Bab 10

2.7K 91 1
                                    

Kenji Hidaka hampir gila. Mengetahui banyaknya kenyataan luar biasa yang selama ini tidak di ketahuinya membuatnya merasa di sisihkan. Bagaimana mungkin ia tidak tau kalau selama ini Yoshiki merahasiakan kalau dirinya punya keluarga lain selain dirinya. Semula Ken fikir, dia hanya memiliki Yoshiki, tapi setelah mengetahui semuanya ia merasa tidak memiliki siapa-siapa. Kedatangannya ke Fukuoka yang semula di lakukan untuk menghindar dari kejaran wartawan tentang gosipnya bersama Aiko Misawa sekaligus menenangkan diri malah membuatnya semakin kesal dan selalu ingin marah-marah saat mengahadapi seorang gadis berusia delapan belas tahun yang mengaku sebagai adik dari satu-satunya saudara yang Ken miliki. Sachi Fujisawa, Anak yang selalu menggunakan piama dengan berbagai karakter binatang itu seolah-olah melupakan kalau dirinya bukan gadis kecil lagi dengan bangga mengakui bahwa Yoshiki Hidaka adalah Ni-Channya.


“Tsuyoshi, Kau suka ke pantai? Rumah ini dekat pantai, Kan?” Suara pertama yang di dengarnya dari Sachi saat pagi ini Padahal Kenji sudah pernah mengatakan kalau dirinya sama sekali tidak suka pantai. Anak itu bahkan memanggilnya dengan nama panggung, dan dia bilang kalau dia sangat mengidolakan Ken? Hampir setiap malam Ken harus mendengar kicauannya tetang betapa Sachi suka bila mendengar Ken bernyanyi di televisi dan sejauh ini Ken masih berusaha tersenyum menyikapinya. Dia sama sekali kesulitan untuk memarahi sachi Fujisawa karena anak itu membuatnya kesulitan untuk menemukan kesalahan apapun.


Ken memandangi wajahnya di cermin lalu menoleh ke jam di dinding kamarnya. Sudah saatnya sarapan. Hari ini Ken berjanji akan pergi menemani sachi ke pantai karena anak itu sudah merengek berkali-kali untuk di ajak kesana. Ken tau kebanyakan perempuan pasti menyukai pantai, tapi sanyangnya Ken tidak suka dengan kesukaan para perempuan itu. Bila di suruh memilih, ia akan lebih memilih pergi ke kebun binatang atau kemana saja asalkan jangan ke pantai. Pantai akan menjadi tempat terakhir yang pernah di datanginya. Ken mendekat ke jendela untuk melihat matahari pagi sejenak lalu kelar dari kamar dan melangkah menuju ruang makan. Alice Kim sudah ada disana, wanita cantik yang selalu tersenyum itu adalah wanita yang selalu menemani Ken kemanapun dia pergi, seorang Manajer terbaik yang Ken miliki seumur hidupnya. Seandainya ia terlahir beberapa waktu lebih cepat, Ken dapat memastikan kalau dia akan mendahului Yoshiki melamar wanita itu sebagai istrinya.


“Nuna, Anak itu belum keluar juga?”

“Dia sudah keluar sejak tadi, sekarang sedang berjalan santai keliling rumah. Mau olah raga katanya.” Alice Kim menawab sambil mengupas buah apel dan memotongnya menjadi potongan yang kecilkecil.

Semenjak Calon kakak ipar Ken itu merasa kegemukan, ia selalu menggantikan snack yang biasa di konsumsinya dengan buah-buahan itu. “Kau jadi pergi dengannya hari ini? Kemarin kau sudah
mengingkarinya, jangan sampai hari ini juga!”


“Aku sebenarnya sedang tidak bersemangat. Tugas kuliah juga menumpuk. Sebaiknya aku cuti kuliah dulu sampai kesibukanku benarbenar lengang!” Ken mengambil seuah garpu di atas meja makan dan menusuk apel dalam mangkuk keramik Alice Kim satu demi satu. “Kali ini aku akan lebih berusaha untuk menjalin hubungan baik dengannya!”


“Tentu saja harus begitu. Walau bagaimanapun dia adalah adik kandung kakakmu dan itu berarti dia juga saudaramu. Kau terlalu sering menyakitinya padahal anak itu sangat mengidolakanmu!”
Cih. Ken menetaskan sebuah gumaman sinis dari bibirnya.


Saudara? Ia tidak yakin bisa menganggap Sachi Fujisawa sebagai saudara sedangkan Sachi sebenarnya adalah saingan untuk memperebutkan kasih sayang kakaknya. Dia sudah tidak menyukai Sachi sejak awal dan semakin tidak menyukainya karena hal itu “Anak itu mau berapa lama lagi disini? Dia tidak sekolah?”


“Tentu saja sekolah. Tapi dia cukup jenius untuk menyusul semua pelajaran yang tertinggal. Saat ini Sachi sedang melarikan diri dari sekolah dan ini bukan yang pertama kalinya. Dia memang agak intens pada aktivitasnya mencari perhatian!”

Bunyi bel menyela. Alice Kim memandangi pintu beberapa saat dan kemudian membukanya dengan sangat terburu-buru.
Sayangnya semua yang ada di rumah ini sangat manual sehingga ia harus kerepotan dengan itu. Semula ia fikir sachi yang menekan bel, tapi seharusnya sachi kembali dari pintu belakang seperti yang di lakukannya saat keluar tadi.

Tapi ternyata setelah pintu terbuka Alice melihat orang lain, Aiko Missawa tersenyum padanya dengan anggun seperti yang selalu di lakukannya. Wanita muda itu sudah di gosipkan dengan Tsuyoshi alias Kenji Hidaka beberapa minggu belakangan ini semenjak mereka berdua menjalani acara kencan selama seminggu yang di adakan stasiun televise sebagai sebuah acara reality show terpanas.


Tidak ada seorangpun yang tau apakah mereka benar-benar memiliki hubungan, Ken tidak pernah memberitahukan itu kepada Alice.
“Neechan, Tsuyoshi ada?”
“Ada, silahkan masuk!”


Aiko misawa mengucapkan terima kasih dengan membungkukkan badannya kepada Alice dan melangkahkan kaki menuju kedalam rumah. Bunyi detakan high heelnya sangat kentara bagaikan detak jantung yanag teratur dan berirama, nyaris sempurna.


Alice menyusul ke ruang makan dan duduk di tempatnya semula sambil mengupas Apel yang berikutnya. Ia bahkan belum memakan Apel yang di kupasnya sama sekali tapi semuanya sudah habis oleh Kenji Hidaka.


“Seharusnya kau menelpon dulu kalau mau datang!” kata Ken lembut kepad wanita itu. Ada binar bahagia yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang jatuh cinta pada sorot matanya.
“Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting. Bisa?”


Ken memandang Alice Kim yang juga memandangnya tanpa ekspresi. Kelihatannya wanita itu hanya ingin tau apa jawaban Ken atas permintaan Aiko misawa. Dia mungkin berharap Ken menolak tapi dirinya tidak pernah bisa melakukan itu kepada Aiko Misawa.“Baiklah, tapi jangan terlalu lama, Aku ada janji!”

-TBC-

*lap keringet*

DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang