20

4.7K 312 10
                                    

"jadi dokter, gimana sama istri saya??" Tanya Lian langsung saat melihat dokter yang menangani Aqilla telah keluar dari ruang UGD.

Dokter itu melepas maskernya lalu menatap Lian sembari tersenyum

"Bersyukur pada Tuhan.. istri anda selamat, dan juga. Bayinya selamat, bayi anda kuat. Walupun lahir dalam keadaan prematur" jelas sang dokter

Semua yang mendengar itu bernafas lega dan bermunajat kepada Allah karena telah memberi Aqilla dan bayinya keselamatan.

Lain hal dengan shilla yang menggeram tidak suka mendengar kabar itu.

"Sialan!" Desisnya

"Alhamdulillah..." Ujar semua kecuali shilla.

"Jadi Aqilla udah bisa di liat dok?" Tanya Arsya.

Dokter mengangguk

"Bisa, setelah di pindah di ruang inap"

~~~

"Cowok.. Alhamdulillah.." Aqilla berujar syukur saat melihat anaknya berjenis kelamin laki-laki dua-duanya.

"Kenapa kalo cewek?" Tanya Arsya tak mengerti.

"Ya enggak apa-apa sih, cuma kasihan ntar kalo cewek. Nikahnya gak bisa di waliin sama Lian" ujar Aqilla frontal.

Lian menggernyit tak mengerti.

"Kenapa gitu?" Tanya nya menatap Aqilla heran sembari mengelus pipi sang buah hati.

"Karena secara agama mereka ini bukan anak kamu, kamu gak boleh waliin nikah mereka"

"Gue masih bingung Qil"

Aqilla menghela nafas.

"Karena anak Lo anak MBA, maka anak yang dilahirkannya dinasabkan kepada ibunya dan tidak dinasabkan kepada laki-laki yang menzinai ibunya (bapak zinanya).

Tegasnya, hubungan nasab antara anak dengan bapaknya terputus. Demikian juga hak kewaliannya.

Kalau seorang anak perempuan- terputus (nasabnya) dengan bapaknya, maka yang menjadi wali nikahnya adalah wali Hakim. " Jelas Dimas bijak membuat yang ada disana termangu menatap tak percaya Dimas, kecuali Aqilla.

Aqilla tersenyum mendengar penjelasan Dimas.

"Kalo cowok nikah kan gak harus di waliin sama bapaknya" tambah Dimas lagi.

Prok.. prok..

Arsya menepuk tangannya menggelengkan kepalanya menatap Dimas.

"Gak nyangka Gua, sohib Gua tau masalah begituan" ujarnya.

Dimas tersenyum kecil.

"Gini-gini gue pernah ngaji, iya gak Qil?" Dimas mengedipkan matanya kepada Aqilla yang di tanggapi senyuman kecil oleh Aqilla.

Arfan yang sedari tadi hanya diam mendengarkan melihat interaksi Mata yang dilakukan oleh Dimas dan Aqilla.

Arfan yakin, ada sesuatu yang terjadi antara Dimas dan Aqilla sebelumnya.

"Ohhh gitu toh" Lian mangut-mangut, Aqilla mengangguk.

"Malam bapak, ibu, bayinya harus di bawa ke inkubator lagi" suster masuk dan permisi untuk kembali membawa bayi-bayi mereka ke dalam inkubator.

Lian sedikit bergeser agar mempermudahkan suster membawa bayi-bayi nya.

"Oh iya sus, silahkan" ucap Aqilla.

Suster tersenyum dan membawa bayi-bayi itu keluar.

"Jadi, gimana dengan Shilla?" Tanya Arfan membuka suara saat sedari tak ikut menimbrung.

Semua melihat ke arahnya.

"Baku hantam enak nih sama dia" ujar Lian santai tapi di balik ke santai-annya itu tersimpan emosi

"Kuy lahh, gue dukung" seru Arsya dan Dimas.

Huh..

Ada-ada saja memang mereka ini.

"Gak usah kak, jangan gitu. Kak shilla perempuan masa iya mau di ajak baku hantam?"

"Terus gimana?" Tanya Dimas.

Aqilla tersenyum misterius.

"Sanss kak, ntar kalo aku pulih. Aku yang ngajak baku hantam, kalo perlu aku rontokin rambutnya. Tapi kak Arfan jangan marah ya? Aku ijin dulu" ujarnya pada Arfan

Semua menatapnya tak percaya.

Mereka kira Aqilla tak akan membiarkan shilla di beri pelajaran, nyatanya Aqilla sendiri yang ingin memberi pelajaran kepada shilla.

Aqilla memang beda.

Gud dah Lian milih istri

Arfan mengangguk seraya tersenyum kecil.

"Lakuin aja"

GOOD BYE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang