🩰 Labirin

16.2K 2.2K 1.2K
                                    

Update lagi nihhh

Setor absen pakai emot 🐮🍓

Bakarrr lagi part ini yaa ❤️‍🔥

Harus ramek biar semangat nulisnya 🩷🤏

Share cerita ini agar banyak yang baca dan tahu ehhe~

Share cerita ini agar banyak yang baca dan tahu ehhe~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo emang nggak bisa punya bibir kayak gue. Tapi lo bisa cobain rasanya, mau coba nggak?"

"Emang bisa dicobain? Caranya?"

Peony baru sadar beberapa detik setelah Sabda mengerling nakal menjahilinya.

Ia memukul lengan Sabda. Sabda pura-pura kesakitan akibat pukulan tak berefek apapun itu. Cuma kayak digebukin semut serombongan.

"Jangan isengin aku terus, Sabda. Dasar! Lagian kita tuh masih di bawah umur, kata Papa ciuman itu cuma boleh dilakukan kalau nanti kita udah nikah tahuuuu!"

"Ya udah, fiks kita nikah nih habis hujannya reda? Habis itu boleh..."

Peony menutup bibir Sabda yang dimajukan, sengaja untuk menggodanya pasti.

"Nggak boleh Sabda! Kita masih kecil! Kata Papa harus hati-hati sama cowok, nanti aku bisa jadi punya bayi!"

"Bayi apaan? Lagian lo jangan terlalu positif, Pony. Gak selamanya kelewat berpikiran baik itu bagus."

Cara bicara Peony memang kekanakan sekali. Wajar, selama berada dekat dengan gadis ini, Sabda jadi tahu semanja apa Peony pada papanya.

Sembari menunggu hujan reda, Sabda berulang kali menoleh untuk mengagumi wajah Peony. Gadis itu nampak tak terganggu oleh pandangan Sabda meski sesekali sudah tertangkap basah.

Habisnya Peony juga gak mengomel.

"Lo beneran belum pernah pacaran? Berarti ciuman juga gak pernah?"

Peony menggeleng. "Belum. Emang Sabda udah pernah cium cewek? Rasanya gimana? Coba cerita." Bisa-bisanya menagih Sabda cerita hal begituan.

Sabda melirik ke arah datangnya tetesan hujan. "Ya gitu. Kenikmatan sesaat." ia kembali menoleh ke Peony. Menoyor gemas jidatnya. "Awas lo mau coba-coba, jangan sampai! Kalau ketahuan lo berani kasih bibir lo ke cowok sebelum nikah, gue kepang bibir tuh cowok! Cowok itu makhluk menyeramkan Ny, gue tahu karena gue cowok. Denger nggak lo peringatan gue?"

Kepala Peony ngangguk-ngangguk patuh. Semua yang Sabda bilang akan ia percaya dan jadikan nasihat baik.

"Tapi kamu juga cowok, Sabda, tapi kenapa aku gak ngerasa kamu nakutin ya?"

"Ya emang lo bisa nerawang isi pikiran gue?"

"Enggak sih. Tapi nggak mungkin punya pikiran jelek tentang aku. Ini aja kamu sampai bela-belaian nyariin aku, bawa tasku juga. Makasih ya Sabda, kamu baik banget."

Sepatu Pencuri Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang