Lila merasa bosan hanya duduk diam saja di kamarnya. Ia juga tidak melihat Evan lagi sejak pria itu keluar dari kamar.
Disaat Lila bingung dirinya harus melakukan apa, matanya tak sengaja melihat bungkusan sampah yang tadi di masukkannya kedalam kantong sampah berwarna hitam.
"Daripada duduk gak jelas di sini mending aku turun aja sekalian buang sampah " monolognya.
Lila menuruni satu per satu anak tangga dengan hati-hati. Pasalnya ia tidak terlalu terbiasa dengan tangga di rumah Evan yang jauh lebih besar dan mewah daripada tangga di rumah bibinya. Ia takut dirinya salah melangkah dan malah berakhir jatuh mempermalukan diri sendiri.
Saat tiba di anak tangga terakhir, Lila tertegun melihat sebuah kamar yang ada di dekat dapur sedikit terbuka pintunya. Siapa lagi kira-kira yang sudah bangun selain dirinya dan Evan.
"Kalo di rumah bibi kamar kayak gitu pasti buat pembantu. "
Lila pun berjalan ke arah kamar itu karena ingin bertanya kepada salah satu pekerja. Barangkali ada pekerjaan yang bisa ia bantu.
Dengan semangat ia bergegas masih dengan menenteng kantong sampah di tangannya.
Namun saat sudah berada tepat di depan pintu, Lila urung melangkah masuk kedalam.
Ia bergeming, terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang. Sosok pria kejam yang selama ini selalu membenci dan melontarkan kata-kata kasar pada dirinya, kini tengah bersimpuh di atas sajadah dengan setelan sarung dan kemeja panjang lengkap dengan peci yang terpasang rapi di kepalanya.
Evan si pria kejam dan tak punya hati itu sedang khusyuk berdoa sampai tidak menyadari kehadiran Lila di depan pintu. Cukup lama ia memandang suaminya dari kejauhan hingga akhirnya gadis itu sadar Evan tidak akan senang tahu Lila tengah mengintipnya.
Takut Evan keburu menyadari keberadaannya, Lila memutar arah berjalan menuju dapur. Namun sangking gugupnya dia malah tidak menyadari ada orang lain juga sedang berjalan di depannya dan berakhir Lila menabrak orang itu sampai keduanya limbung terjatuh.
Dilihatnya siapa orang yang dia tabrak. "Mama Clara! " Lila segera bangkit dan membantu Clara berdiri.
"Mama gapapa? maafin Lila ya ma, Lila jalan ga liat-liat " tanya gadis itu cemas.
"It's okey sayang, mama gapapa, tapi kenapa kamu jalan kayak habis ketemu setan sih? ada apa? " Clara mengelus bahu Lila sembari melihat ke arah belakang tubuh Lila.
"E-hh nggak kok ma, Lila cuma buru-buru buang sampah ini soalnya berat banget " kilahnya.
"Pagi mam, " tiba-tiba Evan muncul mengejutkan Lila, membuat ia hampir reflek melemparkan kantong sampahnya ke muka Clara.
"Pagi juga sayang. Eh, kamu dari kamar bawah? pasti abis begadang main game lagi ya, "
"Hem, iya mam abisnya di kamar Evan sekarang ga nyaman udah ada pengganggu! " balasnya melirik tajam kepada Lila.
"Evannnnn, nggak bol— "
"Evan ke atas dulu, takut telat ke kantor. " potong Evan lalu melenggang begitu saja ke kamarnya.
Clara menatap menantunya melas. "Maaf ya sayang... "
Lila tersenyum sendu, "Nggak papa kok ma, Lila udah mulai terbiasa juga "
"Yaudah mending sekarang kita masak aja keburu nanti kesiangan. Kamu bisa masak? "
"Hehe, bisa sedikit ma " ujar Lila merendah, padahal ia sangat lah ahli dalam hal itu. Nyatanya hampir semua jenis makanan bisa dibuatnya dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest of Love (REVISI DULU GUYS)
Fiksi Remaja"Nikah sama anak tante, maka otomatis kamu bisa keluar selamanya dari rumah itu. " "Hah? Ni-nikah? Diusia ini? " "Tante juga bisa lindungi kamu dari keluarga itu. Gimana? " Evandro Leonard Sanjaya... "Lo nggak usah mimpi buat dapetin hati gue. Jiwa...