Pagi Suram Setiap Hari

698 17 0
                                    

▼・ᴥ・▼
|
|
|
~~~~~
|

|




"LILAAAA! Dimana kamu dasar anak sialan! mana makanan buat saya?! " Seorang wanita paruh baya berteriak kasar sembari membawa sebuah penggaris besi, bersiap memukuli tubuh gadis muda yang tengah meringkuk ketakutan di sudut dapur.

"Dimana dia? Dimana anak buangan itu sekarang?! " Tanya wanita itu kepada mbok Ning, salah satu pelayan senior di rumahnya. Namun yang ditanya menolak memberitahu membuat wanita itu semakin geram. "Ss-saya nggak tahu nyonya, " Jawab mbok Ning sedikit gugup.

"Lila... Sengaja kamu mau ngehindar dari saya? kamu pikir saya bodoh? Ingat Lila, kamu bukan siapa-siapa di rumah ini. Dalam darah kamu mengalir darah seorang penghianat rendahan. Bagus, teruslah sembunyi dan saya akan sakiti pelayan tua kesayangan kamu ini" Ancamnya lantas berjalan ke arah mbok Ning yang tengah berdiri dengan kaki yang mulai bergetar.

Gadis malang itu membelalak ketakutan mendengar ancaman sang bibi. Tentu Lila tak mau membiarkan hal buruk terjadi kepada mbok Ning yang sudah ia anggap seperti neneknya sendiri.

Mbok Ning adalah satu-satunya orang di rumah ini yang memperlakukan dirinya seperti manusia.

Dengan menguatkan pijakan pada kaki kurusnya, Lila mencoba sekuat tenaga untuk berdiri. Ia berjalan tertatih menghampiri sang bibi yang terlihat sudah hampir melayangkan penggaris besi ditangannya ke punggung wanita tua yang sangat disayanginya itu.

"Bibi! Jangan sakiti mbok Ning bi, aku disisi. Aku sama sekali nggak berniat buat sembunyi... " Cegahnya sembari berusaha melangkah mendekati mbok Ning.

Mendengar panggilan yang Lila lontarkan membuat Ratna semakin merasa berang. Wanita paruh baya itu menatap tajam pada keponakan yang sama sekali tidak akan ia akui itu.

"Stop! Jangan pernah panggil saya dengan mulut kamu yang hina itu, siapa yang mengizinkan kamu manggil saya seperti itu hah?! Harus berapa kali saya bilang kalo saya bukan bibi kamu! Anak buangan seperti kamu nggak akan pernah pantas menjadi bagian dari keluarga ini! "

Lila terdiam menahan isakan yang memaksa keluar membuat dadanya terasa sesak. Sebisa mungkin tak ia biarkan satu tetes pun air matanya terjun membasahi pipi tirus dengan lebam kemerahan itu.

Tidak! Dia adalah gadis yang kuat, masih terlalu dini untuk menangis sekarang.

Tak lama setelah itu, terlihat seorang gadis muda yang usianya terpaut satu tahun lebih tua dari Lila turun dari tangga dengan masih mengenakan piyama.

Gadis itu terlihat tengah mencari-cari keberadaan seseorang dan sesekali menguap. Ia tersenyum sinis melihat orang yang dicarinya ternyata sedang menunduk ketakutan berhadapan dengan ibunya . Anara lekas mendekat ingin melihat pertunjukan seru yang dibuat Ratna di pagi hari.

"Huahh... Lilaaa! kenapa lo belum nyiapin sepatu yang mau gue pake hari ini sih?! Gue bisa telat tahu! Nggak becus banget jadi babu. " Seperti biasa, tiada pagi tanpa mengumpati Lila bagi Anara. Putri semata wayang pasangan Ratna dan Anton itu memiliki tabiat buruk mewarisi sifat ibunya dengan sempurna.

Anara adalah sepupu sekaligus orang yang membuat Lila menjalani kehidupan seperti di neraka. Mulut manis yang selalu digunakan untuk mencari-cari kesalahannya itu adalah sumber utama dari penyiksaan yang ia dapatkan setiap hari.

"Mami... lihat tuh, si Lila pasti sengaja nggak nyiapin sepatu buat Nara biar nanti telat ke sekolah. Nanti kalo Nara dihukum berdiri di lapangan bisa-bisa badan Nara gosong kek punyanya dia. " Rengeknya manja sembari menggoyang-goyangkan lengan ibunya.

Ratna yang masih terbawa emosi tidak menggubris perkataan putri kesayangannya itu. Biasanya jika Nara merengek sedikit saja, ia akan langsung memberi pelajaran kepada Lila. Namun kali ini ia memilih abai karena ingin mempertahankan tatapan mengintimidasi nya terhadap anak dari saudara tiri suaminya itu.

Tempest of Love (REVISI DULU GUYS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang