Awal Baru

74 8 33
                                    

▼・ᴥ・▼

|
|
|
~~~~~
|

|






"Nggak bisa! Evan nggak bisa tinggal di sana. " kukuh lelaki itu dengan wajah penuh protes kepada ibunya.

"Kenapa nggak mau? kamu tinggal pilih tipe rumah yang kamu sama istri kamu suka. Lebih mudah ngurus data-datanya juga. " tanya Clara heran. Pasalnya Evan terlihat sangat enggan saat ditawari untuk tinggal di salah satu komplek perumahan mewah di RSE 'Royal Sanjaya Estate' yang merupakan salah satu perumahan elit milik keluarganya.

Alasan sebenarnya Evan sangat keberatan karena ia tahu betul rumah yang dimaksud mamanya pasti tak jauh-jauh letaknya dari rumah yang ditinggali oleh Nathan.

"Tujuan mama nyuruh Evan pindah biar Evan bisa hidup mandiri, betul? " tanya Evan yang langsung diangguki mantap oleh Clara. "Iya dong, emang buat apa lagi? " Jawab ibu tiga anak itu santai, namun tak bisa menyembunyikan raut paniknya.

"Sama saja bohong kalau Evan tinggal di perumahan milik keluarga kita. " lanjutnya lagi. Mencoba memberi alasan yang masuk akal.

"Kan nanti kamu cicil rumah itu pake uang kamu sendiri. " Clara merasa putranya ini hanya mencari-cari alasan. Ia tahu Evan menolak karena enggan tinggal berdekatan dengan Nathan. Evan tak mau Lila memiliki seseorang yang dekat atau mengenal gadis itu karena ia ingin menindasnya tanpa gangguan dari siapapun.

Sangat licik

Evan mendesis kesal karena menurutnya urusan pindah rumah ini sangat merepotkan.

Pandangannya tiba-tiba beralih menatap Lila yang sedari tadi hanya duduk diam seperti patung. menyimak perdebatan nya dengan Clara.

"Eh, dongo! bantuin gue dong. Diem bae kayak kambing conge. Ini buat tempat tinggal lo juga nantinya. KENAPA CUMA GUE YANG PUSING?! " bentaknya marah.

Lila mengedikkan bahunya,tak tahu harus bersikap bagaimana. Gadis itu berdiri mendekati suaminya yang terlihat lelah karena sedari tadi hanya marah-marah. Menarik tangan besar Evan dan mengarahkannya  untuk duduk, lantas memberikan minuman miliknya yang belum sempat ia sentuh itu kehadapan sang suami.

"Ayo van, tarik nafassss, terus hembusin pelan-pelan... lewat mulut. Ayo kamu pasti bisa! Semangat... "

Tak lupa Lila menepuk-nepuk punggung Evan sebelum dirinya masuk ke dalam rumah.
Evan melongo melihat kepergian Lila yang terlihat tidak memperdulikan perkataannya sama sekali. Apa maksudnya semua ini?
Ia disadarkan oleh suara kikikan Clara yang menatapnya geli.

"Kenapa mantu sialan mama kurang ajar sama Evan? " tanya Evan sengit.

"Hahaha, HEH! Kamu yang sinting. Kamu pikir Lila bisa bantu apa soal perpindahan rumah hah? bantu uang? dia nggak pegang uang sama sekali kalo kamu lupa. Bantu milih tempat? bahkan dia nggak tau bentuk jalanan depan rumah ini kayak apa, gimana dia ngerti sama tempat-tempat yang dari tadi kamu sebutin? hobi banget marah-marah tanpa sebab, heran mama bisa punya anak kayak kamu. " cerocos Clara sebal.

Clara melenggang masuk kedalam rumah meninggalkan Evan yang kesal setengah mati. Namun tak lama setelah itu, kepala Clara kembali muncul tepat di samping kepalanya membuat Evan hampir terjungkal kebelakang sangking terkejutnya.

"Coba deh searching tadi yang di lakuin Lila ke kamu. Kayaknya itu tadi treat spesial deh. " bisik Clara kemudian benar-benar berlari masuk kedalam rumah sambil tertawa cekikikan.

Evan terburu-buru mengutak atik ponselnya dan seketika rahangnya mengeras melihat apa yang muncul di layar benda pipih persegi panjang itu.

"Mati lo Lila. " desisnya marah sembari menatap layar ponselnya sekali lagi. Meski hasil pencariannya itu belum tentu akurat, namun tetap saja Evan merasa marah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tempest of Love (REVISI DULU GUYS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang