26

114 6 0
                                    

"Yank..gimana  Syarif?" Tanya Lian saat ia sudah sampai di kamar inap anaknya.

Wajahnya panik serta penuh keringat. Sudah Qilla yakinkan bahwa Lian kesini dengan berlari.

Lian melihat wajah bayinya yang terbaring lemah di ranjang pasien dengan selang infus yang ada di kaki bayi nya.

"Ya Allah nak.. gak tega Papa liat kamu di infus gini nak. Pasti sakit ya" lirih Lian, ia mengelus rambut Syarif.

"Kata dokter Syarif kejang kena gejala tipes kak." Jawab Qilla.

"Tipes? Tapi Syarif gak Panas? Tadi waktu sebelum berangkat ke kampus juga Aku sempet cium Syarif dia gak panas kok, anak-anak gak ada yang sakit" Kata Lian

"Iya. Awalnya aku juga berfikiran kaya gitu. Tapi kata dokernya Kejang-kejang itu gak menjamin tubuh dalam keadaan suhu panas, normal juga bisa." Jawab Qilla ia melirik Syakif yang sedang tertidur di ranjang sebelah Syarif.

Di ruangan ini ada 3 ranjang pasien karena ruangan bukan ruang VIP jadi semua gabung. Tapi untungnya yang menempati kamar hanya mereka saja. Tak ada pasien lain.

"Ya ampun..sekarang gimana? Udah gak apa-apa kan?" Tanya Lian lagi.

Qilla menggeleng.
"Gak apa-apa. Tapi harus di rawat dua hari untuk ngecek Syarif kejang lagi enggak. Kalau kejang lagi bisa kena meningitis." Jawab Qilla, ia duduk di ranjang yang di tempati Syakif.

Duhh ngilu sekali mendengar penjelasan Qilla. Jangan sampai terjadi pada anaknya ya Allah.. meningitis? Sungguh Lian tak sanggup membayangkan itu terjadi pada anaknya itu.

"Sorry, kita telat." Ucap Dimas yang sudah masuk ke dalam ruangan di ikuti Arfan dan Arsya.

"Iya bro. Kita beli buah dulu tadi" Arsya ikut ngomong.

"Gak apa-apa Sans aja" jawab Lian.

"Duduk kak" Qilla mempersilahkan Mereka duduk.

Arfan, Arsya dan Dimas mengangguk.

"Ngomong-ngomong kita mau duduk dimana ini?" Bisik Arsya pada Dimas.

Dimas mengedikkan bahunya.
"Gak tau" jawab Dimas.

"Lantai Luas. Duduk!" Kata Arfan memperintah.

"Eh, aduh..maaf ya kak gak ada sofa." Qilla berucap sungkan.

Arsya nyengir kuda ia mengibaskan tangannya.
"Gak apa-apa tenang aja Qil, di lantai aja juga gak apa-apa" jawab Arsya.

Dimas mengangguk membenarkan. "Iya Qil, Sans aja"

Ketiga nya sudah duduk di bawah, Qilla juga ikut duduk di bawah. Tak enak rasanya ia duduk di ranjang tapi tamu nya duduk di bawah.

Qilla memelototi Lian mengkode dengan matanya untuk Lian turun dan ikut duduk di bawah juga dengannya.

"Apa?" Tanya Lian polos.

"Duduk!" Kata Qilla.

Mau tak mau karena sudah di pelototi Qilla yaa Lian terpaksa ikut duduk di lantai.

"Udah Qil, gak apa-apa kalo mau duduk di ranjang itu. Kamu pasti capek kan ngejagain anak-anak kamu, di atas aja gak apa-apa." Ucap Dimas.

Lian membesarkan kedua bola matanya. Kenapa Dimas jadi sok perhatian sih? Huhh panas hati Lian.

"Heh, kutu kupret! Jangan sok perhatian Lu!" Desis Lian.

Dimas nyengir kuda. "Hehehe..Peace boss" Dimas tak tersinggung ia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya seperti ini ✌️

"Hmm" Lian hanya berdehem.

"Gak apa-apa kak, disini aja" kata Qilla.

"Sakit apa anak Lo?" Kali ini Arfan membuka suara

"Kejang. Kata Dokternya sih gak apa-apa tapi tetap harus nginap liat Syarif masih kejang lagi atau enggak soalnya kalo iya bisa jadi gejala meningitis " jawab Lian.

Arfan mengangguk paham.
"Kasiannya anak gue.." lirih Arsya ia menatap dalam bayi yang sedang tertidur pulas itu. Wajahnya memang terlihat pucat.

"Heh! Ape Lu bilang? Anak? Jangan ngaku-ngaku yee itu anak Gua!"

"Ih apasih kamu Lian, Sensian Amat. Maksud Kak Arsya kan dia udah anggap Anak-anak kita anak-anak kan Arsya juga" Qilla membela Arsya.

"Tau, Lu Lian..Sensian Amat"

Lian menggaruk rambutnya tak tak gatal itu.
"Harap maklum lah bro.. pikiran gua kemana-mana" Lian jadi gak enak.

Emang iya, saat melihat kondisi anaknya. Lian merasa uring-uringan.

"Biasa itu, namanya Bapak. Liat anak sakit ya khawatir, gue paham kok" kata Dimas.

Tak terasa 1 jam sudah mereka mengobrol ngalur kidul pada akhirnya ketiga sahabat Lian berpamitan Pulang

"Kita pulang dulu. Kalo ada apa-apa hubungin aja" Pesan Arfan.

Qilla dan Lian mengangguk.
"Iya bro" jawab Lian.

"Apalagi kalau terkendala biaya, jangan sungkan bilang kita Lian. Jangan diem- diem aja, kita nih BESTie harus tolong menolong" Arsya berucap bijak.

Lian tersenyum mendengar ucapan Arsya ia menepuk pundak Arsya.
"Iya Bro..makasih ya"

Arsya mengangguk lalu ketiga nya pun pergi meninggalkan ruang inap.

"Enak ya kamu Lian, punya sahabat kaya mereka. Aku? Boro-boro punya sahabat. Temen aja gak punya, minimal satu juga gak ada" Kata Qilla dari mimik muka nya sih Lian lihat biasa-biasa aja tapi Lian yakin di balik itu Qilla sangat sedih.

Lian merengkuh tubuh Qilla untuk ia peluk.
"Kamu tenang aja, aku kan ada. Aku bakalan jadi Sahabat, temen, Abang, ayah dan suami yang baik untuk kamu" kata Lian yang membuat mata Aqilla berkaca-kaca.

Ia balas memeluk Lian sangat erat
"Makasih Ya.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOOD BYE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang