Pertemuan

140 11 1
                                    

▼・ᴥ・▼
|
|
~~~~~
|

|




"ANGELLL....EMELLL.... " terdengar suara berat memanggil kedua bocah mungil itu. Lantas hal itu membuat Lila terkejut dan refleks berdiri. Dengan gerakan cepat, ia berusa menutup wajahnya kembali dengan syal andalannya. Yang sebelumnya sudah berjasa untuk menolong Angel dan Emel. Untung saja tadi ia sempat melepaskan kaitan syalnya pada kayu yang digunakannya menarik Angel dan Emel keluar dari jurang.

Sekarang, yang terlihat hanyalah mata gadis itu. Entahlah, mungkin karena terbiasa bersembunyi dari siapapun membuatnya takut dan panik saat bertemu dengan orang asing.

Ketakutanp akan anak buah Ratna yang tidak sedikit jumlahnya itu selalu menghantuinya. Jika sampai ia ketahuan, Lila tidak yakin apakah masih akan dibiarkan tetap hidup lagi.

Mata Lila sempat melirik kearah samping taman dan tampak sosok pemuda sedang berlari menuju ke arahnya. Mobil pemuda itu bahkan masih menyala karena sang pemilik buru-buru meninggalkannya.

Lila bingung harus berbuat apa. Jika ingin menuruti kata hatinya, sebenarnya ia ingin lari dan pergi dari sana secepat mungkin. Tapi akal sehat yang masih berjalan melarangnya melakukan hal itu. Alhasil ia hanya berdiri mematung dengan tangan yang sibuk memegangi ujung syal yang menutupi sebagian wajah cantiknya.

Pemuda yang kemungkinan adalah orang yang dipanggil 'abang' oleh anak kembar yang barusan ditolongnya itu mungkin akan salah mengira dirinya memiliki niat buruk. Bisa-bisa Lila dianggap penculik atau sebagainya.

Meski agak gemetar, Lila akan berusaha menghadapinya. Lagipula Angel dan Emel tahu betul ia bukan penjahat melainkan hanya gadis biasa yang ingin menolong anak kecil yang tanpa sengaja ditelantarkan.

Lila menunduk dalam saat merasa pemuda itu kini telah berdiri tepat di hadapannya.

"Angel, Emel! Kalian kemana aja sih? Mau liat abang digorok sama mama kalau sampai kalian kenapa-kenapa?! Bandel banget gak bisa diem. "

Bukannya bersyukur bisa menemukan adik-adiknya, pemuda itu malah memarahi Angel dan Emel. Padahal dua bocah imut itu sempat berada dalam bahaya juga karena kelalaiannya.

Angel dan Emel terlihat saling menatap bingung melihat sang kakak yang tiba-tiba datang dan marah-marah.

Merasa tak mendapat respon, kini tatapan pemuda itu beralih pada Lila.

"Maaf mbak, tapi kenapa mbaknya bisa sama adik-adik saya? " Tanya Evan sedikit curiga. Matanya menatap sinis kearah gadis yang sedari tadi hanya menundukkan pandangannya itu.

"Saya nanya baik-baik ini loh mbak. Gimana ceritanya adik-adik saya bisa disini sama mbak? ehm...maksudnya di tempat seseram ini? Sama orang asing? " Ulangnya lagi dengan nada bicara yang lebih dingin dari sebelumnya.

"Bang Papan! Janan bwat kakak tantik tatut! " Sahut Emel dari bawah sambil menarik-narik celana bahan yang dikenakan kakanya. Matanya mengerjap polos melihat abangnya terlihat marah pada Lila padahal gadis itu yang menolongnya dan Angel tadi.

Mendengar suara sang adik, lantas membuat pemuda itu teringat akan keadaan kedua adiknya. Ia berjongkok menyetarakan badanya dengan Angel dan Emel. Memastikan adik-adiknya tidak terluka.

Mata pemuda itu terbelalak melihat salah satu pergelangan kaki Angel yang bengkak. "Ini kenapa bisa sampe bengkak begini?! " Tanyanya cemas.

"Ayo kita ke rumah sakit. "

"Ndak mau abang! Udah mau cembuh ini. " Tolak Angel.

"Nurut sama abang! Harus tetap dibawa ke rumah sakit. Nanti kalau ada yang patah gimana? Mau kamu nggak bisa jalan lagi? " Angel dan Emel hanya diam, tidak berani menjawab pertanyaan sang kakak.

Tempest of Love (REVISI DULU GUYS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang