🩰 A Mole

19.9K 2.4K 1.5K
                                    

🎻 First Love|One Ok Rock Day To Night
Harus banget tau sih kalian lagu sebagus ini

Update lagi, uyehhh, cung yang rindu cerita ini 🩷🤏

Mana absen gemasnya? 🍓🐮

Bakar lagi part ini yaa ❤️‍🔥

Salah satu penyakit jarang update adalah rasa malas dan mut berserakan, biasanya di pertengahan cerita sering begitu haha, prediksiku sih cerita ini bakal tamat di chapter 45

Salah satu penyakit jarang update adalah rasa malas dan mut berserakan, biasanya di pertengahan cerita sering begitu haha, prediksiku sih cerita ini bakal tamat di chapter 45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kapan pun kamu tidak menempati posisi pertama, kamu harus ingat kamulah yang membakar pondok penginapan itu. Saya hanya melindungi, kamu yang melakukan."

Kalimat yang diucapkan dengan nada santai mengiris telinga remaja berseragam SMA itu. Kapan pun ia tidak menjadi nomor satu, ia akan mendengar kalimat serupa.

"Ingat? Kamu menyiram bensin di sana, membuat api membakar seluruh tempat."

Pukulan demi pukulan stik golf melukai punggungnya. Ia tersungkur di hadapan pemilik sepasang kaki yang tak akan berhenti memukul.

Mulutnya terkunci rapat. Tak akan ada kata memohon untuk berhenti dipukuli. Ia hanya akan diam dan menyembunyikan lukanya di balik seragam keesokan harinya.

Netranya terbuka cepat, laju napasnya tak beraturan. Ia mencari cahaya dalam kamar gelap. Tangannya mencoba meraba-raba sekitar, baru bisa bernapas lebih leluasa setelah mendapat lampu dari ponselnya.

Harbi tidur terlentang menatap langit-langit kamarnya, mimpi yang sama mendatanginya lagi. Tahun demi tahun berlalu, mimpi itu tak kunjung berhenti menyandungnya dalam tidur.

Memaksa tubuhnya untuk duduk di ujung ranjang, Harbi menyisir rambutnya dengan tangan. Lembab karena keringat ia temukan di kepalanya.

Masih mengenakan kemeja hitam selepas bekerja, ia berjalan sempoyongan ke arah rak buku. Mengambil satu batang rokok dan menyelipkannya di bibir. Saat tengah memantik api, ia berhenti.

Rokok ini mengingatkannya pada gadis itu.

Semalam gadis itu merangkak keluar dari kamarnya, ketakutan. Harbi tahu dialah penyebabnya. Mengungkap sisi gelapnya ternyata cukup menakutkan bagi orang lain. Mana Harbi tahu.

Yang ia tahu, binar mata gadis itu mengenyangkan rasa lapar akan 'penerimaan' di dalam dirinya.

Cara mata gadis itu berbicara seakan memujanya membuatnya kecanduan. Ia merasa dipuja dan diterima.

Tak sulit baginya memikat banyak gadis dengan fisik dan kedudukan nama Mahameru yang ia miliki, tetapi dirinya yang sangat haus akan pemujaan ini tak menemukan mata penuh memujanya sedalam itu pada mata gadis lain, terkecuali gadis semalam.

Sepatu Pencuri Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang