▼・ᴥ・▼
|
|
~~~~
|
•
|
•Lila memakai penutup kepala seperti biasanya, namun kali ini bukan syal kesayangannya lagi yang akan menjuntai indah saat ia berjalan, melainkan sehelai kain yang tampak sudah sangat lusuh.
Lila memakai kain itu sampai menutupi bagian bawah wajahnya menyisakan separuh wajahnya saja. Namun bukannya terlihat lusuh, Lila terlihat menawan dengan tonjolan tulang hidung mungil yang sempurna dipadukan dengan sepasang mata beriris sedikit kecoklatan.
Clara yang telah lama menunggu momen itu dengan segala rasa penasarannya langsung saja menarik kain penutup wajah gadis yang tengah membelakanginya itu.
Ratna terkejut sampai ia berdiri dari duduknya. Ratunya sangat menunjukkan betapa paniknya dia sekarang.
"Boleh saya lihat wajah kamu? " Izin Clara. Kedua tangannya memegang bahu Lila untuk menuntun tubuh gadis itu agar mau berbalik menghadap padanya.
Clara menutup mulutnya agar tidak terisak. Perasaan dejavu saat berhasil menatap paras ayu dihadapannya membuat dadanya diserang sesak yang hebat. Mata yang mati-matian ia tahan agar tidak menumpahkan cairan mulai memerah.
Clara merasa bersalah melihat begitu banyak luka lebam di wajah Lila. Dari tatap sendu yang dipancarkan oleh mata lelahnya, Clara bersumpah selama ini tidak pernah ada kebahagiaan dalam binar mata itu.
Mengapa bisa separah ini? Bahkan banyak luka yang masih basah di bagian tangan dan kaki. Betapa menderita gadis itu menahan semua siksaan.
Jika tidak ingat dengan tujuan awalnya, mungkin sekarang Clara sudah mendekap remaja cantik yang berhasil mengingatkannya kepada sosok di masa lalu. Berharap bisa membagi lara yang mungkin sejak lama telah dirasa.
Kenapa dia mirip banget sama kamu, Sya... Apa ini maksud permintaan terakhir kamu...
Aku udah gagal Sya... Maafin aku..
Clara hanya diam menatap lurus pada setiap inci wajah Lila. Sedang yang ditatap merasa bingung harus berbuat apa. Sebenarnya ia ingin pergi karena sang bibi sudah melayangkan tatapan maut padanya. Mungkin karena kain penutup di wajahnya sudah raib entah kemana.
Namun Lila juga tak bisa berbuat apapun karena tangannya sekarang tengah digenggam erat oleh Clara.
Lila bisa saja menyentaknya, namun itu juga terlihat sangat tidak sopan dan pasti Ratna akan mengamuk padanya setelah itu. Tapi jika ia diam saja, dia juga takut karena sekarang Ratna tengah menatapnya tajam seakan ingin menelannya hidup-hidup.
Dalam kecanggungan itu, suara Ratna menginterupsi memecah suasana yang tadinya sangat hening.
"Dia hanya seorang pelayan nyonya, maaf kalau penampilannya aneh dan mengganggu kenyamanan nyonya. Saya sudah sering memberitahunya untuk membuka penutup wajahnya yang sudah usang itu, tapi dia selalu menolak. Mungkin dia malu dengan wajahnya, " Ujar Ratna disertai dengan kakehan di akhir kalimatnya.
Lila ingin menjerit, namun semua kalimat protesnya hanya terucap dalam hati. Karena kenyataannya adalah bibinya sendiri yang selalu menyuruhnya memakai penutup wajah agar luka-luka di seluruh wajahnya tidak menimbulkan pertanyaan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest of Love (REVISI DULU GUYS)
Teen Fiction"Nikah sama anak tante, maka otomatis kamu bisa keluar selamanya dari rumah itu. " "Hah? Ni-nikah? Diusia ini? " "Tante juga bisa lindungi kamu dari keluarga itu. Gimana? " Evandro Leonard Sanjaya... "Lo nggak usah mimpi buat dapetin hati gue. Jiwa...