Ancaman Clara

88 9 6
                                    


Hari ini adalah minggu kedua Lila dirawat di rumah sakit. Dan selama itu pula Evan sama sekali tidak menjengukknya setelah yang terakhir kali. Itupun karena paksaan dari Clara.

Justru Nathan lah yang selalu ada untuknya. Pemuda itu benar-benar menepati janjinya kepada Clara untuk merawat Lila sampai sembuh total.

Terkadang jika ada waktu luang, Nathan menyempatkan diri menemani Lila untuk sekedar berjalan-jalan di taman rumah sakit. Hal itu membuat Clara merasa lega karena setidaknya ada yang menemani Lila dan gadis itu tidak merasa kesepian.

Clara menatap nanar dari balik jendela kaca ruangan Lila. Di sana, ia melihat Nathan dengan sabarnya menyuapi gadis itu makan siangnya. Sesekali Lila terlihat menolak dan Nathan terus membujuknya sampai makanan itu habis. Lila terlihat kesal dan Nathan tertawa puas membuat gadis itu semakin merajuk.

Tadinya Clara pikir dirinyalah yang akan menemani Lila hari ini sepulang dari kantor. Tapi sepertinya kehadirannya sudah tidak terlalu dibutuhkan lagi. Wanita paruh baya itu mengulas senyum masam. Rasa penyesalan itu kembali menyergap nya. Andai saja belum terlambat, rasanya ia ingin menjodohkan Lila dengan Nathan saja.

Clara tidak bodoh untuk bisa melihat interaksi keduanya yang tak biasa.

Namun lagi-lagi kenyataan kembali menamparnya. Kenyataan bahwa Lila sekarang berstatus sebagai istri Evan, putranya.

Clara sadar, penyesalannya tidak bisa mengubah apapun. Tapi dia berharap dirinya masih bisa menyelamatkan masa depan Lila dan Evan. Ia akan berusaha dan melakukan yang terbaik demi orang-orang yang disayanginya.





🌹🌹🌹



"Van! "

"Iya mam? " Evan yang tadinya ingin pergi ke kamarnya, kembali berbalik untuk menghampiri sang mama.

Terlihat Clara yang ternyata sudah berdiri bersedakap di dekat dinding tempat foto keluarganya tergantung, sembari menatapnya dengan lekat.

"Dari mana aja kamu? " Clara menatap Evan dari ujung kepala sampai ujung kakinya membuat lelaki merasa kikuk.

"Itu ma, Evan abis dari kantor baru selesai nguru— "

"Ngurusin selingkuhan kamu lebih tepatnya. " Evan mendongak menatap wajah Clara. Ia tidak suka dengan cara Clara menyebut nama Sandra.

"Apa? Kenapa ngelihatin mama gitu? Emang bener kan? Apa namanya kalo bukan selingkuhan? Jelas-jelas disini statusnya kamu udah punya is—"

"CUKUP MAM! " Evan tak sadar telah mengeraskan suaranya di hadapan Clara dan hal itu membuat wanita paruh baya itu tersentak.

Buliran bening di pelupuk mata Clara tak dapat ia tahan lagi. Luruh sudah perasaannya dan hatinya. Kenapa putra yang amat sangat menyayanginya itu bisa bersikap seperti ini padanya? Bahkan Evan begini hanya karena seorang perempuan seperti Sandra.

"Kamu bentak mama van? " Ucap Clara disela isakannya.

Evan meraup wajahnya kasar. Lagi-lagi ia merasa menjadi anak yang tidak berguna. Lagi-lagi ia menyakiti mamanya. Lagi-lagi ia membuat kesalahan yang sama.

"Maafin Evan mam, Evan nggak bermaksud bentak mama... Evan cuma nggak mau mama selalu nyalahin Sandra,ma. Sandra sakit, ma. Mama tau kalau dia nggak punya siapa-sipa di sini. Cuma Evan yang bisa bantu dia. Evan nggak setega itu buat nggak perdu—"

Tempest of Love (REVISI DULU GUYS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang