25

72 5 0
                                    

Cast: Aqilla

Cast: Aqilla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast: Alian

Cast: Alian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

======

"Qil, mending kita buka usaha deh"

Aqilla yang sedang memompa ASI nya menoleh bingung pada Lian.

Tiba-tiba bahas usaha?

"Emang ada modalnya?" Tanya Aqilla.

Lian mengangguk. "Ada, tapi cuma 15JT. Menurut kamu bagusnya jualan apa ya?" Tanya Lian lagi.

Tampak Aqilla yang tengah berfikir.
"Em..gimana kalau kita Usaha bakso aja?" Tanya Aqilla.

"Ah, masa Bakso sih Qil?? Gak modern bangettt" Lian bergidik membayangkan jika ia berjalan Bakso.

"Loh, kenapa emangnya? Jarang lohh anak muda kaya kita berjualan kaya gitu. Kamu tenang aja aku yakin pasti laris, kita buat sedikit konsep yang berbeda terus kaya nya tempat kita ini strategis, di daerah kita jarang loh yang buka warung Bakso" jelas Qilla panjang, ia selesai memompa ASI nya.

"Tolong dong Lian" Kata Aqilla pada Lian.

Lian yang tadi duduk di depan layar laptop nya segera bangkit dan mengambil pompa Asi serta Botol dot yang sudah berisi Asi dari Aqilla.

"Bagus juga sih, tapi nanti deh aku tanya Mama dulu gimana baiknya" kata Lian sesaat setelah dia kembali duduk.

"Kenapa harus ngomong sama Mama dulu? Ini kan usaha kita, kita dong yang ambil keputusannya. Gak harus melibatkan orang tua, kita udah jadi orang tua Lian. Jadi kita harus bisa ngambil keputusan sendiri " Aqilla memberi nasihat.

Bukan maksud ingin Alian durhaka pada Mertuanya itu, tapi alangkah lebih baiknya tidak perlu merepotkan mereka. Pasti kalau Alian ngomong Mertua nya yang bakalan biayain semuanya kalau begitu terus kapan mereka akan bisa mandiri dan bangkit sendiri?

"Kamu benar. Yaudah besok kita bicarakan lagi, kamu tidur duluan aja. Aku masih mau ngurusin tugas kuliah dulu" Kata Lian.

Qilla termenung sebentar. Enak ya jadi Lian masih bisa kuliah, sementara Aqilla? Cuma bisa ngurus rumah dan anak-anak.

"Iya" kata Aqilla pada akhirnya ia memilih ikut bergabung tidur bersama kedua buah hatinya.

••

"Tumbuh yang cantik yaa bunga-bunga Qilla..biar Qilla juga ikut cantik" kata Aqilla setelah ia selesai menyirami bunga-bunga nya dengan air.

Gak nyambung emang tapii itulah Aqilla.

Setelah selesai menyirami bunga Aqilla lanjut menyapu halaman serta mencabut rumput. Semua pekerjaan rumah Aqilla yang kerjakan itupun saat anak-anaknya sudah tertidur baru Aqilla bisa beraktifitas.

Alian? Sebenarnya Pria itu membantu tapi karena waktunya lebih banyak di luar seperti Berkuliah dan kerja jadi yaa mau gak mau Aqilla deh yang mengerjakannya.

"Huftt..capeknya.." Eluh Aqilla terduduk di depan pintu rumah.

Perkarangan rumah Aqilla sangat asri. Di rumahnya masih tersisa tanah kosong yang sudah di tanami berbagai bunga dan juga jenis sayuran yang bisa Aqilla olah. Kalau soal tanam menanam Aqilla jago nya tapi kalau soal tanam yang lain Lian yang jago nya yaa gimana enggak buktinya cuma Sekali langsung jadi tuh, kembar pula.

"Eh, Qilla mikirin apaan sih?" Aqilla menggelengkan kepalanya menepis pemikiran absurdnya.

"OEEKK OEEKK OEEKK"
Terdengar tangisan si kembar yang saling bersahut-sahutan.

"IYAA BENTAR NAKK" teriak Aqilla, buru-buru dia beranjak menuju kamar. Tapi sebelum masuk ke kamar ia mandi untuk membersihkan tubuhnya dari kotoran yang menempel.

Takut kuman!

"Utututuu.. Anak-anak Bunda nangis yaa..kalian lapar? Sabar yaa Bunda hangatkan Asi nya dulu, Ade sama Abang sabar sebentar yaa" kata Aqilla pada kedua anaknya yang sebenarnya tak mengerti akan ucapannya.

Gegas Aqilla menuju dapur mengambil stok asi di freezer dan menghangat kannya. Setelah di rasa hangat barulah ia memberikan susu-susu itu pada anak-anak nya.

Setelah kedua anaknya menghabiskan susu, Aqilla menggendong Syafiq terlebih dahulu untuk ia sendawakan setelah bersendawa gantian Syarif yang Aqilla sendawakan.

Memang dasarnya anak-anak nya tak terlalu rewel setelah menyusu mereka kembali tertidur.

"Makasih ya nak..udah pengertian sama Bunda nya. Bunda nya masih sibuk, mau masak dulu"

•••

"Jadi gimana menurut Lo pada?"

"Emm.." Arsya terlihat berfikir, tangan kirinya di letakkan ke dagu.

"Boleh juga tuh, iya gak Fan?"

Arfan mengangguk. Apa yang di katakan Arsya memang benar. Bagus kalau Alian ingin membuka usaha berjualan Bakso karena memang di daerah mereka bakso itu sangat susah di cari.

"Emang Lo tau cara buatnya?" Tanya Arfan, kaki nya di selonjoran.

Lian mengangguk.
"Tau, Aqilla yang tau gue mah ngikut aja" katanya kemudian kembali menghisap rokoknya.

"Yaudah, kapan mulainya? Biar kita bantu tenaga" Kata Arsya bersemangat.

"Dua hari lagi kayanya. Libur semester baru kita Gas!" Jawab Alian.

Arfan dan Arsya mengangguk.

Sesaat mereka semua terdiam merenung dengan pikiran masing-masing.

Tapi tak lama dering panggilan telefon Alian berbunyi.

"Siapa?" Tanya Arfan.

Lian melihat ke layar HP nya tertera nama Aqilla disana.

"Qila" jawab Lian, gegas ia mengangkat panggilan telefon.

"Waalaikumsallam, ada apa? Ha? Apa?! Iya aku kesana sekarang, jangan panik ya yang..sabar" Lian tampak panik.

Melihat itu kedua sahabatnya pun juga ikut panik.

"Kenapa Lian?" Tanya Arsya langsung.

"Boys, gue harus cabut. Anak gue Syarif kejang-kejang" katanya, Lian segera berlari.

"Tunggu Lian, kita ikut" Kata Arsya.

Lian mengangguk lalu ketiga nya berlari meninggalkan kampus.

GOOD BYE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang