Jam istirahat yang masih berlangsung membuat jalan yang dilalui Audrey penuh oleh murid-murid yang berhamburan keluar kelas. Suara saling teriak atau suara tawa memenuhi sekitar. Tubuh Audrey sedikit oleng ketika ada yang menyenggolnya dari belakang, seorang murid laki-laki berlari melewatinya dan ketika ada di depannya, murid laki-laki itu sekilas meminta maaf. Murid laki-laki lain berlari melewati untuk mengejar murid laki-laki yang menyenggol Audrey.
Audrey yang merasa terasingkan di tengah keramaian memilih menundukkan kepala. Sisa air di wajahnya mengalir melalui pipi dan berakhir jatuh ke bahunya, mencetak bekas rembesan berbentuk bulat kecil lainnya. Ia mendongak ketika kedua kakinya sudah berdiri di hadapan pintu bercat cokelat. Di atas pintu itu terdapat papan bertuliskan X-1.
Bibirnya terbuka kecil mengeluarkan isakan pelan. Ketika tangannya yang gemetar mendorong pintu hingga terbuka, ekspresinya berubah menjadi ceria. Langkahnya yang berat dan ketakutan menjadi langkah ringan yang penuh percaya diri. Audrey sampai di tempat duduknya.
"Drey, Ella keren banget berhasil dapet tiket konser Taylor Swift." Julia yang duduk menghadap belakang, menoleh ke arah Audrey sembari menunjuk Ella yang tersenyum bangga.
Audrey masih berdiri, membuka tasnya seperti mencari sesuatu. Ia sempatkan menoleh sekilas ke Ella. "Iya? Gila, keren! Lo war sendiri atau jastip?"
"Gue war sendiri. Kayaknya lagi hoki, deh," sahut Ella.
"Ah, iri, deh! Gue juga pengen nonton Taylor Swift. Tapi kalah war. Audrey juga udah pakai jastip tetap aja nggak kebagian." Julia menatap Audrey, berharap Audrey menimpali pernyataannya. Namun, Audrey justru sibuk mengeluarkan barang-barang dari dalam tas.
"Di Indonesia emang banyak banget Swifties. Jadi susah buat dapet tiketnya," ungkap Ella, tersirat kesombongan lantaran ia berhasil menang war tiket konser Taylor Swift.
"Di mana, ya? Kok nggak ada, sih? Padahal gue taruh di sini." Audrey bergumam sendiri. Tidak menemukan apa yang dicarinya membuat wajahnya memucat.
"Lo nyari apa?" tanya Julia penasaran.
"Kalung gue." Audrey menyentuh lehernya yang kosong.
"Kalung yang biasanya lo pake?" Ella berdiri, mendekati Audrey untuk mendengar penjelasan lebih detail.
"Iya, kalung yang biasanya gue pake. Tadi sebelum kita ke lab kalungnya putus makanya gue taruh di tas. Lo liat sendiri tadi, kan?" Audrey menatap Julia, meminta validasi. Sebab memang sewaktu kalungnya putus dan diletakkan ke dalam tas, hanya Julia saksi yang ada di tempat kejadian.
Julia menganggukkan kepala. "Iya, tadi gue liat. Udah lo cari ke dalam tas?"
"Udah. Nggak ada." Audrey menjungkirbalikkan bagian atas tas ke bawah dalam keadaan terbuka dan menggoyangkan tas supaya barang apa pun yang ada di dalamnya jatuh ke lantai, tetapi tidak ada yang terjatuh.
Ella berinisiatif membereskan semua barang Audrey yang berserakan di meja---yang memang dikeluarkan dari dalam tas. Dengan teliti Ella membuka setiap buku, siapa tahu kalung itu terselip.
"Kenapa bisa nggak ada, ya? Itu kalung mahal! Mama gue bisa marah." Audrey yang sangat frustrasi terduduk di lantai sembari mencari kalungnya yang siapa tahu terjatuh. Namun, tidak ada apa pun. Ia yang semakin panik mengingat harga kalung itu pun menangis kebingungan.
Ella dan Julia yang bersimpati ikut berjongkok di samping kiri-kanan Audrey, berusaha menenangkan.
"Gimana, dong? K-kalung gue hilang...." tangis Audrey.
Tangisan Audrey membuat murid-murid yang berada di kelas kompak menoleh ke sumber tangisan itu berasal. Beberapa dari mereka mendekati Audrey untuk bertanya apa yang terjadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/358917855-288-k477294.jpg)
YOU ARE READING
Hetairoi : The King of Imperium School
Teen FictionSeri Ke-2 dari The King: Battle of Imperium School ________________________________________________ Hetairoi yang bagaikan angin monsun membawa perubahan besar pada sistem Imperium School; entah untuk mendatangkan bencana atau keagungan. Hetairoi me...