Penyatuan Darah

118 10 9
                                    

🍁sebuah ketulusan pasti akan terlihat seiring berjalannya waktu...


"Halo Evan? Mama mau minta tolong sama kamu. Ini urgent! "

Tidak ada balasan dari sana, membuat Clara mengernyit.

"Van, kamu denger mama kan? halo van? "

Terdengar suara grusa-grusu dari sambungan telepon, membuat Clara semakin bingung.

"Ini beneran mama Clara? Kok tumben telpon Evan pas jam kerja gini. Biasanya nggak pernah. Aku kira bukan mama tadi. " heran Evan.

"Bukan, ini mama Carli! buruan ke rumah sakit, ini penting banget Evannnnn! " ujar Clara membuat Evan panik seketika.

"Mama sakit? Kok baru ngabarin Evan sekarang sih ma... "

"BUKAN mama yang SAKIT van... emang kamu gak bisa denger suara mama udah kayak orang lagi demo gini?! " jawab Clara mencoba bersabar.

"Terus siapa? si adek ya ma? " tanya Evan lagi, terdengar cemas.

"Huhhh! Bukan juga! Ke sini sekarang atau... " Clara menggantungkan ucapannya.

"MAMA HAPUS NAMA KAMU DARI DAFTAR PENERIMA WARISAN! " pekik Clara keras seperti sedang memaki ponselnya membuat beberapa orang menoleh heran padanya.

"Oke! Evan otw. "

Tut.

"Giliran warisan aja cepet. " nyinyir Clara masih belum menyadari tatapan heran orang-orang yang ada disekelilingnya.


🌹🌹🌹

Clara sedang mondar mandir tidak jelas sekarang. Ia baru saja mendapatkan kabar bahwa kondisi Lila sangat drop. Hal itu membuatnya cemas dan sangat takut.

"Si Evan lama bener dah, " Ujarnya sembari menggigiti kuku-kuku jarinya.

Clara memutuskan menunggu Evan di depan ruangan tempat Lila di rawat. Agar ia bisa sekaligus memantau keadaan gadis itu.

"Kamu kuat sayang... tahan sebentar ya... " sekarang Clara menempelkan wajahnya pada kaca jendela agar bisa melihat gadis itu dengan jelas.

"MAMA! "

"Na'udzubillah, Astaghfirullah! Anak babi! Ngagetin aja. " umpat Clara reflek.

"Aw! Mama kasar ih Evan nggak suka" Evan pura-pura merajuk membuat Clara ingin muntah saja.

"Halah biasanya juga gimana. Alay bin lebay bin jablay kamu van. "

Evan memang bertingkah absurd jika sedang bersama orang-orang tersayang nya. Seperti sekarang ini. Ia akan selalu mencair jika sudah berhadapan dengan mama, adik, sepupu-pepupunya, dan tentunya pada seorang Chasandra Adrilova sang kekasih.

Tentu semua orang akan bersikap hangat kepada orang yang disayang bukan?

"Ngomong-ngomong, ngapain mama nyuruh Evan kesini? Ada yang sakit? Siapa? Terus gimana keadaannya?kenapa bukan si Nathan aja yang ngurusin?kan dia yang dokter, kenapa malah Evan? " tanya Evan bertubi membuat Clara ingin mencakar wajah tampan itu sekarang.

Tempest of Love (REVISI DULU GUYS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang