Ketika membuka mata pagi ini, Sachi tertegun sejenak sebelum ia menyadari bahwa ia berada di rumah Tsuyoshi Hidaka. Secepatnya ia bangkit dan duduk bersila di atas tempat tidur. Ia memandang berkeliling. Pintu? Disana itu pintu apa?
Sachi bangkit dan mendekat lalu membuka pintu itu perlahan. Kamar mandi. Sayangnya ia belum ingin mandi. Dirinya masih ngantuk. Sachi kembali ketempat tidur dan berbaring lagi. Meskipun dalam keadaan terpejam, kepalanya mengingat-ingat kejadian kemarin. Saat ia berteriak kepada Tsuyoshi Hidaka di supermarket.
“Ah, aku jenius sekali”. Katanya sambil tersenyum.
“Kau, licik.” Sebuah suara megagetkanya. Suara yang muncul dari seorang pria yang berdiri di balkon kamarnya dengan jendela terbuka. Ia membawa secangkir kopi dengan aroma hangat. Tsuyoshi Hidaka menyeruput kopinya dengan nikmat.
Mata Sachi nyalang terbuka. Tsuyoshi Hidaka dikamarnya?
Bagaimana bisa dirinya masuk. Bukankah tadi malam pintu sudah dikunci. Lalu kenapa tadi Sachi tidak memperhatikanya.
“Kau tidur seperti babi. Wah, bisa-bisanya kau tidur nyenyak setelah apa yang kau lakukan padaku!” Tsuyoshi Hidaka berkata dengan nada sinis.
”Kau, cepat mandi dan ganti piamamu itu. Sebelum bertemu kamera kau harus latihan dulu”
Pemuda itu keluar dari kamar tamunya. Sachi dengan perasaan aneh mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Dalam hatinya ia bertindak sedikit waspada kalau-kalau Tsuyoshi Hidaka bisa muncul di kamar mandi. Tapi kemudian ia tertawa sendiri.
Ah, mengapa ia selalu memikirkan hal seperti ini?. Sachi hanya butuh waktu lima belas menit
untuk keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan dilantai bawah.
Ia melihat Tsuyoshi Hidaka disana, sedang menikmati kopi paginya bersama seorang wanita. Aiko Misawa, wanita itu di gosipkan sedang menjalin hubungan special dengan Tsuyoshi Hidaka. Diam-diam Sachi mengagumi kecantikanya.
“Anyoung,” Serunya sambil melambaikan tangan. Tanpa di suruh lagi, Sachi mengambil posisi di meja makan dan meraih selembar roti bakar yang ada di atas piring. ”Kau punya minyak zaitun? Ibuku selalu menyiapkan minyak zaitun untukku”
“Sungguh tidak sopan. Siapa suruh kau mengganggu sarapanku?” Tsuyoshi berkata dengan nada intens. Ia sedikit kesal Sachi tidak memperhatikanya.
Aiko Misawa tertawa melihat ekspresi Tsuyoshi. ”Kau Sachi Fujisawa?Kau bertindak seperti di rumahmu sendiri! Pertahankan!”. Ia lalu berdiri hendak pergi.
“Nee-chan. Sudah mau pulang?” Sachi menatap Aiko Misawa polos.
Aiko Misawa merasa bahwa anak itu sedang bermanja kepadanya. Ia menyukai Sachi.”Ya, aku sudah semalaman disini” Ia tersenyum lagi. Lalu mendekat ke Tsuyoshi, mencium pipi kirinya dan
pergi menuju pintu.
Alice Kim Kemudian datang bergantian dengan kepergian Aiko Misawa, mereka mungkin bertemu saat masuk. Ia berlaku sama seperti Sachi, menyapa kemudian mengambil posisi di antara Tsuyoshi dan Sachi.
“Sachi. Kau akan di liput siang nanti, dan mungkin kau akan di tanyai beberapa pertanyaan” Alice Kim mengupas sebuah apel dan menampung kulit-kulitnya di dalam sebuah mangkok plastik di atas meja. “Biar ku tanya dulu. Kenapa kau suka pada Tsuyoshi Hidaka” Alice Kim bertanya sambil memandang Sachi penasaran. Pertanyaan yang di tanyakan itu mungkin saja nanti bisa di tanyakan pada saat wawancara.
“Karena namanya Tsuyoshi Hidaka” Jawab Sachi diplomatis.
Tsuyoshi Hidaka mengangkat mangkok plastik yang berisi kupasan kulit Apel dan kemudian memukul kepala Sachi kuat. Ia mendesis kesal. “Kau menyukaiku karena namaku? Kenapa kau tidak bilang karena aku pandai, aku tampan, banyak sebab lain kan?”
