BAB 12: HETAIROI

138 20 10
                                    

“Kalian pasti udah tau kalau Fraz dan Hadi ngundurin diri dari sekolah, kan? Dan otomatis Khail dan Albiru naik jadi leader dan ace.” Zennaya berjalan ke depan kelas, lalu sepenuhnya berdiri di depan papan tulis dengan tangan terlipat di depan. Menatap angkuh semua murid kelas 10-1.

Dengan kabar mendadak yang diberikan Bu Aiga kemarin, perihal Frazier dan Hadi yang mengundurkan diri dari Imperium School membuat kekosongan bangku di kelas 10-1 bertambah setelah keluarnya Julia.

“Nggak bisa gitu—”

“Keputusan mutlak. Fraz dan Hadi mundur sebelum tanding boxing. Otomatis ngebuat Khail dan Albiru menang,” serobot Zennaya tatkala Adrian langsung berdiri di tempatnya, hendak menyanggah keputusan Zennaya.

“Gue setuju, emang udah konsekuensinya. Fraz sama Hadi otomatis kalah sebelum berperang.”

“Bener. Ini udah keputusan terbaik.”

“Gue setuju kalau Khail sama Albiru jadi leader dan ace 10-1.”

“Gue juga.”

“Nggak, kalian jangan langsung nerima keputusan sepihak gitu aja.”

Anak-anak kelas 10-1 masih terbentuk menjadi dua kubu, dengan sebagian besar ada di kubu pro jika Khail dan Albiru menjadi leader dan ace. Lagipula, keputusan ini sudah paling adil karena Farzier dan Hadi yang secara tiba-tiba keluar dari sekolah. Lalu kubu lainnya, masih berusaha menolak Khail dan Albiru naik ke posisi leader dan ace. Mereka menduga jika keluarnya dua teman mereka dari Imperium School disebabkan oleh Khail.

“Itu mungkin akal-akalan Khail buat nyingkirin Fraz sama Hadi, biar dia bisa jadi leader dan Albiru jadi ace,” seru Adrian yang masih dengan pendiriannya.

Zennaya yang hendak membalas argumen Adrian harus merapatkan mulut kembali ketika Khail berdiri dari kursinya, tatapan dibalik netra kelamnya itu penuh ambisi untuk menghabisi siapa saja yang menghalangi jalannya.

Dengan satu tangan tenggelam pada saku celana, Khail sepenuhnya menaruh atensi pada Adrian. “Lo mau nyoba akal-akalan gue?” sarkasnya, tidak lupa memberikan senyuman ceria yang terkesan mengintimidasi.

Tubuh Adrian seketika menegang, matanya bertabrakan dengan netra kelam Khail. Ia berusaha untuk tetap bersikap tenang, berusaha tidak terintimidasi. “Maksud lo apa?”

Sisa murid lainnya menyaksikan apa yang akan terjadi, ketika Khail berjalan mendekat ke arah Adrian dan dengan refleks Adrian mengambil langkah mundur.

“Gue baru jalan ke arah lo aja, lo udah ketakutan.” Khail terkekeh lembut dengan tangan ujung jari menutupi bibirnya.

Kejadian beberapa hari kebelakang ini sukses mengubah perspektif murid-murid kelas 10-1 tentang Khail, sekarang mereka menganggap Khail bukan orang ceria dan ramah yang selalu tersenyum, Khail lebih dari itu. Khail bukan orang sembarangan karena ia bisa membuat dua teman mereka keluar dari sekolah dengan jejak bersih tanpa harus mengotori kedua tangannya.

Khail merubah haluan, ia membawa kakinya melangkah ke arah depan untuk berdiri di samping Zennaya. “Angkat tangan kalian kalau setuju gue dan Albiru jadi leader dan ace kelas 10-1.” Tanpa basa-basi, Khail memastikan berapa orang yang setuju dirinya dan Albiru menjadi leader dan ace.

Detik berikutnya, Khail menarik senyum tipis kala melihat kebanyakan murid di kelas mengangkat tangan mereka.

Good. Pilihan kalian benar!” seru Zennaya, menyatukan kedua tangannya di depan dengan senyuman cerah. “Karena sebagian besar dari kalian mengangkat tangan, berarti kalian udah setuju Khail dan Albiru jadi leader dan ace.”

Gilvano yang lebih dulu berdiri dari duduknya, ia memberikan selamat dengan cara bertepuk tangan. Diikuti oleh Fabil, Namiera, Ardyaz, Glisa, Albiru, dan murid-murid lainnya yang mendukung Khail dan Albiru. Termasuk orang-orang yang tidak setuju, mereka dengan terpaksa berdiri dari duduk mereka untuk memberikan tepukan selamat dengan berat hati.

Hetairoi : The King of Imperium School Where stories live. Discover now