Bab 8

2.7K 112 6
                                    

“Dia berjanji mengajakku kepantai. Karena itu aku harus mengerjakan ini. Kau kan punya banyak buku. Mungkin buku-bukumu bisa membantuku mengerjakan tugasnya. Dia kan di jurusan yang sama denganmu” Sachi memandang Yoshiki penuh harap.

“Kau di manfaatkanya, tau?”

“aku tau!”Jawab Sachi ringan, membuat Yoshiki tersenyum.

“berapa banyak lagi yang harus kau kerjakan?”

“Sedikit lagi, finishing, siang ini akan ku berikan padanya. Ia akan mengajakku pergi kepantai sepulang kerja” Yoshiki memandang kosong kearah Sachi untuk beberapa lama. Ini awal yang dimulai olehnya. Sachi dan Tsuyoshi Sebaiknya bersatu. Bukankah itu yang di inginkanya? Tapi mengapa tiba-tiba dia merasa tidak ikhlas.

“Paman, kau kenapa?”

Yoshiki terbangun dari lamunanya dan segera menepis telapak tangan Sachi yang ada di depan wajahnya. “Sudah, bawa kemari!”

Yoshiki mengerjakan semua yang dia bisa sebaik mungkin.

Tapi Sachi memang terlihat cerdas saat beberapa kali ide cemerlangnya membantu Yoshiki untuk mengerjakan tugas dengan lebih mudah.

Hingga tiba-tiba, suara sorak gembira Sachi mengagetkanya karena mendengar suara mobil Tsuyoshi yang kelihatanya barusaja pulang kerja.

“Paman, sudah selesaikan?”

Yoshiki tidak bisa menjawab apa-apa karena Sachi segera menghilang setelah mengambil laptop yang berada di hadapanya. Ia penasaran dengan apa yang akan terjadi, bagaimana reaksi Tsuyoshi begitu melihat Sachi berhasil menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Yoshiki berdiri dari meja tulisnya dan berjalan keluar kamar. Tapi dirinya segera berhenti saat melihat Sachi mematung dan memandangi Tsuyoshi yang datang bersama Aiko.

“Ini, sudah ku kerjakan!” Sachi menyodorkan laptop milik

Tsuyoshi kepada pemiliknya dengan tidak bersemangat.

Tsuyoshi meraihnya dengan perasaan tidak enak, terlihat jelas dari prilaku gelisahnya yang berusaha untuk tidak memandang Sachi.

“Maaf, Kepantainya kita tunda saja. Aku sedang ada urusan!”

“Tapi kau sudah Janji. Aku harus kepantai hari ini!”

Yoshiki Memandangi adiknya yang mematung dan tidak

memberi balasan apa-apa terhadap ucapan Sachi. Tidak biasanya. “Pergi denganku saja!”

“Iya, Pergi dengan Yoshiki saja!” Tsuyoshi menatap Yoshiki seolah ingin mengungkapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Yoshiki tersenyum. Dia tau apa yang sudah terjadi pada Aiko dan Tsuyoshi. Tapi dia tidak pernah ingin ikut campur. Tsuyoshi sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

“Nanti kau bawakan aku kerang ya?” Tsuyoshi tampak berusaha tersenyum saat mengatakan permintaanya kepada Sachi.

***

“Kau suka?” Yoshiki mengembangkan tanganya. Ia menikmati hembusan angin dengan seluruh. Matanya terpejam penuh ketenangan.

Sudah sore seperti ini Sachi tau, Yoshiki mengajaknya kepantai untuk menggantikan Tsuyoshi. Tsuyoshi sama sekali tidak menepati janjinya pada Sachi karena Aiko tiba-tiba datang. Sachi tau, Tsuyoshi sudah terpikat pada Aiko semenjak Aiko terpilih untuk menjalani hal yang sama seperti yang tengah di jalani Sachi sekarang.

Tapi Sachi masih terngiang dengan pandangan Tsuyoshi yang penuh kesedihan.

Sebenarnya dia kenapa? Tanya Sachi dalam Hati. Dia memandangi kerang berwarna putih yang berada dalam genggamanya.

”Aku suka pada angin. Angin membuatku merasa bebas”

Yoshiki melanjutkan ucapanya.

Sachi tiba-tiba tersadar dari lamunanya. Yoshiki mengingatkanya pada seseorang. Seseorang yang hingga kini menjadi alasanya mendekati Tsuyoshi Hidaka.“Bebas?”

“Iya, bebas. Aku merasa seperti terbang, meskipun pada kenyataanya aku tidak bisa terbang”

“Ni-chan!?” Sachi berujar pelan. Pandangan matanya kosong menatap punnggung Yoshiki.

Yoshiki terhenti. Ia mematung mendengar Sachi memanggilnya Ni-chan. Matanya terasa panas. Benarkah Sachi sudah tau siapa dia?. Ia berbalik dan memandang Sachi yang tiba-tiba saja berurai air mata, Yoshiki sama sekali tidak menduga bahwa Sachi bisa membasahi pipinya sendiri dalam waktu yang sangat singkat. Sejak kapan anak itu menangis. Yoshiki bahkan tidak pernah mendengarkan isakanya.

“Kau, memanggilku?” Tanya Yoshiki, Masih terkesima.

Sachi mendadak tersenyum dan menghapus air matanya. ”Bolehkan aku memanggilmu Ni-chan?”

“Aku? Kenapa?”

“Karena kau mirip seseorang!”

*KABOOOOOOR*

DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang