▼・ᴥ・▼
|
|
|
~~~~~
|
•
|
•Siang ini Lila terlihat sibuk berkutat dengan peralatan dapur demi memasak beberapa menu makanan sehat untuk mbok Ning. Beberapa hari ini kesehatan mbok Ning sedikit memburuk membuat Lila merasa resah.
Gadis yang tengah memakai apron bunga-bunga itu memang mahir dalam banyak bidang, salah satunya memasak. Mbok Ning sendiri pernah mengatakan jika bukan karena Lila yang selalu perhatian dan mengurus makanannya selama ini, mungkin dirinya sudah lama tiada karena penyakitnya. Apalagi mengingat usianya kini.
Mbok Ning mengidap serangan jantung yang dulunya dipicu oleh hipertensi yang cukup parah.
Mbok Ning kadang merasa heran karena nona mudanya ternyata memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang kesehatan. Menurut mbok Ning, pengalaman yang dimiliki Lila sudah seperti seorang ahli gizi profesional saja.
Dengan senyum yang masih terpatri indah di bibirnya, Lila membawa nampan berisi makanan yang telah selesai ia buat ke kamar mbok Ning.
"Mbok makan dulu ya... Aku siapin menu spesial hari ini. " Seru Lila semangat lalu duduk di tepi ranjang setelah meletakkan nampan di atas nakas. Lila lalu membantu mbok Ning duduk dengan hati-hati tak lupa ia juga meletakkan bantal sebagai sandaran agar Mbok Ning bisa makan dengan nyaman.
Mbok Ning tersenyum dengan mata berembun. Jari-jari keriput itu mengelus lembut surai gadis yang sudah ia anggap seperti cucunya sendiri.
"Mbok, hari ini aku masak sup brokoli sama tuna. Ini bagus banget loh buat kesehatan jantung. Mbok harus makan yang banyak biar cepat pulih. Kan katanya mbok mau ketemu sama cucu mbok yang tinggal di Surabaya. Nanti cucu mbok sedih kalo ngeliat mbok sakit begini. " Ujar Lila sembari mulai menyuapkan nasi dengan potongan tuna yang sepertinya diterima dengan baik oleh lidah mbok Ning.
"Iya non, pasti mbok habiskan semua ini. Non Lila ndak usah khawatirkan mbok. Mbok janji bakal sehat lagi biar bisa temenin Non Lila terus. " Jawab mbok Ning tulus.
"Non, "
"Iya bi? "
"Nyonya Ratna sekeluarga sudah berangkat ya? " Tanya mbok Ning penasaran. Pasalnya kemarin ia sempat mendengar obrolan Sari dan Kamty perihal rencana Liburan keluarga majikan mereka.
Sebenarnya mbok Ning ingin memastikannya sendiri, namun keadaannya sekarang tidak memungkinkan.
"Udah mbok, tadi pagi-pagi buta berangkatnya. " Jawab Lila sekenanya.
Mbok Ning mengangguk terlihat tengah memikirkan sesuatu. "Ini kesempatan bagus buat Non Lila. Non bisa keluar diam-diam ke makam mama papa Non. "
Tangan Lila yang hendak menyuapkan suapan terakhir menggantung di udara. Ia menghela nafas disusul oleh raut cemberut yang malah terlihat menggemaskan. "Tadinya Lila juga mikir gitu mbok. Tapi masih ada mbak Sari sama budhe Kamty. Lila takut mereka tahu terus ngaduin Lila ke bibi Ratna. "
Mbok Ning terkekeh geli. "Ndak usah takut non, mereka berdua kalo ndak ada nyonya pasti semakin makan gaji buta. Udah sibuk senang-senang sendiri mereka Non. "
Lila terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Iya juga ya mbok. Dari pagi Lila belum liat mereka berdua. Emangnya pergi kemana mereka mbok? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest of Love (REVISI DULU GUYS)
Teen Fiction"Nikah sama anak tante, maka otomatis kamu bisa keluar selamanya dari rumah itu. " "Hah? Ni-nikah? Diusia ini? " "Tante juga bisa lindungi kamu dari keluarga itu. Gimana? " Evandro Leonard Sanjaya... "Lo nggak usah mimpi buat dapetin hati gue. Jiwa...