Ken hampir saja berteriak. Ternyata keputusanya untuk beristirahat sendirian di dalam kamar adalah keputusan yang salah. Sekarang ia sama sekali tidak tau harus melakukan apa-apa. Sejak tadi Ken berusaha untuk memejamkan mata, tapi dirinya sama sekali tidak mengantuk. Ken sangat menyesali kata-katanya karena menolak ajakan Natsuki tadi untuk keperpustakaan, setidaknya di perpustakaan Ken bisa saja mengambil buku bergambar dan melihat-lihat gambarnya sambil menunggui Natsuki bermain catur.
Apa aku menyusul saja?
Ken dengan cepat mengambil jaketnya dan keluar dari kamar.Sepa njang jalan keperpustakaan dirinya dapat melihat bermacam- macam aktifitas siswa, kelas music, Kelas tari, Tenis, Basket, Ekstrakulikuler yang benar-benar ekstra. Bahkan Ken dapat melihat beberapa siwa mengendarai kuda menuju halaman sekolah.
Pintu perpustakaan sudah terlihat. Ken mengintip dari jendela mencari-cari keberadaan Natsuki, tapi Natsuki sama sekali tidak terlihat. Ken memutuskan untuk masuk dan mencari Natsuki di semua celah, dan Natsuki sama sekali tidak di temukan. Ia memandang ke jendela ada seseorang disana, seorang pemuda yang juga adalah teman sekelasnya. Ken mendekat.
“Maaf, apa kau melihat Natsuki?” Tanya Ken setelah dirinya berada dalam jarak yang memungkinkan untuk berbisik. Dia tau kalau perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang sunyi karena itu Ken berusaha sekuat mungkin agar suaranya tidak menganggu pengunjung lain.
“Natsuki? Dia sudah diusir dari sini karena berkelahi dengan Sachi Fujisawa. Suara mereka keras sekali” Sachi Fujisawa? Ken membatin. “Sachi Fujisawa? Bukankah Natsuki sedang bermain catur? Mengapa dia bisa berkelahi dengan Sachi Fujisawa?”
“Memang Natsuki selalu bermain Catur dengan Sachi Fujisawa setiap hari disini. Kecuali jika guru Jun bertugas, mereka pasti selalu diusir.”
“Oh, Begitu. Lalu kau tau mereka kemana?” Pemuda itu tampak mengingat-ingat. “Kalau tidak salah tadi mereka menyebut-nyebut halaman sekolah.” “.Baiklah kalau begitu. Gomen ne, sudah mengganggu!”
Setelah mengucapkan kata-kata itu, secepat mungkin Ken berusaha sampai di halaman sekolah yang menjadi pembatas antara gedung kelasnya dengan gedung dimana kelas Ekspoir berada, gedung yang juga berisi laboratorium, ruang computer dan lain-lain.
Ken akhirnya mengerti mengapa Natsuki bisa memandanginya dengan heran saat dirinya bertanya tentang Sachi. Mungkinkah mereka punya hubungan khusus? Tapi bukankah Natsuki bilang bahwa saat ini Sachi tidak punya hubungan dengan siapa-siapa? Ken menggelengkan kepalanya keras. Bagaimana bisa dirinya berfikir seperti itu? Bukankah tadi temanya bilang bahwa Natsuki dan Sachi sedang berkelahi? Lalu Kenapa? Bukankah dia datang kesini karena rasa bersalahnya kepada sachi? Karena dirinya tidak menepati janji dan membuat Sachi kecewa.Lalu mengapa dia bisa merasa bersalah? Bukankah sachi cuma anak pengganggu yang pernah sangat tidak disukainya? Apakah dia menyukai Sachi?
“Aku pergi dulu!” Suara Sachi terdengar jelas di telinga Ken. Dia lalu memandang kearah suara dan melihat Sachi yang tengah sibuk mengemasi bidak-bidak caturnya dan berlari meninggalkan Natsuki. “Sachi-chan. Permainan belum berakhir. Kau curang. Aku hampir menang!” Natsuki terdengat berteriak dari bangku tempat duduknya.
Sachi berhenti berlari dan berbalik memandang Natsuki. “ Ingat saja susunanya hari ini. Kita akan lanjutkan besok! Bye, Rival!” Dan Sachi kembali berlari menuju arah lain.
Natsuki tampak kesal dan duduk sambil memainkan sepotong ranting. Ken mendekatinya dan duduk bersisian dengan Natsuki, sahabatnya saat ini.
“Jadi Sachi adalah lawanmu bermain catur? Kenapa kau tidak mengatakanya padaku?” Suara Ken terdengar kecewa. Benar, dirinya sangat kecewa karena kehilangan kesempatan bertemu dengan Sachi.
