Bab 20

1.6K 70 2
                                    

Hari ini ujian semester sudah berlangsung beberapa hari. Seharusnya menjadi hari yang bersemangat bagi Sachi. Tapi Sachi sangat kecewa begitu dia tau bahwa dia sebangku dengan Kenji Hidaka. 

Bangku ujianya juga tidak berada di dekat Jendela. Ken sudah duduk di bangkunya sambil membaca buku, Seandaninya bel tidak berbunyi Sachi tidak akan masuk kekelas. Apapun yang dilakukan Ken, sachi memutuskan untuk tidak melihat wajahnya. Kata-kata terakhir yang di ucapkan Natsuki masih terngiang-ngiang dibenaknya, mengapa Dia tidak menepati janji? Bukankah dia membenci orang-yang tidak menepati janji? 

“Kau sudah datang?” Suara Ken terdengar ramah. 

Sachi tidak menjawab apa-apa. Wajah malasnya segera di benamkan dalam-dalam pada silangan lenganya di atas meja. 

*** 

Sachi terlihat lemas, semenjak Matsuri sensei mengacak tempat duduk mereka saat ujian dan menjadikan Ken dan Sachi sebagai partner sebangku. Alasannya agar Sachi tidak memberi tahu jawaban ujian kepada teman-teman sekelasnya karena mereka berdua di kenal sebagai musuh di seantero sekolah.

Meskipun begitu, Ken tau bahwa ini semua pekerjaan Natsuki, diam-diam Ken merasa bahwa ide Natsuki ini mulai mengusiknya. Melihat reaksi Sachi yang seperti ini membuat Ken ingin pergi menjauh. Sachi sangat tidak bersemangat dan selalu mengisi lembar soal dengan malas-malasan.

Dia hanya akan datang kekelas setelah bel berbunyi dengan ekspresi yang selalu sama dengan ekspresi yang di perlihatkanya kali ini. Benarkah semuanya akan membaik seperti yang Natsuki ucapkan? Ken bahkan menjadi ikut-ikutan tidak bersemangat.

Semalaman dia sama sekali tidak membuka buku pelajaran karena memikirkan hal ini, dan pagi ini adalah hari pertamanya mengamati buku Bahasa Inggris. Walau bagaimanapun tetap tidak ada satupun yang masuk ke otak Ken. Pikiranya sedang tidak bisa konsentrasi. 

Sensei Jun masuk kekelas dengan wajah galaknya. Hari ini ujian Bahasa Inggris. Seharusnya menjadi ujian terakhir yang mereka hadapi di akhir semester ini. Ken memandang sekeliling. Natsuki benarbenar tidak mengikuti ujian selama dua hari terakhir. Tenyata Natsuki serius ingin mengikuti ujian susulan karena saat ini Natsuki mengaku sedang Flu parah dan tengah beristirahat di klinik sekolah. 

Soal Bahasa Inggris kali ini ini benar-benar membuatnya mengantuk. Sembilan puluh persen membahas tentang tata bahasa.

Ken menggaruk-garuk kepalanya setelah mengerjakan soal yang dia bisa. Sesekali Ken melirik Sachi yang mengerjakan soalnya dengan malas-malasan. 

“Bagaimana ini?” Gerutu Ken pelan. Dia benar-benar merasa bodoh dan mulai menganggap bahwa pelajaran yang di dapatnya dari Home Schooling beberapa tahun lalu sama sekali tidak ada gunanya. Ken berusaha membaca soal berulang-ulang dengan harapan bisa memiliah jawaban yang benar hanya dengan firasat, tapi sepertinya sia-sia. 

“Nomor satu A, Nomor dua C, Nomor tiga C, nomor empat A” 

Suara Sachi mengejutkan Ken. Ia melirik Sachi yang mencontek kunci jawaban teman yang duduk di depanya. Ken terpana heran dengan kelakuan anak itu. Sachi Fujisawa mencontek? Ini pertama 

kalinya Sachi melakukan hal bodoh setelah menjalankan ujian beberapa 

hari sebelumnya. 

“Nomor delapan B, Nomor Sembilan C, Nomor sepuluh A.” 

Sachi memandangnya. “Cepat tulis!” 

Ken segera mengambil pensilnya. Dia sudah melewatkan banyak tapi masih berusaha menyimak dengan baik dan mencatat secepat mungkin. 

“Dua belas C, tiga belas C, Empat belas A, Lima belas B, enam belas B, tujuh belas A, delapan belas A, Sembilan belas D, dua puluh D, Dua satu A, Dua dua A, dua tiga B, Dua empat A, Dua lima C” 

Ken berhenti menghitamkan lingkaran pada jawaban di lembar ujian karena merasa semakin ketinggalan. Dia hanya mencoba menandai seperti yang Sachi lakukan sehingga bisa lebih hemat waktu. 

Sachi terus berbisik memberi tahu jawaban yang di dapatnya sambil menandai kertas ulangannya tanpa melirik Ken lagi sama sekali. 

“Empat dua D, Empat tiga E, Empat empat A, Empat lima A..” 

“Apa?” Ken bertanya, Dirinya sama sekali tidak menangkap apa yang Sachi ucapkan barusan. 

“Empat dua D, Empat tiga E, Empat empat A, Empat lima A” Sachi mengulanginya. 

“Apa?” Ken masih merasa kesulitan menerima suara Sachi yang semakin mengecil. “Mengapa suaramu kecil sekali? Keraskan sedikit, aku tidak bisa mendengarnya!” Gumam Ken kesal. 

“Kecilkan suaramu, Sensei Jun melihat kearah kita!” 

Ken menggigit lidahnya sambil mendongak kedepan untuk melihat sensei Jun yang berdiri hadapan bangku temanya yang duduk paling depan. Mata Ken bertemu pandang dengan mata Sensei Jun yang tajam dan Garang. Untuk pertama kali dalam hidupnya Ken merasa takut ketahuan menyontek. 

“Kenji Hidaka. Kau jangan mau berdiskusi dengan Sachi Fujisawa. Dia tidak pernah masuk dalam kelas bahasa inggris selama satu semester karena lebih tertarik memandangi pohon Elder!” Sensei Jun berujar lantang. 

Mendengar ucapan itu, segera pandangan teman-teman sekelasnya terpusat kapada Ken. Ken menunduk, matanya berusaha melirik Sachi yang sedang pura-pura berkonsentrasi menghitamkan jawabanya pada lembaran soal. Anak ini sukses membuat Ken merasakan berbagai rasa sekaligus pada satu waktu. Senang, Malu, Takut, gugup bercampur aduk, dan Sachi masih bisa terlihat setenang itu? 

***** TBC ****

DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang