11

4.3K 309 0
                                    

"Nahh ini jenis kelaminnya sudah bisa terlihat yaa" jelas dokter yang meng-USG Aqilla.

Pada layar monitor menunjukan janin berukuran kecil yang sudah terbentuk sempurna.

Aqilla yang melihatnya tentu saja terharu, masih gak nyangka aja dia kalo sebentar lagi jadi Mama.

Sementara itu Alian, matanya tak pernah beranjak dari layar monitor. Sama hal nya dengan Aqilla dia menatap haru.

Iyah, Alian gak jadi menuhi janjinya dengan Shilla, dia lebih memilih menemani Aqilla cek up.

Ya mana rela dia kalau Arfan yang menemani.

"Jenis kelaminnya apa dok?" Tanya Lian pada dokter, Veera.

Dokter Veera tersenyum.

"Sepasang Lian" kata dokter itu seraya tersenyum.

Dokter Veera ini adalah sepupu jauh Lian, jadi yahh gitu Mayan akrab merekanya.

"Sepasang?? Wuih...Gua masih gak nyangka bisa nyetak anak sekali dua" decak Lian kagum pada dirinya sendiri.

Aqilla yang mendengar itu sebenarnya ingin sekali menyentil bibir Lian, ngomongnya frontal banget! Mana ada dokter Veera lagi, kan malu jadinya.

"Lian.." Aqilla mendesis.

Lian yang baru sadar di tatap tajam oleh sang istri menyengir kuda.

"Hehehehe.."

Dokter Veera menggelengkan kepalanya heran melihat pasangan muda ini.

"Berarti kamu hebat Lian" kata dokter Veera.

"Behhh iya dong Dok, Lian gitu kok" Lian membanggakan diri.

Aarghhh berapa lama lagi selesainya ini??? Rasanya Aqilla ingin menabok Lian segera mungkin!

••

"Lu denger kan kata dokter Veera? Harus rajin minum susu sama banyak-banyakin istirahat!" Oceh Lian sambil memapah Aqilla berjalan menuju motor mereka.

Aqilla di papah udah kaya orang sakit aja, mana di liatin sama orang-orang lagi!

"Apasih? Gak usah di papah juga kali! Emang aku penyakitan!?" Ketus Aqilla.

Risih dia.

Lian tersenyum Pepsodent, dia kan gak mau terjadi apa-apa sama Aqilla.

"Yaudah iyaa, gak aku papah" Lian sedikit menjauhkan badannya, tapi tangannya tetap menggenggam tangan Aqilla.

Huftt.

Biarkan saja lah.

"Iya aku dengar, santai" kata Aqilla.

Saat sudah sampai di parkiran, Aqilla melihat Dimas, sahabat Lian

"Yan, itu bukannya Dimas ya? Sahabat mu?" Tanya Aqilla pada Lian.

Lian mencari sosok yang di katakan Aqilla.

"Mana?" Tanya nya.

"Itu loh" tunjuk Aqilla dengan tangan kearah parkiran mobil

"Lohh iya?! Si kampret ngapain disini? Wahh Curiga Gua, samperin yuk!" Ajak Lian.

Aqilla mengangguk saja, dia mengikuti Lian dari belakang.

"OYY DIMASS!!" Teriak Lian memanggil Dimas.

Dimas yang merasa dirinya di panggil menoleh ke sumber suara.

Ada Lian bersama Aqilla.

"Wahh ngapain Lo di rumah sakit?" Tanya Lian curiga.

"Muka biasa aja Nyet! Gue cuma nganterin nyokap cek up jantungnya" kata Dimas sambil mengusap wajah Lian kasar

"Anying! Tangan Lu bau!" Tepis Lian pada tangan Dimas.

Dimas nyengir.

"Hehehehe, habis ngorek sampah Gua tadi" kata Dimas.

"Ngapain? Mulung?!" Ketus Lian asal.

Aqilla menyenggol perut Lian dengan sikunya.

"Ngomongnya!" Tegur Aqilla membuat Lian menoleh ke sampingnya.

"Iya-iya, maap" kata Lian dengan wajah cemberut.

"Ehh ada Aqilla, baru sadar. Kabar gimana Qill?" Tanya Dimas.

Aqilla tersenyum.
"Kabar baik Alhamdulillah"

"Ponakan Gua? Aman?" Tanya Dimas lagi dan di balas anggukan oleh Aqilla.

"Kalo Lian ngulah hubungi Gua aja ya, gua masih siap Nerima kok" kata Dimas dengan perkataan misterius di pendengaran Lian.

Maksudnya apa coba?

"Yan, kalo gitu gue masuk dulu, nyokap gue pasti udah nunggu nih" ucap Dimas seraya menepuk pundak Lian.

Lian ngangguk Aja, setelah itu Dimas pergi.

"Yang, Lu sama Dimas ada hubungan apa?" Tanya Lian dengan mata sedikit memicing.

Aqilla sedikit gugup.
Kenapa Dimas harus ngomong gitu sih?!

"Enggak! Gak ada! Udah ahh aku laper nih, keburu masuk angin, ayo!" Aqilla menarik tangan Lian menuju parkiran motor yang tak jauh dari tempat parkiran mobil.

Lian Nurut aja walaupun bersarang banyak pertanyaan di dalam pikirannya.

Gua harus tanya Dimas terus minta penjelasan ini!
Batin Lian.

GOOD BYE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang