24

92 5 0
                                    

"Assalamualaikum..Aqilla..Aliaan!!"

Keduanya sama mendengar suara teriakan yang memanggil mereka.

"Lian, tolong buka dong..Qilla lagi sibuk ini" ucapnya tanpa menoleh pada Lian karena saat ini ia tengah sibuk mencuci pakaian milik bayi-bayi mereka.

Aqilla memilih untuk mencuci manual karena kalau di cuci di mesin cuci gak terlalu bersih. Aqilla takut kulit bayi nya iritasi.

"Iya" jawab Alian, ia meletakkan bantal di sisi kanan, kiri, atas dan bawah untuk menjaga agar bayi-bayi nya tak terjatuh.

Padahal mah gak di letakkin bantal juga pasti mereka gak jatuh, wong masih bayii masih usia 2 bulan belum lasak-lasaknya dasar Alian aja yang terlalu protektif menjaga mereka.

Lian segera berlalu keluar kamar kemudian membuka pintu.

Ternyata Mama nya.

"Eh Mama..kenapa gak masuk Ma?" Tanya Lian, ia nyengir kuda.

"Ndasmu! Gimana Mama mau masuk kalo pintu di kunci? Di panggilin budek banget, panas nih! Udah besok Mama panggilin tukang kanopi untuk pasang kanopi di teras rumah biar gak panas" Ucap Mama Lian sambil mengibaskan tangannya kemudian ia nyelonong masuk.

Lian menatap Mama nya dengan kikuk, ia menggaruk rambutnya yang tak gatal itu.

"Em..Mama tau gak ya aku bisa masang kanopi sendiri?" Gumam nya.

"Aduhhh Cucu-cucu Omma pada cakep uyy kaya neneknya" seru Mama Lian saat masuk ke dalam kamar Lian dan Qilla.

"Mah, jangan pegang dulu Mama kan abis dari mana-mana cuci kaki cuci muka cuci tangan dulu sana" kata Lian saat dia sudah menyusul mama nya ke dalam kamar.

Mama Lian nyengir
"Oiya Lupa." Segera ia berlalu ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar itu.

••

"Titip bentar ya Ma, kalo mereka rewel Mama telpon aja" kata Qilla pada Mama mertua nya.

Lian dan Qilla sudah mau berangkat membeli Pompa Asi elektrik di Mall karena di sekitar tempat mereka tidak ada yang menjual jenis pompa Asi seperti itu palingan ada pun yang manual. Capek kalau pakai yang manual terus lama, itu kata Lian bukan kata Qilla.

"Iyaa santai aja" jawab Mama Lian tanpa menoleh pada keduanya fokusnya hanya pada cucu-cucu nya yang menggemaskan ini

"Ehmm di kacangin sekarang kaya nya lebih sayang cucu dari pada anak" cibir Lian.

Qilla tersenyum lalu mengelus lengan Lian.
"Udah gak apa-apa namanya juga baru punya cucu, cucu pertama lagi"

"Iya sih, yaudah ayo!"

Qilla mengikuti Lian dari belakang mereka pun berangkat menggunakan sepeda motor.

Di perjalanan...

"Qiqil..maaf ya kita cuma bisa naik motor ini" kata Lian kurang jelas karena tersamarkan oleh angin, apalagi Aqilla memakai helm dia kurang dengar apa kata Lian.

"Ha? Apa Lian?" Pekik Qilla.

"MAAF KALO KITA CUMA PAKE SEPEDA MOTORRR" teriaknya.

"Ihh apasih kamu! Ya gak apa-apa lahh namanya kita merintis " Qilla menepuk bahu suaminya itu.

Padahal baik kedua orang tua Qilla maupun Mama Lian sudah bersedia memfasilitasi mereka tapi dasarnya mereka ingin mandiri, ingin sukses tanpa campur tangan orang tua mereka jadilah apa-apa masih sangat sederhana.

Lian tersenyum di balik helm nya, rasanya tak sia-sia ia memilih Qilla.
Eee2f free
"Alhamdulillah gue gak salah pilih bini" gumam nya.

••

"Banyak banget pompa nya kak, bingung pilih yang mana" kata Qilla.

Lian juga sama bingung nya semua terlihat sama.

"Tapi..mahal semua" cicitnya

Bagaimana tidak? Di jejeran rak tertera harga dari 1,5jt sampai 2jt. Bagi mereka yang merintis itu dikategorikan sangat mahal.

Lian melirik Qilla, benar juga katanya ternyata pompa Asi mahal harga nya sedangkan di kantong Lian hanya ada 1jt.

Mau berkata tapi Lian takut Qilla sedih.

Ting!

Sebuah notifikasi dari dompet digital Lian berbunyi Lian mengernyit kenapa bisa berbunyi? Buru-buru ia melihat pada layar handphone nya.
Usuuuus77uu3e8k2iiiiiiiiii iuiu7

Tertera di sana Arfan men-transfer 2jt pada Lian.

Lah busett ngapain nih anak ngirim uang?
Batinnya bermonolog.

"Bentar ya Qil" kata Lian lalu ia agak sedikit menjauh dari Qilla untuk menelpon Arfan mempertanyakan maksud Arfan mengirim uang padanya.

"Gue belum ada ngasih apa-apa sama ponakan, itu hadiah untuk ponakan gue" Kata Arfan terlebih dahulu tanpa sempat Lian bertanya.

Lian terdiam sebentar lalu berkata.
"Thanks ya bro..kebetulan gue lagi butuh" Ucapnya.

"Sama-sama"

Lalu sambungan telfon pun di matikan.

Akhirnya keduanya bisa membeli Pompa asi elektrik.

GOOD BYE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang