BAB 11: THREE EMPTY SEATS [PART 2]

125 15 4
                                    

Aron, salah satu murid 10-1 yang mengalami kebingungan ketika Bu Aiga mengumumkan ada tiga murid kelasnya yang keluar dari sekolah. Mungkin Aron bisa memaklumi jika Julia keluar dari sekolah karena sudah terpampang jelas alasannya. Namun, dia tidak menemukan jawaban dari alasan Frazier dan Hadi keluar dari sekolah, terlebih lagi dengan alasan pribadi. Alasan pribadi seperti apa yang dimaksud oleh Bu Aiga? Padahal sebelumnya Frazier dan Hadi tidak terlihat memiliki masalah pribadi hingga harus keluar dari sekolah. Kemarin saja Frazier dan Hadi masih hadir, bahkan menyaksikan drama pencurian kalung.

Rasa penasaran yang menggelayuti membawa Aron langsung pergi ke apartemen Frazier dan Hadi yang kebetulan saling berdekatan. Aron berpikir bahwa Frazier dan Hadi pasti butuh waktu untuk merapikan barang-barang mereka sebelum meninggalkan Imperium School, jadi masih ada kesempatan untuknya menemui mereka berdua. Dan perhitungannya tepat sasaran ketika ia berhasil bertemu dengan Frazier dan Hadi di lorong lantai empat apartemen. Keadaan lorong sepi lantaran kebanyakan murid Imperium School tidak langsung pulang ke kamar apartemen setelah pulang sekolah.

"Fraz! Hadi!" teriak Aron setelah keluar dari lift dan melihat Frazier dan Hadi menyeret koper mereka menuju lift yang terdapat di ujung kanan. Ia berlari sekuat tenaga menghampiri kedua teman kelasnya itu.

Teriakan Aron menghentikan langkah Frazier dan Hadi. Pintu lift yang sudah terbuka diabaikan, mereka lebih memilih menunggu kedatangan Aron.

"Kenapa?" tanya Hadi ketus, menatap tidak senang Aron yang sedang mengatur napas lantaran berlari dari sekolah ke apartemen.

"Gue... gue... kenapa...." Aron menelan ludah, masih belum bisa mengatur pernapasannya. "Kenapa kalian keluar dari sekolah? Kata Bu Aiga karena alasan pribadi. Tapi gue... gue nggak ngerti alasan pribadi apa? Maksud gue... sebelumnya kalian baik-baik aja, keliatan nggak ada masalah. Apa penilaian gue salah?" Sebenarnya Aron merasa sungkan mengutarakan isi hatinya, takut menyinggung, tetapi rasa penasaran mendesaknya.

Kedua orang yang ditanya menjadikan bungkam sebagai jawaban. Keduanya kompak memalingkan wajah dengan ekspresi mengeras menahan kesal. Respons tersebut membuat Aron semakin penasaran.

"Fraz, Hadi, kenapa kalian cuma diem? Sebenarnya kenapa kalian keluar dari sekolah?" tanya Aron lagi.

Frazier dan Hadi masih konsisten menjadikan bungkam sebagai jawaban.

"Woy, kenapa kalian cuma diem? Atau... ini ada hubungannya sama Khail? Harusnya malem ini kalian tanding boxing, tapi kalian malah...." Aron tak melanjutkan perkataannya dan memilih memandang Frazier dan Hadi silih berganti.

Teori menduga-duga Aron mendapat respons kesal dari Hadi. "Tebakan lo benar! Kita berdua keluar dari sekolah bukan karena alasan pribadi, tapi karena Khail!"

"Jadi beneran gara-gara Khail?" Aron tidak menyangka dugaannya benar.

Hadi mengepalkan kedua tangan, wajahnya mengeras, dan terdengar suara gertakan dari giginya. "Khail benar-benar iblis. Nggak ada yang bisa menang lawan Khail. Siapa pun!"

"Hadi, lo nggak usah ngomong sembarangan!" Frazier menyenggol lengan Hadi. Berusaha mencegah Hadi kelepasan bicara yang nantinya justru akan membahayakan mereka berdua.

Hadi tersentak, langsung terdiam. Seketika amarahnya berubah menjadi rasa takut. "Sorry, kita harus pergi." Tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ia melenggang pergi setelah menekan tombol dan pintu lift terbuka.

Frazier menyentuh pundak Aron. "Gue nggak bisa cerita banyak, tapi lo harus hati-hati sama Khail. Saran gue, lo jangan nyari masalah sama Khail atau teman-temannya Khail." Kemudian Frazier ikut melangkah masuk ke dalam lift. Pintu lift tertutup, kehadiran Frazier dan Hadi pun lepas dari pandangan Aron.

Hetairoi : The King of Imperium School Where stories live. Discover now