BAB 9

2.7K 102 0
                                    

Sachi sudah bersusah payah mencari kerang. Bukankah Tsuyoshi Hidaka meminta kerang-kerang itu kepadanya. Ia sangat bahagia bisa mendapatkanya. Tsuyoshi Hidaka yang tadi siang terlihat sangat sedih. Dan dia ingin menghiburnya. Ia menggedor kamar Tsuyoshi Hidaka dengan semangat. Untuk beberapa waktu tidak ada yang menyahut. Tapi kemudian suara Tsuyoshi Hidaka terdengar.
“Tunggu sebentar”

Sachi dengan setia menunggu hingga pintu kamar terbuka.”Ini Kerangnya” ia menyodorkan sebuah kerang yang bawanya dalam genggaman tanganya. “Kau bilang ingin melihat kerang-kerang ini kan? Kerang ini bisa menghiburmu. Makanya aku mengumpulkanya.”


“ini sudah malam. Harusnya kau tidur. Bukan menggangguku”
Tsuyoshi memijat dahinya. Suaranya cukup tegas meskipun berbisik.
Dia sedang marah.

Tiba-tiba Sachi merasa tersakiti Bukan masalah yang besar baginya bila Tsuyoshi marah padanya. Tapi kali ini, dirinya tidak bisa menerima tanpa tau sebabnya. Mungkin karena dirinya menyukai Tsuyoshi Hidaka. Dia tau itu. “Aku Cuma mau menghiburmu saja”


“Sudah, terima saja. Jangan menolak pemberian orang” Suara dari dalam kamar terdengar seperti membela Sachi.
Sachi melongok ingin melihat siapa yang ada di dalam dan Tsuyoshi tidak menghalanginya.”Aiko Nee –chan?” Sachi mendesis. Ia beralih memandang Tsuyoshi kecewa. Ternyata Aiko masih disini, didalam kamar Tsuyoshi hingga tengah malam.

Tsuyoshi sedikit kewalahan saat di pandangnya Sachi yang meletakkan kerang di depan pintu kamarnya. Gadis itu tanpa permisi turun menelusuri tangga meninggalkanya. Sachi tidak kembali
kekamarnya.

“kau pikir dia cemburu?” Aiko bertanya kepadanya setengah geli. Ekspresi wajah yang sangat mengejek yang memancing rasa tidak suka Tsuyoshi terhadapnya.
“Tentu saja. Bukankah kau tau dia menyukaiku.”
“Kau menyukainya?”
“Tidak.”
“tidak? dan kau menolakku.”

“Kita sudah berbicara banyak. Aku sudah mengatakan tidak ingin menemuimu. Jadi jangan datang kemari lagi. Jangan ganggu Aku lagi. Aku sangat lelah. Aku ingin tidur!” Tsuyoshi mendorong Aiko
keluar dari kamarnya. Dan wanita itu mendesis kesal, menyusul Sachi meninggalkanya.

Sejenak dirinya disibukkan dengan rasa tidak suka. Bisabisanya Aiko datang setelah wanita itu sendiri yang mengatakan ingin putus hubungan beberapa waktu lalu. Ia membenci keadaan seperti ini..
Pandangan Tsuyoshi memilih untuk focus pada kerang yang di tinggalkan Sachi di lantai. Ia meraihnya,, menyentuhnya dan merasakan adanya ketulusan disana. Gadis itu pergi dari sore tadi kepantai dan hampir tengah malam begini baru kembali. Ada sesuatu yang dalam menusuk perasaanya.

Sachi, kau pergi kemana? Fikir Tsuyoshi. Tapi dia langsung memukul kepalanya begitu menyadari bahwa dirinya sudah merasakan hal yang bodoh.

*************

Sachi memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya disana. Ia kecewa melihat adanya Aiko disana. Ia kecewa saat Tsuyoshi bahkan tidak menghargai ketulusan hatinya. Mungkin ia menangis karena Sachi sangat cemburu. Sebuah tangan menyentuh kepalanya, membuat sachi menegakkan kepalanya memandang kepada orang yang berdiri di hadapannya. Orang yang sudah ia duga. Orang yang baru saja di fikirkanya.
“Ni-chan?”

“Sedang apa kau disini?” Yoshiki berdiri dihadapanya sambil menatapnya heran.
“Aku…”
“Aku sudah tau” Yoshiki memotong perkataan Sachi. Kau sangat sedih ya? Sudah pernah ku bilang kan? Tsuyoshi punya pacar yang sangat cantik yang bisa datang sewaktu-waktu.”
Sachi mengangguk. Ia ingat saat Yoshiki mengatakan hal itu di depan pintu apartemen Alice Kim. Di malam saat dirinya mengenal Yoshiki untuk pertama kalinya.
“Kau menangis seperti ini, tidak seperti Sachi yang ku kenal. Baru kali ini kulihat kau sekecewa ini. Kau sangat cemburu ya?”
“Aku tidak mau membicarakanya!” jawabnya singkat. Sachi seolah kembali mendapatkan tenaganya. Ia menghapus airmatanya.
“Apa perlu aku menghiburmu?”
“Kau bisa melakukan apa?”
“aku bisa bernyanyi?”
Sachi menyeringai ringan.”Baiklah, menyanyilah untukku”
“lagu apa?”
“Terserah, asalkan bukan lagu yang membuat aku sakit perut. Kau bukan Tsuyoshi Hidaka. Bukan penyanyi”
Yoshiki tersenyum, melihat Sachi yang memandanginya. Entah kenapa ia sedikit merasa malu. Ia memang bukan Tsuyoshi Hidaka yang seorang penyanyi. Suaranya juga bukan suara yang indah. Tapi ia akan bernyanyi untuk anak itu.

“Come stop your crying. You’ll be alright
Just take my hand, hold it tight
I will protect you from all around you
I’ll be here don’t you cry”

Senandung You’ll be in my heart milik Phill Collins meluncur dengan syahdu dari bibir Yoshiki. Membuar Sachi kembali menangis. Ia ingat seseorang.


Ni-chan, kenapa orang ini sangat mirip dengan mu? Sachi tiba-tiba teringat sesuatu. Tanpa sadar pipinya basah lagi. Ia sangat mudah mengeluarkan air mata. Ia tengah merindu dengan sangat, entah mengapa dirinya seperti melihat orang yang dicarinya selama ini dalam diri Yoshiki.

“kenapa kau menangis lagi? Apa itu tidak menghibur?”
Yoshiki menatapi Sachi Yang sibuk menghapus air matanya dan tidak menjawab pertanyaan Yoshiki dengan sepatah katapun. Sachi memang sedang tidak ingin menjawab. Bila dia bersuara pasti suaranya akan bergetar.
“Kalu begitu terus menangis saja!” Suara Yoshiki terdengar pelan, tapi sangat mengejutkan Sachi karena dirinya bisa merasakan dekapan erat Yoshiki pada dirinya. Entah mengapa Sachi menangis lagi, lebih kencang dan penuh dengan isakan hingga dirinya merasa puas dan tangisanya berangsur hilang.
“Kau sudah tenang? Semuanya baik-baik saja. Pasti baik-baik saja” Yoshiki mempererat pelukanya.”Kau menangis seperti ini, Apa karena Tsuyoshi Hidaka? Kau sangat menyukainya ya?”
“Mmm,” Sachi hanya bergumam. Mereka kemudian sempat terdiam beberapa lama. Sachi merasakan pelukan hangat itu membuat bebanya terbang, menguap begitu saja. Tapi kemudian Sachi kembali membuka pembicaraan. “Aku melihat Aiko di kamarnya”
“Pasti hatimu sakit sekali”
“Apa Sebaiknya aku tidak menyukai Tsuyoshi Hidaka? Apa sebaiknya aku menyukai Yoshiki saja?”
Yoshiki terkejut mendengar ucapan Sachi. Ia mengendurkan pelukanya. Ingin melihat wajah Sachi lebih jelas. Tapi Sachi tidak melepaskan rangkulanya.
“Ni -chan, kau sangat mirip seseorang. Seseorang yang seharusnya adalah Tsuyoshi Hidaka”
“Begitu?”
“Kau ingat Foto di dompetku itu kan? Kakak Laki-lakiku, juga bernama Tsuyoshi.”
“Jadi karena Kakakmu itu kau menyukai Tsuyoshi Hidaka?”
Yoshiki dapat merasakan wajah Sachi menggesek dadanya.
Gadis itu mengangguk. Ia kembali memeluk Sachi erat. Lebih erat dari sebelumnya. Hatinya entah kenapa bersorak gembira. Tapi Yoshiki harus bertindak biasa dia harus bersikap maklum dan diam.


“Hei, bocah. Apa kau tidak kedinginan? Apa kau tidak mau kembali kekamarmu?” Yoshiki bertanya setelah beberapa lama.
“Aku tidak bisa” Jawab Sachi” kau memelukku terlalu kencang!”
Yoshiki menggigit bibirnya. Ia tersenyum lagi. Malam ini sangat membahagiakan.
Baiklah, kalau begitu biarkan aku memelukmu hingga pagi.
“Ni-Chan, jantungmu berdetak sangat cepat”
Yoshiki sedikit gugup, “ Ya, harus seperti itu karena sepertinya aku harus memberi tahu sesuatu kepadamu. Sachi, Tsuyoshi adalah Yoshiki. Aku adalah Ni-chanmu yang kau cari-cari”
Sachi melepaskan rangkulanya dan memandang Yoshi dengan tatapan tak percaya. Ia sudah menduganya, Yoshi adalah Tsuyoshi, lalu siapa Tsuyoshi?
“Apa yang kalian lakukan disini?” Alice Kim memandangi Yoshiki dan Sachi dalam pandangan penuh kecurigaan.

-TBC-

DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang