Bab 4

3K 112 1
                                    

Alice Kim terkejut melihat sebuah kotak yang berukuran sama seperti kotak pembungkus TV berukuran 21 inchi. Untuk Sachi Fujisawa. Yoshiki Hidaka membawa masuk kotak itu dan meletakkanya di dekat meja makan. Meja makan sudah penuh dengan menu sarapan yang terlihat berlebihan.

“Dari mana kau dapatkan kotak itu?” Alice Kim bertanya.

“Lobi, dipaketkan kesini” jawab Yoshiki sambil meraih sumpit dan mulai makan. Wajahnya sangat pucat. Ia bahkan tidak tidur semalaman.

“Paman, Kenapa pagi-pagi kau ada disini?”Suara Sachi terdengar keras begitu dirinya keluar dari kamar mandi. Wajahnya kelihatan segar dengan pipi kemerah-merahan. Sachi mengenakan piama Panda membuatnya terlihat seperti bayi.

“Hei, Yoon Hee. Kau belikan dia pakaian seperti ini?” Yoshiki memandang Sachi sambil menahan tawa.

“Kenapa?” Tanya Sachi dengan wajah kecewanya, ia merasa di tertawakan. “Piama ini bagus. Aku menggunakan piama seperti ini di rumah.”

“Ah, iya. Aku lupa kalau kau masih bocah!”

“Kau sedang apa disini?” Sachi mengulangi pertanyaanya.

“Sarapan!” Jawab Yoshiki.

“Aku yang mengundangnya untuk sarapan bersama.” Alice Kim mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Saat di ambang pintu kamar mandi dirinya sempat menunjuk kotak yang berada di

samping meja makan sambil berkata kepada Sachi.”Paket untukmu”

Dengan agak bingung Sachi mendekati kotak tersebut. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Pakaian dan beberapa obat dan Vitamin. Sebuah surat yang menyertai kotak itu di buka dan

dibacanya. Wajahnya berubah menjadi sangat tenang.

“Dari siapa?” Yoshiki bertanya. Penasaran.

“Ibu. Dia tau darimana aku ada disini?”

“Apa katanya?”

“Dia minta aku pulang setelah seminggu. Dia membiarkan aku bermain-main seminggu. Tapi hanya seminggu dan setelah itu aku harus kembali kerumah”

Yoshiki Hidaka mendekat. Ia ikut memeriksa isi kotak yang belum di keluarkan oleh Sachi. Sebuah dompet menarik Hati Yoshiki untuk membukanya. Ada beberapa kartu kredit dan sebuah foto disana.

Foto yang membuat Yoshiki tertegun lama.

“Kau mana boleh membuka dompet orang tanpa izin.” Sachi merampas Dompet itu dari tangan Yoshiki, membuat pria itu tersentak dari lamunanya.

“Wah kau punya banyak kartu kredit. Kalu begitu kau bisa bayar hutangmu segera kepadaku. Kau lihat kan, gara-gara uangku kau pakai untuk undian itu, aku harus mengemis makanan kepada Yoon Hee.”

“Nanti pasti ku bayar. Aku akan bayar dengan uang hasil keringatku sendiri” Jawab Sachi, suaranya tidak sebersemangat biasa.

Sepertinya Yoshiki sudah menyentuh barang miliknya yang paling berharga.

“Eh, foto di dompetmu, foto siapa? Aku seperti mengenal wajahnya.”

Sachi menjawab dengan malu-malu.”Ni-Chan ku”

DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang