RL | 46

139 4 1
                                    

Gilang memandang fotonya saat bersama Shanaya dan putri meraka, senyuman di foto itu, ekspresi wajah bahagia yang terpancar di foto itu.

Keluarga kecil yang sudah ia bangun dengan baik dan dengan kasih sayang yang besar, namun ia harus merelakan kepergian seseorang yang sangat ia cintai setelah ibu nya.

Istri nya yang selalu menemaninya di mana pun ia berada, yang menjadi penyemangat nya waktu ia lelah.

Gilang tersenyum sambil mengusap foto mereka, rasa rindu yang selalu ia rasakan.

"Papaaa!!!"

Gilang menaruh kembali foto itu, lalu berjongkok dan memeluk tubuh anak nya.

"Papaa, Ziva mau main bersama ante una dan om Galang. Boleh papa?"

Gilang mengangguk, ia mengusap kepala anak nya. "Tentu sayang."

Ziva berseru riang, membuat Gilang mengangkat kedua sudut bibirnya. Anak nya itu pasti merindukan sang ibu nya.

Dengan tatapan penuh arti, ia mengusap lembut kepala anak nya, wajah nya yang mirip dengan mendiang sang istri.

Galang yang melihat interaksi itu seketika terdiam, Galang akui memang ia dulu salah karena mengambil Aluna. Namun itu juga adalah kesalahan Gilang di masa lalu.

Galang berdehem lalu masuk ke dalam kamar Gilang, "Ziva, tunggu di bawah ya sama ante una."

Ziva menganggukan kepalanya, ia juga mencium pipi Gilang sebelum keluar dari kamar ayah nya itu.

"Dadah papaa."

"Gapapa, gua sama Aluna juga bakal Ziva. Gua yakin Shanaya selalu ada di sisi kalian. Gua yakin Shanaya seneng ngeliat lu sama Ziva." Ucap Galang sambil menepuk pundak Gilang

Mendengar apa yang di ucapkan Galang, tiba - tiba aja saja ia meneteskan air matanya.

Galang langsung memeluk tubuh adik nya itu, meskipun banyak sekali pertengkaran dulu antara Galang dan Gilang. Tapi mereka saling menguatkan satu sama lain.

Saat air mata yang tidak berhenti menetes, bayangan seorang wanita yang mendekati nya dan mengusap air mata yang membasahi pipi nya.

Wanita cantik, wanita yang ia sayangi, wanita yang akan selalu menjadi cinta nya.

Seorang wanita itu, menatap Gilang dengan tatapan sedih nya. Karena ia tidak mau melihat suami nya itu sedih karena nya.

Namun tidak lama, sebelum pergi wanita itu tersenyum kepada Gilang, senyuman yang sangat Gilang rindukan, senyuman yang sangat Gilang suka.

________

"Ante unaa, ante unaa tau tidaa? Semalam Ziva liat papa nangis. Papa kenapa ante unaa??"

Aluna terdiam, ia bingung harus mengatakan apa kepada Ziva, ia janha tersenyum sambil merapihkan rambut anak kecil yang ada di hadapan nya itu.

"Mungkin papa lagi capek sama kerjaan di kantor, jadi papa nangis bisa jadi seperti itu kan?"

Ziva menganggukan kepalanya, "papa cengeng ya antee."

Aluna terkekeh mendengar ucapan Ziva, tak lama kemudian Galang sayang menghampiri keduanya.

"Sudah?"

Dengan kompak kedua nya menganggukan kepalanya, membuat Galang tersenyum.

Ketiga nya berjalan bersama keluar dari rumah, Ziva yang berada di antara aluna dan Galang.

banyak yang meraka lakukan untunk menyenangi Ziva, mulai dengan bermain di timezone, makan bersama, bahkan bermain di taman bersama.

Suara tertawa yang saling bersahutan, layak nya seorang anak dan kedua orang tua nya yang sedang bermain.

Ziva adalah anak yang sangat beruntung, meskipun belum cukup besar anak itu sangat mengerti apa yang di ajarkan kedua orang tuanya.

Hari semakin sore mereka juga menyelesaikan bermain nya.

"Om Galang, antee unaa. Ziva mau beli itu untuk papaa, pasti papa suka kan." Ucap Ziva sambil menunjuk pedagang boneka itu

Setidaknya Ziva ingin memberikan itu untuk sang ayah.

"Pasti suka dong, ayoo kita belii!!" Ucap Galang

Ziva berlari lebih dulu, ketiga nya masih berada di area taman. Galang dan Aluna juga mengawasi Ziva dari belakang.

"Ziva pasti kangen mama nya ya, aku juga kangen bunda."

Galang menghentikan langkah nya, lalu ia menghadap ke Aluna. Hal yang di rasakan Aluna sama dengan Ziva.

"Nanti kita ke makam bunda ya? Ada aku disini." Ucap Galang

Aluna mengangguk, ia tersenyum. Lalu meraka melanjutkan langkah nya mendekati Ziva yang sudah mengayunkan tangan nya.

🦋🦋🦋🦋

"Papaaa Ziva sudah pulang, papaa Ziva bawa boneka untuk papa!!" Ucap Ziva anak itu berlari dengan semangat ke dalam kamar sang ayah.

Melihat hal itu Gilang langsung menutup laptop nya dan meletakan nya, ia tersenyum melihat Ziva.

"Ini untuk papa, Ziva beli tadi bersama ante unaa dan om Galang." Ucap Ziva sambil menyodorkan boneka itu

Gilang juga memindahkan Ziva agar berada di pangkuan nya. Ia menerima pemberian dari anak nya itu.

"Papa sukaa??"

"Suka sayang, papa suka boneka nya. Terima kasih ya."

Gilang mencium kedua pipi anak nya, anak nya sangat pintar. Ia merasa tidak sia - sia merawat Ziva.

namun ia juga merasa sedikit bersalah kepada anak nya itu karna masih belum bisa membagi waktu dengan anak nya.

"Papaa, papaa tidak boleh nangis ya papa. Kalo papa capek papa ada Ziva, Ziva sayang sekali sama papa." Ucap Ziva

Gilang tersenyum, "papa lebih sayang kamu, putri kecil papa."

Ziva bercerita cerita kepada Gilang, bagaimana ia bermain tadi bersama Galang dan Aluna.

Gilang mendengar dengan baik, jika nanti Ziva sudah dewasa ia juga akan tetap terus merawat Ziva dengan kasih sayang yang besar.

Seperti cinta nya kepada mendiang sang istri, ia akan memberikan kasih sayang dan cinta nya kepada anaknya.

Cinta seorang ayah kepada sang anak, semua nya itulah hanya untuk Ziva. Gadis kecil yang selalu berada bersama nya.

Dan juga bayangan Shanaya yang ikut berada di sisi mereka, juga ikut mendengarkan cerita anak nya dan tersenyum simpul.



__________

JANGAN LUPA VOTE NYAA!!!

huhuu maaf bgtt lama ga up, sebelumnya akuu jg mauu ucapin ke kaliannn yg udaa mauu trss bacaa ceritaa akuuu heheh❣️❣️

niat nya cerita ini mau aku jdiin au, kira kiraa padaa setujuuu gaa??🤔🤔🤔 nntii klo sempet dan udaa jd akuu up di tiktok

have a nice day all❣️❣️❣️

REAL LOVEWhere stories live. Discover now