BAB 14: FINDING THE MISSING PIECE OF THE PUZZLE

123 16 2
                                    

Kehidupan kerap kali tidak ada bedanya dengan panggung sandiwara. Dan manusia lah sang aktor yang memerankan sebuah karakter. Setiap karakter yang berdiri di atas panggung sandiwara dibagi menjadi dua kategori. Karakter baik dan jahat. Kadangkala manusia tidak menyadari bahwa dirinya sedang memainkan karakter dari salah satu kategori. Namun, ada pula manusia yang sadar bahkan memang diharuskan memerankan karakter tersebut.

Namiera, terkenal sebagai murid paling cantik di Imperium School. Sikap serta etika Namiera yang bagaikan tuan putri membuat orang lain tidak hanya menyukainya lewat mata saja, tetapi juga lewat hati karena merasa nyaman ketika berdekatan dengannya.

Jika sikap, sifat, dan etika Namiera adalah sebuah tuntutan dirinya memainkan peran kategori baik, lalu bagaimana dengan jati diri Namiera yang asli? Tentu saja tidak ada yang mengetahui jati diri Namiera yang sesungguhnya. Bahkan Namiera sendiri mungkin juga tidak tahu jati dirinya.

Kemudian beralih ke kategori lainnya, yaitu karakter jahat. Yang mendapatkan naskah untuk memerankan karakter jahat adalah Glisa. Sebagai seseorang yang memerankan karakter jahat, Glisa tidak diperbolehkan memperlihatkan ketakutan atau kecerobohannya. Tidak boleh diremehkan dan harus disegani. Peran yang diambil oleh Glisa tentu tidak mudah. Sebab sejak awal tidak ada manusia yang jahat. Namun, Glisa tidak memiliki kesempatan menolak perintah dari Zennaya yang telah memberinya jaminan keseharian yang tenang.

Dibandingkan Zennaya dan Namiera, kehadiran Glisa di dalam kelas ini belum banyak mengambil atensi. Bahkan bisa diperkirakan jika beberapa murid di kelas tidak mengetahui namanya. Sebab kehadiran Zennaya dan Namiera sudah terlalu kuat bagaikan magnet. Kebencian dan kekaguman menyatu kepada mereka berdua. Selain Zennaya dan Namiera yang berhasil membranding diri mereka hingga tidak hanya dikenal oleh murid di kelas melainkan juga semua murid Imperium School, Khail dan Albiru yang merupakan leader dan ace pun memiliki ketenaran yang luar biasa. Fabil yang terkenal kalem, tetapi licik dan angkuh, juga sangat terkenal. Walaupun lebih banyak yang membencinya daripada mengaguminya. Kemudian Gilvano yang atletis, berisik, dan pembuat onar juga sangat terkenal sampai bisa membentuk kelompok dengan senior. Ardyaz mungkin sosok murid yang sangat pendiam dan jarang berbicara, tetapi dia aktif dalam kompetisi pengembangan teknologi dan sains, membuat namanya dikenal oleh murid maupun guru.

Glisa merasa hanya dirinya lah yang paling kecil di antara para pilar Hetairoi lainnya. Meskipun demikian, mereka, para pilar Hetairoi, yang dianggap Glisa sudah cukup besar dan hebat, tidak pernah memperlakukannya dengan buruk atau merendahkannya. Mereka, para pilar Hetairoi, memperlakukannya seperti seorang teman. Hal tersebut yang membuat Glisa ingin menyanggupi perkataan Zennaya untuk tidak menjadi pecundang ketika berjalan bersama para pilar Hetairoi.

Sebagai seseorang yang mendapat mandat menjalankan karakter jahat, Glisa harus bisa mengontrol perilakunya selama ada di sekolah, terutama di kelas. Oleh karena itu ia tidak boleh sembarangan bergabung dengan perkumpulan yang terbentuk di kelas. Untuk saat ini belum ada perkumpulan yang cocok dengannya, maka ia pun hanya menjadi pengamat kegiatan setiap murid di kelas.

"Aron, siniin tempat pensil gue!" teriak Ella, berusaha mengambil tempat pensilnya yang diambil oleh Aron.

"Ambil kalau bisa." Setelah mengatakan demikian, Aron melempar tempat pensil ke Gabriel, tepat ketika Ella sudah ada di depannya hendak merebut tempat pensil.

Gabriel yang berhasil menangkap tempat pensil dari Aron, tertawa terbahak-bahak.

"Nyebelin banget sih kalian berdua!" Meski merajuk, Ella tetap berusaha mengambil tempat pensilnya. Giliran Gabriel yang menjadi sasarannya.

Glisa yang duduk di tempatnya seorang diri dan tak jauh dari adegan perebutan tempat pensil, menjadi penonton yang menatap datar adegan dramatis tersebut. Padahal Ella termasuk siswi yang dekat dengan Julia. Anehnya, ketika Julia disudutkan sebagai tersangka, Ella sama sekali tidak membela atau memihaknya. Justru Ella memberikan pernyataan yang memberatkan Julia. Dan sekarang setelah Julia resmi dikeluarkan dari sekolah, tidak terlihat raut sedih dari wajah Ella. Ella menjalani kesehariannya di sekolah seperti biasanya, bahkan masih bisa bercanda dan tertawa.

Hetairoi : The King of Imperium School Where stories live. Discover now