Seharusnya Ken makan siang sekarang. Tapi dirinya memang sedang tidak berselera makan siang tanpa Natsuki. Natsuki mungkin akan sibuk menjalani ujian dari empat mata pelajaran yang dia tinggalkan. Sekarang yang bisa Ken lakukan hanya berbaring di kamarnya sambil memandangi atap dan mengenang kelakuan Sachi pada hari terakhir ujian mereka. Sachi yang saat itu sibuk menyontek dan membuat dirinya ikut terlibat.
“Kau yakin dia benar-benar mencontek?” Kata-kata Natsuki kemarin, saat Ken menceritakan kejadian itu, masih terngiang-ngiang di telinga Ken.
Padahal Ken yakin betul kalau Sachi mengkopi jawaban temanya seratus persen, Ken sama sekali tidak melihat Sachi membaca soal saat dia berbisik memberikan jawaban yang dia dapat dari hasil melirik sana-sini. Tapi Ken juga merasa ragu dengan itu. Meskipun Sachi adalah siswa yang paling akhir keluar dari kelas, tapi Nilai yang Sachi peroleh jauh melampaui nilai teman yang dicontek. Bagaimana bila itu jawaban Sachi sendiri? Kenapa dia melakukan itu? Karena Sachi orang yang menepati janji. Fikir Ken. Bukankah dia berjanji akan membantu meningkatkan nilai bahasa Inggris pada Natsuki? Meskipun begitu Sachi tau siapa yang akan di bantunya Sachi langsung marahmarah.
Sudah seminggu Ken melewati hari terakhir ujian semester.
Sudah seminggu juga Ken tidak bertemu Sachi karena sibuk merawat Natsuki yang flunya makin parah. Besok adalah hari libur dan semua siswa akan pulang kerumah masing-masing sampai waktunya kembali bersekolah dengan serius. Dan pada saat itu bukankah Sachi akan kembali kekelasnya? Ken mungkin akan bertemu Sachi setiap hari. Tapi bagaimana bila Sachi berteriak lagi? Ken menghela nafas berat.
Bunyi pintu di ketuk membuat Ken bangun dari tempat tidurnya dan membuka pintu sesegera mungkin. Seorang pemuda kemudian tersenyum padanya dan membungkuk hormat. Ken mengenalnya. Kuzo, bukankah dia ketua senat di sekolah ini? Ini tahun keduanya berada di sekolah dan Kuzo juga merupakan Siswa kelas Ekspoir tingkat kedua. Ken mengetahui semuanya dari Natsuki.
“Maaf, aku mengantarkan surat untuk Natsuki Senpai.
Pengirim bilang agar membuka suratnya segera” Kata Kozu. Suaranya yang khas beberapa kali Ken dengar melalui Speaker besar yang menyiarkan radio sekolah setiap jam Istirahat.
“Tapi Natsuki sedang tidak ada!”
“Kalau begitu, Saya mohon kepada Senpai untuk menyampaikanya. Saya permisi dulu!” Kuzo membungkuk setelah memberikan surat itu kepada Ken dan pergi.
Ken kembali menutup pintu dan memandangi surat itu. Sama sekali bukan surat yang berasal dari luar sekolah. Surat ini bahkan hanyalah kertas berwarna kuning terang yang dilipat empat tanpa amplop. Ken sangat penasaran dan sangat ingin mengetahui isinya. Tapi bukankah tidak sopan membuka rahasia orang lain? Bagaimana kalau isinya sangat penting dan mendesak? Bukankah tadi Kuzo mengatakan bahwa pengirimnya meminta Natsuki segera membukanya?. Ken bimbang beberapa lama hingga akhirnya dia memutuskan untuk melihat isinya juga. Natsuki mungkin akan kembali keasrama menjelang malam, bila terjadi apa-apa seharusnya Ken bisa segera mewakili Natsuki atau menyusul Natsuki asrama guru dan memberi tahukan kepadanya. Ken membuka lipatan demi lipatan perlahan-lahan dan membacanya dengan hati-hati.
Rival, Ayo kita bermain catur lagi.
Aku menunggumu di perpustakaan sekarang!
