan catur  terhempas ke tanah dan Sachi berlari pergi setelah sebelumnya  menjulurkan lidahnya sepanjang mungkin untuk Natsuki. Gigi-gigi  Natsuki bergemertak saling beradu karena geram atas perbuatan Sachi  kepadanya. Yang seperti ini bukan yang pertama kali.

"Hei Sachi Fujisawa. Bukankah kau benci dengan orang yang  tidak menepati janji? Lalu kenapa kau sendiri tidak mau menepati janji?"  

Natsuki berteriak, Tapi Sachi tidak merespon apa-apa. Gadis itu terus  berlari menuju gerbang Asramanya.

Ken yang dari tadi memperhatikan mereka dari tempan  tersembunyi, segera keluar dari persembunyianya dan mendekati  Natsuki. Dahi Natsuki lecet, noda merah tipis keluar dari sana. Natsuki  tampak berusaha menutupinya dengan telapak tanganya.

"Sudah ku bilang, itu tidak mungkin. Melihatku saja dia sudah  berteriak dan melemparkan benda apa saja yang ada di tanganya  kearahku. Mana mungkin dia mau mengajariku?" Ken berujar sedih.  

"Kau tidak apa-apa?"

Natsuki menggeleng. "Aku baik-baik saja. Ini bukan pertama  kalinya Sachi-chan bertingkah seperti itu. Jadi kau jangan Khawatir.  Setelah ujian semester dia pasti akan mengirimkan pesan untuk  bertanding catur lagi." Natsuki tiba-tiba teringat dengan catur milik  Sachi yang sekarang tergeletak di tanah. Ia mengambilnya dan  memperlihatkanya pada Ken. "Apa lagi barang ini ada padaku.  Headphone ku juga masih di pinjamnya."

Ken terduduk lesu sambil menatap daun-daun di puncak  pohon Elder yang bergoyang-goyang di tiup angin sore. Ini yang biasa Sachi lihat, Sangat tentram. Perilaku alam seperti daun bergoyang di  tiup angin bisa membuat Ken melupakan masalah sejenak. Matanya  belum ingin berpindah. Tiba-tiba Ken menguap seperti di hipnotis.

"Aku harusnya masih punya ide!" Kata Natsuki tiba-tiba.

Perhatian Ken segera beralih kewajah sahabatnya. "Sudahlah,  aku menyerah saja."

"Apa?" Natsuki bertanya galak. Wajah Natsuki terlihat mirip  dengan wajah Sachi tadi, dia sedang marah untuk pertama kalinya  Selama dia dan Ken bersahabat. "Aku sudah berkorban darah dan kau  ingin menyerah? Kalau begitu musuhmu bukan hanya Sachi Fujisawa,  tapi juga Aku!"

"Lalu apa yang harus ku lakukan?"

Natsuki menggenggam bahu Ken erat. "Kau percaya padaku?  Kalau kau percaya, aku akan menjanjikan bahwa semuanya akan  membaik."

**** TBC ****

Apa? Terakhir kali update date 1 tahun yang lalu?! Siapa yang berani-berani gak update date! SIAPA? BILANG SIAPA DIA? biar di cium ken. :P

DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang