“Jam berapa kita bisa pulang ke asrama?” Ken mulai merasa bosan. Selama Home Schooling di rumah Ken tidak pernah belajar dalam waktu yang sangat lama seperti hari ini. Dan juga, ini kali pertama dirinya diminta mengambil buku keperpustakaan untuk bahan ajar.
Siswa di kelasnya memang hanya dua puluh orang. Tapi tentu saja dirinya tidak akan mampu membawa dua puluh encyclopedia yang tebal dan berat itu sendirian.
Natsuki bersedia membantunya, pada hari pertamanya disini Ken sudah bisa merasa dekat dengan pemuda itu. Ken fikir dia tidak akan punya teman seperti ini seumur hidupnya. Alice Kim, Yoshiki, dan beberapa artis yang di kenalnya benar-benar membuat hidupnya selama ini terasa sempit. Untungnya tidak ada seorangpun yang mengenalinya di sekolah ini.
Tentu saja Ken sudah merubah penampilanya. Mengubah gaya rambutnya, mengubah cara berpakaian, bahkan menurunkan berat badanya agar dia terlihat lebih Tirus.Dan yang terakhir, Kenji menggunakan Kacamata berbingkai hitam tebal. Diam-diam Ken memuji penciptaan kacamata. Benda sederhana itu, bukankah seringkali di pakai dalam penyamaran? Kacamata selalu berhasil mengubah kesan seseorang dengan baik. Satu lagi yang terpenting, Ken tidak menggunakan nama panggungnya, dia masuk kesekolah bukan dengan nama Tsuyoshi, tapi Kenji Hidaka.
“Ini Jam pelajaran terakhir. Kau sudah bosan ya?” Jawab Natsuki diiringi dengan pertanyaan baru
.
Ken mengangguk. “Tentu saja. Seumur hidupku, aku tidak pernah sekolah seperti ini kecuali untuk mengikuti ujian Negara. Aku selalu mendatangkan guru kerumah”
“Home Schooling!”, Natsuki tampak mengangguk mengerti.
“Lalu mengapa kali ini kau mendaftar beberapa bulan lebih cepat? Bukankah ujian Negara harusnya masih enam atau tujuh bulan lagi?”
Kenji menelan ludahnya. Haruskah dia menjawab bahwa dia melakukan ini karena Sachi Fujisawa?. Tidak, tentu saja tidak. Natsuki menganggap bahwa Ken tertarik pada Sachi Fujisawa pada pandangan pertama di jendela tadi. “Aku cuma ingin tau rasanya sekolah!”
“Dan yang kau dapat adalah, sekolah itu membosankan. Ingin cepat pulang, istirahat dan tidur.”
“Bukan, bukan cuma itu. Aku cuma merasa bosan karena aku tidak pernah belajar dalam waktu sepanjang ini. Tapi semuanya menarik karena ada banyak orang yang menemani kita belajar. Aku juga tidak perlu menjadi satu-satunya pusat perhatian Sensei karena Sensei juga harus memperhatikan yang lain. Kalau aku bosan menulis, aku bisa istirahat sebentar tanpa harus ditegur.”
“Wah, sepertinya Home Schoolingmu sama sekali tidak menarik. Padahal aku pernah berfikir untuk melakukan itu.” Natsuki menggeleng-geleng sambil menertawakan ide konyolnya untuk Home Schooling.
Ken juga tertawa. Meskipun Ken juga tidak begitu fasih menangkap apa yang sedang Natsuki tertawakan. Tanpa sengaja, Ken melihat jauh melalui Koridor. Ada seseorang disana yang sangat
menarik perhatian Ken. Tentu saja, Sachi Fujisawa. Gadis itu sedang berdiri memandangi Pohon Elder yang menjulang tinggi di tengah taman sekolah. Puncak pohon itu berada di dekat jendela kelas Sachi di lantai dua. Ken sempat melihatnya sebelum melihat Sachi melalui Jendela kelasnya.
“Dia kenapa?” Tanya Ken.
Natsuki memandang kearah dimana Ken memfokuskan pandanganya. “Oh, Dia pasti sedang di hukum. Jam Segini harusnya dia belajar pelajaran Bahasa Inggris di kelas. Kau tau penyebab dia selalu tertidur di kelas? Karena Sachi Fujisawa selalu memandangi Pohon Elder itu hingga dia mengantuk. Sepertinya pohon itu satu-satunya yang menarik minatnya di sekolah.”
“Dan sekarang dia disuruh memandangi Pohon Elder?”
“Sampai Jam pelajaran berakhir”
“Bukankah itu malah memanjakanya?”
Natsuki angkat bahu. “Tentu saja guru menganggap bahwa itu menyiksa. Mendongakkan kepala sambil beridiri selama dua jam bisa membuatmu pingsan. Tapi mungkin benar katamu, Itu memanjakanya, Buktinya selama ini dia tidak pernah bosan melakukan itu!”
Bagaimana mungkin kau berbeda dengan dirimu yang perlihatkan padaku. Gumam Kenji dalam hati. Ada keheranan di benaknya melihat Sachi yang terlihat sangat penyendiri. Mungkin itu penyebabnya tidak ingin sekolah, selalu melarikan diri dan membuat ibunya kewalahan mencarinya.
“Natsuki-kun, Dia punya pacar?”
Natsuki mendadak berhenti melangkah, badanya berputar menghadap Ken yang ada di sampingnya. “Astaga. Kau serius menanyakan itu? Ku kira kau hanya tertarik melihat kelakuan anehnya.”
***
Kenji Hidaka berdiri di depan dua gerbang yang ada di belakang sekolah. Sepasang gerbang yang menjulang tinggi itu mengurung masing masing dua buah gedung empat lantai yang terlihat di baliknya. Siswa laki-laki dan perempuan berpisah disini, yang lakilaki memasuki gerbang sebelah kanan dan perempuan memasuki gerbang yang satunya.
“Kau lihat itu, Gerbang berwarna Coklat adalah asrama putra. Gedung yang di sebelah kiri, Asrama Gold” Natsuki merangkul bahunya sambil menunjuk kearah gedung yang di Cat dengan warna yang sama dengan warna pagar asrama putra dan memiliki papan nama besar yang tergantung dengan rantai emas dari atap di lantai empat.
“Yang satu lagi asrama kita, Ayo masuk!” Natsuki menepuk bahunya dan memasuki gerbang besar itu. Sekilas Ken melirik kearah gerbang berwarna Hijau di sebelah sana, dua gedung yang berada di dalamnya juga berwarna hijau. Keduanya juga memiliki papan Nama yang sama dengan asrama putra, Garland dan Glade. Kedua nama yang cocok untuk tema hijau-hijau itu. “Hei, Ken! Ayo cepat!” Natsuki berteriak dari dalam Gerbang. Ken segera mengangkat tasnya yang berisi pakaian dan menghampiri Natsuki dengan langkah yang cepat. Dalam sekejap, mereka berjalan bersisian di koridor asrama dan naik kelantai dua melalui sebuah tangga. Ken menatap kearah pintu bernomor 2.3 yang merupakan kamar mereka. Natsuki mengeluarkan sebuah kunci dan membuka pintunya lebar-lebar.
“Selamat datang penghuni baru, Ini adalah kamarmu hingga pengumuman ujian Negara keluar. Anggap rumah sendiri”
“Tentu saja!” Jawab Ken jenaka.
