10

4.6K 311 6
                                    

"Sadakallahul'Azim" Aqilla menyudahi membaca Al Qur'an nya, di lihatnya jam yang menggantung di dinding menunjukan pukul 8.00 malam.

" baru selesai ngaji?" Tanya Lian setelah melihat Aqilla meletakkan Al Qur'an di nakas samping tempat tidur mereka.

"Iya, banyak-banyak baca Al Qur'an bagus untuk anakku" kata Aqilla sambil melipat mukenah nya.

Lian memberengut, kenapa Aqilla hanya mengatakan jika bayi yang di kandungnya hanya anaknya saja sih?? Jadi peran Lian disini apa?

Gak mungkin kan janin itu ada jika tanpa dirinya.

"Anak Gua juga kalo Lu lupa" kata Lian, dia membanting tubuhnya ke ranjang.

Dia sangat lelah, baru saja pulang dari kerja nya.

Aqilla mengabaikan ucapan Lian.

"Kamu tuh habis pulang langsung mandi, terus shalat bukan malah tidur" tegur Aqilla tak habis fikir dengan Lian.

Lian ini jarang sekali shalat, hanya hari Minggu saja jika dia libur kerja.

Kalau Lian seperti ini terus, lantas siapa yang akan membimbing dirinya dan anak mereka nanti?

"Capek Gua beb" lenguh Lian.

"Gak ada capek-capek-an, kalau kamu gini terus, gimana Ayah mau suka sama kamu? Ayah itu pengen anaknya punya imam yang bisa nuntun anaknya ke jalan yang lebih baik" omel Aqilla, saat ini dia tengah duduk di pinggir ranjang.

Lian yang mendengar itu hanya bergumam malas, mata nya terpejam karena merasa kantuk.

"Ishhh, Lian..bangun! Ntar aku siapin makan kamu sama aku buatin teh deh, biar capek kamu hilang" kata Aqilla seraya menggoyangkan Kaki Lian.

Lian menghela nafas pendek lalu berdalih menjadi telentang.

"Ada syaratnya" kata Lian sembari tersenyum jahil.

Syarat?? Yasudah kalo syarat itu mampu membuat Lian mau untuk shalat akan Aqilla turuti.

"Apa?" Tanya nya.

"Cium gua" jawab Lian dengan nada menggoda, dia menaik turunkan alisnya.

Tanpa ba-bi-bu lagi Aqilla mendekat ke Lian dan langsung mencium Lian.
Mencium keningnya maksudnya.

Lian yang belum sempat bersiap sedikit terkejut, tadi dia hanya bercanda saja dan Aqilla benar-benar mau menurutinya?

Ahh kenapa dia jadi merasa senang seperti ini?

"Udah kan? Udah sana kamu shalat, aku mau masak untuk kamu" kata Aqilla, dia sudah berdiri menghadap Lian sekarang.

Lian masih melamun dan hal itu membuat Aqilla geregetan sendiri rasanya.

"Lian.. denger gak sih??" Kata Aqilla gemas

Eh? Lian menengok ke Aqilla.

"Apa?"

Huftt kenapa Lian jadi melamun gini sih!!

"Mandi, shalat! Aku mau nyiapin makan kamu" kata Aqilla, dia mau pergi tapi di tahan Lian dengan menahan tangan Aqilla.

Aqila melihat ke tangan nya yang saat ini di genggam Lian, lalu matanya beralih menatap Lian dengan alis terangkat satu

"Kenapa?"

"Gak usah siapin makan, Gua udah makan tadi" kata Lian.

"Makan? Sama siapa?" Tanya Aqilla penasaran.

"Shilla" jawab Lian jujur, takut-takut dia melihat reaksi Aqilla.

"Owh" Aqilla hanya menampakkan wajah datarnya.

"Yaudah aku buatin  teh" setelah itu Aqilla pergi.

Melihat kepergian Aqilla dengan wajah datar begitu Lian yakin jika Aqilla tengah marah.

Ya mikir lah! Siapa yang gak marah kalau suaminya masih berhubungan dengan pacarnya? Dan Lian tahu itu.

Tapi untuk mengakhiri hubungannya dengan shilla, Lian rasa dia belum siap.

••

"Nih teh nya" Aqilla menyodorkan segelas teh kehadapan Lian.

Lian lagi bersender di kepala ranjang sambil memainkan handphone nya.

"Iya makasih" kata Lian sembari mengambil gelas itu dari Aqilla.

Aqilla mengangguk.

"Yaudah, aku mau tidur" ucap Aqilla.

Lian mengangguk saja, tapi saat ia melihat Aqilla ingin keluar bukannya berbaring di samping nya membuat Lian bertanya pada Aqilla.

"Mau kemana?"

"Tidur"

"Tidur dimana?"

"Kamar sebelah" Aqilla ingin pergi tapi Lian buru-buru menutup pintu.

"Kenapa gak disini? Lu marah sama Gua?" Tanya Lian, dia menatap wajah Aqilla.

Aqilla tak menatapnya, dia menatap ke arah lain.

"Gak Marah, cuma sakit hati" jawab Aqilla, memang tak ada nada kasar yang ia sematkan, Aqilla berujar seperti biasa dengan nada lembut.

Lian terdiam.

"Please tidur disini" pinta Lian dengan wajah memohon.

Bukan tak beralasan Lian melarang Qilla untuk tidur di kamar sebelah.  pasalnya di sana tak ada AC, hanya kipas angin, Lian takut Aqila masuk angin dan berdampak pada anaknya juga .

Bukan anaknya saja loh yang Lian khawatir kan, tapi keduanya.

"Kamu, atau aku?"

"Yaudah Gua" setelahnya Lian membuka pintu kamar dan pergi ke kamar sebelah.

Setelah Lian pergi, Aqilla mengunci pintu kamar.

Aqilla merosot di depan pintu.
Asal kalian tau!

Aqilla sebenarnya Lelah, lelah dengan semua

Sebenarnya dia berusaha mengiklashan takdirkanya yang harus menjadi istri dan ibu di usia muda.

Tapi sebenarnya dia ingin hidup layaknya remaja yang berusia 16 tahun! Bukan hanya berdiam diri di rumah.

Menikmati masa percintaan jika bisa dengan hal yang wajar, bukan cinta segitiga seperti ini.

Eh tunggu?

"Cinta segita? Aku rasa enggak, karena Lian sendiri gak pernah cinta sama aku" senyum miring terlihat dari bibir Aqilla.

Benarkan?? Lian tak pernah mencintai nya.

Lian menikahinya hanya karena sebuah tanggung jawab!

GOOD BYE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang