▼・ᴥ・▼
|
|
|
~~~~~
|
•
|
•Lila sedari tadi hanya berdiam diri dikamar. Ia baru saja selesai mandi dan lagi-lagi merasa tidak nyaman karena hari-harinya hanya diisi oleh rebahan. Kali ini ia benar-benar diperlakukan seperti tuan putri. Setiap jam para pelayan akan berdatangan silih berganti mengantarkan semua keperluanya.
Mama mertuanya tidak mengizinkannya keluar dari kamar barang satu jengkal saja. Clara bilang Lila harus beristirahat total karena luka-luka ditubuhnya harus segera pulih. Sempat ada perdebatan kecil karena Lila tidak mau menuruti Clara. Tapi ibu dari tiga anak itu memiliki seribu satu ancaman yang akhirnya berhasil membuat Lila patuh. Salah satunya adalah Clara mengancam akan membawanya ke rumah sakit untuk dirawat inap selama beberapa hari jika ia tidak mau menurut.
Sebenarnya Lila tahu Clara mungkin sedikit takut melihatnya terluka kembali. Karena teringat kejadian beberapa bulan yang lalu saat Clara menolongnya dari maut dan menyaksikan langsung keadaan tubuhnya yang mengenaskan. Dengan berat akhirnya Lila menurut saja dan berdiam diri di kamarnya seharian.
Gadis dengan piama satin berwarna merah itu hanya sibuk melamun di balik jendela besar kamarnya. Ia sendirian di sana karena Evan turun dengan tergesa-gesa setelah mengobati punggungnya tadi. Dan suaminya itu belum kembali juga padahal jam sudah hampir menunjukkan pukul 02.00 dini hari.
Perkataan Evan yang menganggap dirinya gadis murahan yang gila harta membuat pikirannya semakin terusik. Terjebak dalam keadaan seperti sekarang pun sama sekali bukan keinginannya. Lila menghela nafas panjang menerka-nerka bagaimana takdir akan membawanya setelah ini. Tidak mungkin jika ia harus terjebak dalam pernikahan ini selamanya, dan juga ia sangat yakin Evan tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.Lila mendengar samar derap langkah menuju ke arahnya "Minggir lo! "
Lila tersentak mendongakkan kepalanya menatap Evan dari ujung kepala sampai ujung kaki lelaki itu. Pria itu terlihat berantakan dengan ujung kemeja yang keluar dari celana bahan yang dikenakannya, juga dasi yang menggantung tak beraturan. Jas yang dikenakannya tadi juga sudah terjatuh di lantai. Evan memejamkan matanya seraya memegangi kepalanya kuat seperti tengah menahan sakit.Apa mungkin Evan mabuk? Dulu Lila sering melihat pamannya pulang dari bar dalam keadaan seperti ini. Tapi Lila tak mencium bau aneh seperti bau yang ia cium dari tubuh pamannya yang pasti sudah tercium dari jarak jauh sekalipun.
Lila berdiri mendekat ke arah Evan mencoba mengendus bau dari tubuh kekar suaminya, memastikan pria itu baik-baik saja. Tidak ada bau apapun. Hanya aroma parfum mahal Evan yang tercium samar. Saat Lila hendak menjauhkan wajahnya, dengan sigap Evan menahan kepala gadis itu membuat jantung Lila seperti berhenti berdetak. Bahkan ia tidak berani hanya sekedar untuk menarik nafas.Evan memang sedang mabuk, tapi ia masih sadar dan mengenali gadis dihadapannya. Namun entah kenapa gaun tidur yang dikenakan oleh Lila membuatnya tidak bisa menahan diri. Sial! Kenapa gadis munafik ini terlihat sangat, arghhh! Evan tak bisa mengendalikan dirinya. Hati dan pikirannya tidak sejalan. Tatapannya yang polos itu semakin membuat Evan hilang akal. Ia menarik pergelangan tangan Lila kasar, dan menghempaskan tubuh kecil itu ke ranjang king size nya.
Lila gemetar ketakutan mengingat kembali memori mengerikan yang pernah ia alami sebelumnya. Jika bersama Anton dirinya bisa melawan, lain jika ini Evan. Lila terlalu lemah jika harus berhadapan dengan Evan. Aura yang dikeluarkan lelaki itu sangatlah menakutkan.
Evan berjalan mendekati ranjang setelah melepas dan membuang asal dasinya. Lila yang ketakutan berusaha menjauh hendak turun dari ranjang namun Evan berhasil menarik kakinya berakhir Lila terlentang dalam kurungan Evan."Van... K-kamu mau ngapain? " tanya Lila bergetar. Evan menaikkan sudut bibirnya. "Menurut lo? " jawabnya serak.
Evan menatap lekat paras menawan dibawahnya. Lila merasa wajahnya memanas. Ia sangat malu berasa di posisi seperti ini. Gadis itu memalingkan wajahnya ke samping untuk menetralisir rasa gugupnya. Namun Evan mencengkram rahangnya agar kembali menatap lelaki itu. Evan berdecih "Kenapa? Lo takut? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempest of Love (REVISI DULU GUYS)
Teen Fiction"Nikah sama anak tante, maka otomatis kamu bisa keluar selamanya dari rumah itu. " "Hah? Ni-nikah? Diusia ini? " "Tante juga bisa lindungi kamu dari keluarga itu. Gimana? " Evandro Leonard Sanjaya... "Lo nggak usah mimpi buat dapetin hati gue. Jiwa...